5 Dosa Pembeli kepada Kurir yang Perlu Kalian Ketahui

Lika-liku Kurir Paket: Paket Banyak, Sambat. Paket Dikit, Bingung

Ilustrasi kurir (Pixabay.com)

Seiring dengan perkembangan e-commerce, utamanya di Indonesia, membuat beberapa perusahaan dan pebisnis membutuhkan sarana yang mudah dan memudahkan untuk menjual serta mendistribusikan produknya. Salah satu bentuk kemudahan itu adalah dengan adanya jasa pengiriman barang alias kurir yang membuat kita, atau suatu perusahaan tidak perlu susah-susah mengantarkan sendiri produk mereka ke lokasi tujuan.

Tapi tahukah kalian, bahwa pekerjaan menjadi kurir ini bukan perkara mudah. Orang yang menjadi kurir, terutama kurir COD harus rela berjuang mengantarkan barang atau paketan ke alamat yang bahkan tidak pernah mereka kunjungi sebelumnya. Meski menggunakan bantuan Google Maps sebagai penunjuk arah, namun tidak sedikit kasus salah jalan, diarahkan ke jalan yang bukan jalur paling cepat dan semacamnya.

Selain itu, tugas seorang kurir COD juga harus bertanggung jawab penuh terhadap data rahasia si pengirim dan penerima. Belum lagi, mereka harus sabar menembus cuaca yang kini tak menentu. Meski sudah memasuki musim kemarau, tidak jarang terjadi hujan. Ini belum soal potensi kemacetan, terutama para kurir yang beroperasi di kota-kota besar seperti Jakarta yang rawan macet tiap saat. Pokoknya, melelahkan banget, deh!

Nah, sayangnya, masyarakat yang sudah tahu susahnya menjadi kurir, terutama kurir COD, malah masih menambah ruwet mereka. Lebih tepatnya, zalim lah. Dan itu, tentu saja termasuk dosa. Berikut adalah dosa-dosa yang pernah dilakukan kepada kurir pengantar barang yang layak kalian tahu.

Kurir disuruh nunggu

Dosa pertama yang pernah diperbuat kepada seorang kurir adalah membuat mereka harus menunggu. Padahal, mereka masih mengantongi banyak barang yang harus diantar. Hal ini disebabkan karena pembeli masih nyari dompet, lah, bisa karena masih ada di luar rumah, lah. Pokoknya si kurir harus sabar nunggu, nunggu dan nunggu.

Bahkan, banyak kasus juga, karena tidak kuat harus menunggu agak lama, mereka rela untuk melanjutkan mengantar paket ke tempat lain (yang mungkin lumayan jauh dari lokasi semula) dengan alasan biar semua barang tadi tiba tepat waktu dan membuat pelanggan atau penerima lainnya puas terhadap pelayanan yang diberikan. Selepas itu, dia akan kembali lagi ke rumah yang (mungkin) masih tidak ada orangnya itu. Nunggu lagi, lagi, dan lagi.

Masih nanya harga

Dosa berikutnya adalah tindakan pelanggan yang seharusnya tidak perlu dilakukan. Ya, apalagi kalau bukan urusan menanyakan harga barang. Ini biasanya terjadi kepada kurir COD. Padahal, saat pemesanan (checkout), seorang pelanggan/pembeli seharusnya tahu dan mencatat berapa nominal harga yang harus dibayar untuk barang yang telah blio pesan. Dan meski tidak semua mengalami nasib seperti ini, tapi tidak jarang penerima paket masih menanyakannya kepada si kurir.

Sehingga, sepatutnya kita sudah tahu nominalnya berapa dan menyediakan uang pas untuk membayarnya ketika barang sudah datang. Selain mempercepat proses transaksi, hal ini juga penting untuk mempersingkat waktu pembayaran dan si kurir bisa langsung tancap gas tanpa perlu berlama-lama. Harus sat set sat set, lah.

Masih komplen

Dosa berikutnya adalah komplen—tapi rasa-rasanya kayak ceramah—si pembeli atau penerima barang. Seorang kurir yang sudah berjuang sekuat tenaga mengantarkan barang biar sebisa mungkin tepat waktu dan menjaganya tetap aman, kadang masih diceramahi hanya agak telat datang, misalnya. Si penerima memang tidak mau tahu apa yang terjadi kepada kurir selama perjalanan. Mau masih macet, mogok, atau bahkan kecelakaan sekalipun, pembeli/penerima barang tidak mikir soal itu. Pokoknya, pelayanannya harus maksimal dan barang harus datang tepat waktu plus aman. Titik. Mereka akan menyumbat rapat-rapat telinga mereka, seolah alasan si kurir hanya angin lalu.

Bahkan, ada juga pembeli yang komplain perihal barangnya. Ini biasanya terjadi selepas kurir mengantarkan barang, dan kembali lagi mengantarkan barang ke lokasi yang sama di kemudian hari. Mbok, ya padahal, si kurir sama sekali tidak tahu loh, apakah barang itu sesuai pesanan atau tidak, apakah barang itu masih layak atau tidak. Tugasnya hanya menjemput barang, lalu mengantarnya sesuai dengan alamat yang tertera di barang. Selesai. Mereka tidak mengurusi jenis, merek, hingga kualitas barang yang dikirim.

Menolak paketan yang diantar kurir

Menolak paketan, apa pun alasannya, adalah termasuk tindakan yang kurang bertanggung jawab. Perbuatan ini termasuk dosa karena perbuatan ini bisa merugikan si kurir atau bahkan penjual sendiri. Beberapa kerugian yang bisa didapat oleh penjual di antaranya, barang berpotensi hilang atau rusak, rugi waktu, tenaga dan biaya packing.

Sementara kerugian yang diterima oleh si kurir adalah rugi waktu dan tenaga. Apalagi jika lokasi tujuan berada di pedalaman yang mungkin jalannya rusak, berbatu atau semacamnya. Dan ketika barang sudah tiba, malah ditolak dengan kalimat menyentuh, “Maaf, saya tidak memesan barang ini, Mas!”

Jika memang yang bersangkutan benar-benar tidak memesannya, sebelum menolak paketan, sebaiknya coba tanyakan dulu kepada anggota keluarga yang lain. Karena sering terjadi juga anak-anak atau kerabat lainnya, karena alasan tidak memiliki akun, akhirnya melakukan transaksi menggunakan akun orang tuanya atau si pembeli.

Pura-pura tidak ada di rumah

Dosa terakhir yang pernah dilakukan kepada seorang kurir adalah berpura-pura tidak ada dirumah. Alasannya bermacam-macam. Tapi pada intinya, hal ini mengakibatkan si kurir bisa menunggu cukup lama, bahkan bisa bolak-balik ke tempat tujuan. Jika paket tak kunjung dibayar oleh pembeli karena kepura-puraan tadi, secara otomatis barang tersebut dinyatakan return alias batal dan akan dikembalikan kepada penjual.

Biasanya, kasus semacam ini terjadi karena selama menunggu datangnya barang, uang yang semula oleh pemesan dialokasikan untuk membayar pesanan, malah digunakan untuk kepentingan lain. Akhirnya, si pembeli sengaja tidak keluar rumah biar dianggap sedang bepergian dan lain-lain. Padahal aslinya mah, sudah tidak memiliki uang untuk membayar.

Itulah beberapa dosa yang pernah dilakukan oleh pembeli/penerima barang kepada seorang kurir COD. Sebaiknya, sebelum memesan barang, pastikan bahwa kalian mempunyai uang untuk membayar pesanan. Camkan itu. Masak tidak punya uang untuk membayar tapi tetap melakukan pemesanan online. COD lagi!

Penulis: M. Syamilul Hikam
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA 3 Perkara yang Bikin Saya Kesal Saat Mengantar Paket COD

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version