Siapa sih yang tidak mengenal kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta? Sebagai kampus yang terletak di Ciputat tapi mengaku bagian dari Jakarta, UIN Jakarta memang tidak ada habisnya untuk diceritakan dan digali kisah di dalamnya. Namun, apa kalian tahu kalau selain ada kampus 1 dan kampus 2, ternyata ada kampus 3 yang cuma berisi satu fakultas?
Jadi begini teman-teman yang budiman. Semenjak tahun 2017, ada satu fakultas yang pindah gedung ke daerah Pisangan, dan fakultas itu (kebetulan) adalah fakultas saya, Fakultas Adab dan Humaniora. Jangan-jangan kalian tidak tahu ini fakultas isinya prodi apa, ya? Oke, nanti saja saya ceritakan, deh.
Fakultas Adab dan Humaniora pindah gedung pada masa dekan fakultas dipegang oleh Bapak Sukron Kamil. Alasannya waktu itu karena kurangnya fasilitas dan juga gedung yang terlalu kecil. Jadi saat ada gedung baru yang dibangun oleh pihak kampus, tidak pakai tapi langsung saja pihak dekan mengambil kesempatan untuk mengisi gedung kosong tersebut.
Sebetulnya, yang dulu diwacanakan akan pindah ke kampus 3 adalah Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Mungkin, karena ada sedikit bincang-bincang yang saya tidak tahu isinya, maka jadilah Fakultas Adab dan Humaniora yang pindah. Namun, apakah mahasiswa Adab suka gedung baru? Hmmm, tentu saja hal baru akan menimbulkan pro dan kontra. Justru, aneh kalau tidak ada pro dan kontra. Kalau mahasiswa justru harusnya ada gesekan sedikit. Wajar, apalagi ini masalah perpindahan kampus. Sejak awal UIN berdiri, Adab pun juga baru pertama kali ini pindah.
Gedung baru yang membuat suasana baru juga membuat sedikit canggung penghuni barunya, mulai dari kelas yang berbeda, bentuk ruangan, dinginnya pendingin ruangan, letak kamar mandi, bahkan tempat nongkrong para mahasiswa juga akan memengaruhi. Bahkan, boleh jadi gedung baru akan memengaruhi kisah romansa para mahasiswa. Siapa yang tahu, bukan?
Tapi tunggu dulu, di sini saya bukannya mau protes atau tidak terima fakultas dipindahkan ke ‘kampus’ baru. Sama sekali tidak. Telat sekali saya protes hari ini, sudah kelamaan dan sangat terlambat untuk protes tentang gedung ‘kampus’ baru. Teruntuk kalian yang ingin masuk Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atau teman-teman di ‘kampus’ 3, justru saya di sini ingin membeberkan fakta dan kelebihan tentang kampus 3 tempat saya belajar.
Jadi, silakan simak fakta tentang kampus 3 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta!
Pertama: Akses kampus yang lebih mudah
Jika ingin ke kampus 1 apalagi pagi-pagi akan terkena macet. Percayalah, di jalan raya di depan kampus 1 saat pagi penuh dengan orang-orang yang akan berangkat ke kantor, belum lagi yang harus memutar balik. Duh, nambah dua kali lipat kerjaan. Selain itu, kampus 3 justru dekat dengan mahasiswa asal Pamulang, Pondok Cabe, Cirendeu, dan sekitarnya. Mudah diakses, bukan?
Kalian sudah terlanjur indekos di sekitar kampus 1? Jangan khawatir, justru karena itu kita diajarkan sehat oleh pihak kampus! Jalan kaki kan bisa mengurangi kalori. Bukankah agenda bagus ini patut didukung? Mau urusan administrasi ke kampus pusat? Jalan kaki lebih sehat~
Kedua: Bersebelahan dengan kantor kelurahan
Mahasiswa yang kebetulan orang Kelurahan Pisangan bisa dengan mudah datang ke kantor kelurahan tanpa susah payah! Tinggal goyang sedikit, sampai di kantor kelurahan. Jadi mudah untuk urusan administrasi. Kalau yang bukan orang Pisangan, ya, nggak tahu saya fungsinya apa buat kalian.
Mungkin, ya numpang wifi? Itu pun kalau dapat sandinya.
Ketiga: Punya Tempat nongkrong yang asyik
Kalau di kampus 1 ada Kafe Cangkir atau Koperasi Mahasiswa (Kopma), maka di kampus 3 ada Warung Madura yang murah! Wah, kapan lagi bersantai sejenak sambil membeli sebatang tembakau yang murah, lalu duduk santai di depan asrama putra yang bersebelahan kampus 3?
Selain itu, kita juga bisa jajan di penjual kaki lima yang berada dekat SMK Nusantara. Selain jajan, kita juga bisa bertegur sapa dengan siswa kelas menengah. Boleh jadi mereka tertarik. Tertarik masuk ke UIN, khususnya Fakultas Adab dan Humaniora maksudnya.
Keempat: Fasilitas kampus
Kalau di kampus 1 kita merasa fasilitas sangat terbatas, bersyukurlah! Karena di kampus 3 pun sangat terbatas pula. Lift yang sering mendadak tidak berfungsi? Hmmm, tapi ia bisa berbahasa Inggris. Jadi, masih terasa world class university–lah. Lalu proyektor yang sering mati di ruangan kelas? Di sini kami diajarkan untuk saling berinteraksi sebagai sesama manusia. Langit-langit yang berlubang? Oh jangan salah, itu memang bagian dari dekorasi.
Ya, meskipun seadanya, kami juga diajarkan untuk bersabar bukan. Ingat, UIN adalah kampus Islami!
Kelima: Jauh dari keramaian
Kalau yang satu ini untuk membuat para mahasiswa fokus belajar saja. Kalau di kampus 1 nanti justru nongkrong di kopma, di cangkir, atau di DPR (di bawah pohon rindang) sekitar student center, yang anak UKM pergi ke sekretariatnya. Aktivitas begitu tidak mencerdaskan. Pokoknya mahasiswa itu harusnya belajar, belajar, dan belajar saja!
Begitulah, kami yang tidak berkuliah di kampus utama memang harus banyak-banyak bersyukur saja. Terima saja sudah. Lagian, sudah syukur kampus masih memberikan kami kampus 3 yang berisi fasilitas baru. Memang, nasib kampus cabang itu ada-ada saja. Namun, setidaknya kami masih kecipratan nama negeri dari UIN, bukan?
BACA JUGA 4 Hal yang Bikin UIN Jauh Lebih Unggul dari UI atau tulisan Nasrulloh Alif Suherman lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.