Bagi sebagian orang, naik motor KLX bikin kita terlihat keren dan macho. Selain itu, muncul juga stigma lain yang muncul pada motor ini, seperti motor klitih dan motornya para fuckboy. Mungkin itu kelebihan secara tidak langsung bagi kalian saat memakai motor dengan tipe trail ini. Motor dengan segala keunggulannya ini banyak menawarkan hal hal yang tidak bisa dilakukan motor biasa seperti kuatnya menaiki tanjakan yang curam, anti-macet saat melewati jalanan yang sedang banjir, hingga kemampuannya menjangkau medan medan ekstrem seperti bukit dan hutan.
Setelah hampir lima tahun saya menggunakan motor yang katanya terlihat klitih ini, ternyata banyak hal hal yang jatuhnya nyesek saat mengendarai motor ini. Motor ini worthy lah soalnya bisa membantu saya berpetualang. Namun masalahnya kan tidak setiap hari saya terus liburan dan berpetualang, ada kehidupan yang harus dilanjutkan. Dari sinilah awal mula hal-hal nyesek terjadi ketika menggunakan motor ini sebagai motor harian. Keunggulan motor ini ternyata nggak kepake amat di jalan perkotaan. Berikut saya berikan hal-hal yang jatuhnya nyesek saat KLX dijadikan motor harian.
Boros
Motor dengan mesin 4 tak 150cc ini menurut saya lumayan boros dalam urusan bahan bakar. Motor trail atau dual purpose memang didesain untuk menerjang berbagai medan, karena itulah motor ini sering sekali digeber demi mengejar torsi. Itulah mengapa BBM dari KLX lebih cepat habis. Setidaknya saya harus mengeluarkan Rp20.000 per jarak 46 Km. Sangat membuat dompet kering untuk ukuran saya yang seorang mahasiswa yang harus riwa-riwi sana-sini.
Memang saya akui tenaga motor ini bukan kaleng-kaleng, tapi jikalau dipakai di jalanan raya super padat kendaraan ya buat apa ? buat naik trotoar ?
Sulitnya mencari tambal ban yang mau menerima
Ini merupakan hal nyesek yang kerap kali terjadi. Menggunakan ban bawaan pabrik yang banyak orang menyebutnya “ban tahu” yang digunakan di jalan raya bukanlah pilihan yang tepat. Pasalnya ban ini akan cepat terkikis habis dimakan panasnya aspal. Sehingga membuat ban cepat halus dan mudah sekali bocor. Sekali bocor, bakalan sulit mencari tambal ban yang siap menerima motor KLX kalian. Pasalnya melepas ban motor KLX itu tidak semudah membalikan tangan. Berat dan besarnya bodi kendaraan membutuhkan tenaga yang ekstra. Jikalau ada yang mau menerima, biasanya akan meminta ongkos lebih dari motor biasanya.
Kasihan yang dibonceng
Motor KLX ini memang dirancang untuk berpetualang menjangkau medan-medan ekstrem, bayangkan aja bagaimana jika hal tersebut dilakukan dengan berboncengan, yang ada yang dibonceng bakalan mabuk muntah-muntah. Memang motor KLX ini menyediakan handle stand pijakan kaki untuk bisa berboncengan, namun posisinya yang berdekatan dengan leher knalpot yang bakalan membuat kaki panas tak karuan. Jok motor ini juga menambah derita yang numpang motor KLX ini. Tipis dan pendeknya jok motor ini cukup untuk membuat pantat penumpang mati rasa. Maka dari itu saya tidak menyarankan menggunakan motor ini saat ngedate maupun sunmori bersama gebetan atau pasangan kalian.
Sulitnya keluar parkiran
Tinggi, lebar, besar, dan berat. Itulah empat hal yang mendeskripsikan bodi motor KLX ini. Motor ini membutuhkan space parkir yang lumayan sedikit lebih luas daripada motor biasanya. Maka dari itu kerap kali kesusahan mengeluarkan motor ini dari parkiran yang super padat seperti parkiran mal, tempat makan, dan kampus yang space parkirnya lumayan sempit. Syukur syukur dibantuin oleh kang parkirnya saat mindahin motor, kalau ndak ya siap siap aja olahraga angkat beban kendaraan.
Berdasarkan beberapa hal nyesek diatas dapat saya simpulkan, bahwa sebaik dan sebagus-bagusnya motor adalah yang digunakan sesuai dengan medannya dan peruntukannya. Jangan hanya karena gengsi tiba-tiba pakai traktor di jalan raya ya, Mylov.
BACA JUGA Saya Pengguna KLX dan Saya Bukan Fuckboy dan tulisan Wikan Agung Nugroho.