Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus Pendidikan

3 Teknik Berbohong Pakai Data Statistik biar Tampak Lebih Ilmiah

Andri Saleh oleh Andri Saleh
22 September 2021
A A
Share on FacebookShare on Twitter

Berbohong itu perbuatan tercela. Semua pemeluk agama apa pun pasti sepakat tentang itu. Bahkan, (kayaknya) orang ateis pun setuju. Meski dalam kondisi tertentu, ada bohong yang diperbolehkan. Bohong putih, istilahnya. Konon katanya, orang boleh berbohong ketika dalam kondisi terdesak atau untuk menghindari perselisihan.

Selain bohong putih tadi, ada juga bohong yang pakai data statistik. Kalau bohong model begini, kelihatan lebih ilmiah karena menggunakan data dan angka. Jadi, bohongnya ini seakan-akan terlihat benar, tapi kalau ditelusuri lebih dalam, justru ngaco dan nggak sesuai dengan fakta yang sebenarnya.

Kalau kamu penasaran gimana caranya bohong pakai data statistik, begini caranya. Tapi, ini bukan ngajarin, loh, ya. Gawat juga, kan, kalau teknik ini dipraktikkan dan saya kena dosa jariyah. Saya cuma menjelaskan saja, kok.

Misalnya, saya diminta Mojok untuk melakukan riset. Tapi, hasil risetnya harus sesuai dengan keinginan Mojok. Pokoknya, Mojok harus kelihatan wow dibandingkan media lain. Caranya gimana? Guampang buanget. Ini, nih, yang bakal saya lakukan.

Pertama, memilih sampel yang bias. Saya akan melakukan riset apakah orang-orang di Indonesia ini membaca Mojok setiap hari. Sampel yang diambil 100 orang, tapi orang-orangnya adalah penghuni grup WhatsApp Mojok yang memang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Hasilnya sudah bisa ditebak, dari 100 orang tadi, pastinya sebagian besar membaca Mojok tiap hari. Lah, wong tiap hari nulis dan ngecek artikelnya tayang di Mojok atau nggak, ya, kan?

Misalnya, dari 100 orang tadi, sebanyak 90 orang benar-benar membaca Mojok tiap hari. Maka, saya tuliskan kesimpulan dari hasil riset bahwa 9 dari 10 orang Indonesia membaca Mojok setiap hari. Meski terlihat benar, tapi ini nggak memenuhi kaidah statistik. Pertama, sampelnya terlalu sedikit. Kedua, sampelnya nggak heterogen dan nggak mewakili seluruh populasi.

Kedua, mengkondisikan sampel. Okelah, saya akan pilih sampel acak dan jumlah yang banyak supaya memenuhi kaidah statistik. Tapi, sampelnya dikondisikan terlebih dahulu. Misalnya, saya ambil 500 orang PNS di Jogja sebagai sampel. Sebelum riset, saya minta sampel membaca tujuan dan aturan riset yang ada di Mojok.

Nah, ketika riset, saya akan bertanya apakah dalam seminggu terakhir ini membaca Mojok. Saya yakin, 100% sampel akan menjawab iya. Lah, wong mereka sebelumnya baca tujuan dan aturan riset di Mojok, kok. Dari hasil riset ini, saya akan berkesimpulan bahwa Mojok adalah media yang paling banyak dibaca oleh PNS di Jogja dalam seminggu terakhir ini.

Baca Juga:

Poligami karena Perempuan Lebih Banyak? Cek Dulu Datanya!

Ketiga, memanipulasi secara visual. Misalnya, dari hasil riset diperoleh data bahwa yang suka baca Mojok ada 80 orang sedangkan media lain 60 orang. Memang, sih, sekilas Mojok terlihat unggul. Tapi, supaya unggulnya lebih dramatis, data bisa disajikan dalam bentuk grafik. Coba, deh, lihat kedua grafik ini.

Grafik.jpg

Pastinya, saya akan memakai grafik nomor 2. Alasannya, di grafik nomor 2 itu, Mojok lebih terlihat jauh lebih unggul daripada grafik nomor 1. Padahal, pada dasarnya kedua grafik itu sama saja, kok. Yang berbeda dari situ ukuran skalanya saja.

Nah, itulah teknik berbohong menggunakan data statistik. Makanya, kalau ada lembaga riset/survei mengumumkan hasil riset/surveinya, jangan langsung percaya, ya. Lihat dulu sampel dan metodologinya apakah memenuhi kaidah statistik atau nggak.

Jangan malu-maluin macam Pilpres kemarin. Masing-masing capres, kok, bisa mengklaim menang versi quick count? Bohong pakai data statistik memang lebih kelihatan pintar, tapi, ya, nggak sampai gitu juga kali. Hadeh.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 22 September 2021 oleh

Tags: berbohongData statistikailmiah
Andri Saleh

Andri Saleh

Petualang Negeri Sipil. Tinggal di Bandung.

ArtikelTerkait

Membantah Alasan Poligami dengan Data Statistik terminal mojok

Poligami karena Perempuan Lebih Banyak? Cek Dulu Datanya!

28 September 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

3 Alasan Berkendara di Jalanan Jombang Itu Menyebalkan

3 Alasan Berkendara di Jalanan Jombang Itu Menyebalkan

14 Desember 2025
Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

15 Desember 2025
Siluman Dapodik, Sebuah Upaya Curang agar Bisa Lolos PPG Guru Tertentu yang Muncul karena Sistem Pengawasan Lemah

Siluman Dapodik, Sebuah Upaya Curang agar Bisa Lolos PPG Guru Tertentu yang Muncul karena Sistem Pengawasan Lemah

16 Desember 2025
Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

16 Desember 2025
Suzuki S-Presso, Mobil "Aneh" yang Justru Jadi Pilihan Terbaik setelah Karimun Wagon R Hilang

Suzuki S-Presso, Mobil “Aneh” yang Justru Jadi Pilihan Terbaik setelah Karimun Wagon R Hilang

13 Desember 2025
Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran
  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.