5 Mitos Ngawur tentang Kecurangan SPBU Pertamina yang Perlu Diluruskan

4 Kesalahan Layout SPBU yang Bikin Pelanggan Nggak Nyaman

4 Kesalahan Layout SPBU yang Bikin Pelanggan Nggak Nyaman (Unsplash.com)

Padahal kami sebagai awak SPBU sudah bekerja secara halal. Tapi, masih ada saja oknum masyarakat yang menganggap kami berbuat curang. Duh, piye to kii~

Sebelum ditakdirkan menjadi operator SPBU, telinga saya sering dihujani dengan kabar-kabar miring mengenai kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh seorang petugas SPBU. Dulu, awalnya saya percaya-percaya saja, lagipula, saya juga nggak mau dicurangi. Toh, banyak yang yang bilang begitu, nggak cuma satu mulut saja. Sudah pasti valid bukan?

Setelah menjalani pekerjaan sebagai operator SPBU, saya jadi bisa menyanggah anggapan-anggapan liar yang sudah kadung menyebar di kalangan masyarakat itu. Berikut 5 kabar hoaks yang tersebar di kalangan masyarakat yang mengisi bensin di SPBU Pertamina beserta dengan sanggahan saya sebagai orang dalam.

#1 Jangan membeli dengan nominal pas 

Anggapan miring terkait pengisian di SPBU yang katanya tombolnya sudah dimodifikasi ini sering saya dengar dulu. Katanya, kalau beli bensin di SPBU jangan membeli dengan nominal pas seperti Rp10 ribu, Rp20 ribu, dan seterusnya, melainkan ajukan nominal yang tidak biasa atau agak aneh, seperti Rp11 ribu, Rp27 ribu, dan lain sebagainya. Kalau perlu, tambahkan nominal pecahan ratusan supaya semakin ruwet untuk dicurangi, katanya.

Setelah saya mengilhami ilmu penyaluran BBM dengan mengabdikan diri sebagai operator, saya malah ingin bertanya balik kepada inisiator anggapan itu. Kok bisa dengan nominal aneh bisa dijadikan pedoman untuk menghindari kecurangan? Sistem pengaturan takaran setahu saya menyeluruh, kalau pengelola dengan sengaja mengubah takaran, berarti beli berapa pun nominalnya sama saja tercurangi kan?

Sebenarnya, keberadaan tombol F1, F2, F3 atau di beberapa SPBU P1, P2, P3 dan seterusnya itu digunakan untuk mempersingkat pengetikan nominal. Daripada pencet angka 1 sekali, lalu angka 0 tiga kali yang mana itu membutuhkan 4 pencetan, tombol F1 atau P1 ini lebih mempercepat waktu karena hanya perlu 1 pencetan. Lagian, tombol ini disediakan oleh pabrik pompanya, kalau nggak digunakan, lalu buat apa?

#2 Sebut nominal harga setelah tangki terbuka 

Sebenarnya, saya mendapatkan anjuran ini baru tahun lalu ketika hendak mencari tips dan trik untuk bekerja sebagai operator SPBU di YouTube. Dari beberapa hasil pencarian, saya malah disuguhkan sebuah video yang dalam narasinya menjelaskan cara agar tidak dicurangi oleh operator SPBU. Kalau mau nonton juga bisa klik di sini.

Dalam video itu, YouTuber yang menjadi host mengatakan bahwa kalau nggak mau dicurangi saat mengisi bensin di SPBU, jangan menjawab pertanyaan operator sebelum tangki BBM dibuka. Ini pola pikir dari mana coba? Katanya, saat ditanya hendak isi berapa, pembeli harus menjawab, “Sebentar ya, saya buka tangkinya dulu.” Apa faedahnya?

Kedatangan ke SPBU, apalagi berhenti di depan pompa yang dijaga operator, tentu yang dicari adalah bensin. Kalau ditanya mau isi bensin berapa, ya jawab saja, bukan malah memperlambat yang berujung pada kian mengularnya antrean di SPBU. Pun, kalau dijawab dulu, kan ya bisa dilihat di layar pompanya, mulai dari angka nol atau nggak. Sebagai pelanggan, kita cuma bisa berpatok pada layar itu. Kalau ragu, ya silakan bawa gelas ukur sendiri dari rumah.

#3 Jangan beli di SPBU milik perorangan

Kalau dilihat dari kepemilikan dan pengelolaan, SPBU Pertamina terbagi menjadi tiga jenis. Pertama, COCO (Corporate Owner Corporate Operate), yakni SPBU yang dimiliki dan dikelola oleh Pertamina sendiri. Kedua, CODO (Corporate Owner Dealer Operate), yakni SPBU yang dimiliki oleh Pertamina tapi dikelola oleh perorangan. Ketiga, DODO (Dealer Owner Dealer Operate), atau SPBU yang baik pengelola atau pemiliknya dari kalangan perorangan, jenis ini biasa dikenal dengan sebutan “SPBU swasta”.

Ketiga jenis itu bisa dibedakan dari angka kedua dari nomor SPBU yang terpampang di papan harga alias totem. Kalau angka keduanya adalah 1 berarti itu SPBU COCO, kalau 3 berarti CODO, kalau 4 berarti itu SPBU DODO. Meskipun berbeda pengelola, namun standardisasi pelayanan yang dilakukan mengacu dengan SOP yang disampaikan oleh pertamina. 

Bahkan, perihal takaran yang sensitif di kalangan pembeli pun turut diawasi melalui dinas terkait. Pelaporan juga bisa dilakukan kepada Pertamina terkait SPBU yang melanggar aturan, meskipun jenis DODO sekalipun. Jadi, nggak ada alasan untuk ragu mengisi bensin di SPBU swasta!

#4 SPBU adalah money changer tanpa biaya admin 

Memang di dalam tas maupun gepokan uang yang dipegang oleh operator SPBU, dilengkapi dengan berbagai macam nominal uang. Tujuannya adalah untuk menjamin kembalian yang pas untuk pelanggan. Namun, lengkapnya koleksi uang operator SPBU ini sering disalahartikan oleh sebagian orang, terutama para pedagang dan orang yang ingin mengendarai transportasi umum.

Katanya, SPBU punya fungsi ganda sebagai penyedia jasa penukaran uang tanpa pungutan biaya admin sama sekali alias gratis. Di sisi lain, ini menjadi kelebihan dari SPBU dibandingkan dengan money changer yang memungut biaya admin beberapa persen ketika pelanggannya menukarkan uang, tapi anggapan ini menyusahkan operator, terutama operator Pertashop seperti saya. 

Uang yang kami siapkan sebagai modal kembalian tidak banyak, tapi orang-orang yang datang tanpa membeli dengan penuh percaya diri ingin memecahkan uang uang ratusan ribu. Apalagi kalau hari Sabtu atau tanggal gajian. Semua orang dengan segala dalihnya menukarkan uang kepada saya. Dengan tanpa mengurangi rasa hormat, saya tolak permintaan-permintaan itu. Bisa-bisa saya nggak bisa ngasih kembalian ke pelanggan kalau semua modal uang kembalian diminta.

#5 Cara penggunaan nozzle yang diduga kecurangan

Menguasai nozzle pompa SPBU membutuhkan jam terbang yang cukup untuk bisa dikatakan ahli dalam menggunakannya. Operator pemula yang baru bekerja seminggu saja belum tentu bisa mengoperasikannya dengan lancar, apalagi pembeli yang belum pernah mencobanya sama sekali.

Dibutuhkan indra perasa yang lebih untuk mengoperasikan nozzle. Arus bensin yang dikeluarkan sangat deras, terlebih untuk jenis mesin buatan Korea bermerk ENE. Sebagaimana pedal gas pada sepeda motor, kalau kekencangan akan menyendal, kalau terlalu lemah nggak ada bensin yang keluar. Biasanya operator pemula yang belum punya banyak jam terbang akan menggunakan metode “crit-crit”, yakni metode untuk mengeluarkan bensin sedikit-sedikit akibat belum terbiasa dengan sendalannya.

Metode ini sering saya dengar sebagai kecurangan yang dilakukan oleh operator SPBU. Katanya, kalau tuas nozzle ditekan dan dilepaskan secara terus menerus, yang keluar bukanlah bensin, melainkan hanya angin. Ini anggapan liar dari mana coba?

Tuas itu ditujukan untuk membuka selang yang ditutup oleh nozzle. Bensin yang masuk ke selang sudah ditakar dan ditarik pompa dari tangki. Selang itu bahkan nggak berisi angin, isinya hanyalah bensin yang dipompa oleh mesin. Membuka dan menutup tuas nozzle pada pompa bensin tidak mengurangi takaran yang dikeluarkan, karena penakaran sebenarnya sudah dilakukan oleh pompa sesaat setelah tombol di panel dipencet dan nozzle diangkat dari sarangnya.

Itulah dia lima anggapan nggak masuk akal dari pembeli bensin yang bisa saya luruskan setelah menjadi operator SPBU. Meskipun yang namanya oknum tetaplah oknum, tapi jangan lagi mempercayai anggapan miring itu, apalagi menyebarkannya ke khalayak umat dan malah menyebabkan kegaduhan di kalangan masyarakat. Kalau menemukan kecurangan, bisa dilaporkan ke dinas perdagangan setempat, atau call center resmi Pertamina, bukannya nyebar asumsi ra mashok begini.

Penulis: Muhammad Arif Prayoga
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA 5 Dosa Operator Pertashop yang Membuat Lapak Mereka Sepi.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version