Saya mengenal kata komunis pertama kali tentu dari nama Partai Komunis Indonesia (PKI) di buku sejarah sekolah menengah. Gambaran tentang PKI di pelajaran sekolah adalah soal pemberontakan, yang disorot sudah pasti kejadian Prambanan 1926, Madiun 1948, dan Gestok.
Gara-gara gambaran melulu soal pemberontakan (dan lupa menggali mengapa PKI bisa sangat populer meraih simpati rakyat di masa itu), ada sejumlah kekeliruan luar biasa tentang Komunisme di Indonesia. Kalau emang berniat menghalau ideologi ini populer lagi di Indonesia, menurut saya kekeliruan standar tapi masif ini ya harus diperbaiki dulu. Biar nggak blunder debatnya, kan malah kayak orang goblok.
Komunisme tidak sama dengan ateisme
Yang banyak dipercaya orang: orang komunis pasti ateis, orang ateis pasti komunis. Kalau berkaca ke sejarah, Uni Soviet dan RRC di masa Mao Tse Tung memang punya tendensi tidak menyukai agama. Tapi, kamu juga bisa membaca soal Komunisme religius, dimulai dulu dari Wikipedia. Komunis di Indonesia juga bukan komunis ateis, wong dua tokoh komunis terkenal, Tan Malaka dan Haji Misbach, mereka itu muslim yang saleh kok. Jadi tolong jangan kacaukan kedua terma ini ya, gaes.
Juga tidak sama dengan Liberalisme
Sering tuh kejadian, di aksi demonstrasi menentang kebangkitan PKI, ada gitu poster bertuliskan “USIR SEMUA ANTEK KOMUNIS YANG LIBERAL, ORANG-ORANG KOMUNIS LIBERAL TIDAK BOLEH ADA DI NKRI!”
Kalimat di atas nyeleneh abis!
Mencampurkan Komunisme dan Liberalisme jelas ngawur banget. Liberalisme tuh ideologi yang pengin ada kebebasan seluas-luasnya untuk individu, sedangkan Komunisme bercita-cita akhir melahirkan masyarakat komunis tanpa kelas. Udah kelihatan kan perbedaan penekanan subjeknya, yang satu individu, yang satu masyarakat.
Yang lebih parah, saya pernah nemu ujaran Komunisme sama dengan Syiah. Kan makin aneh. Tadi dibilang Komunisme tuh ateis, sekarang malah dikaitkan sama Islam Syiah. Jadi ateis apa nggak nih?
Baca buku Komunisme otomatis jadi komunis
Para pembaca yang budiman, jika seorang pak haji membaca Alkitab (kompilasi Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, mohon bedakan dengan Injil yang isinya Perjanjian Baru), terus dia khatam, apakah ia otomatis menjadi Kristen yang taat? Tidak dong. Begitu pula dengan orang-orang yang membaca buku tentang Komunisme, bukan berarti ia otomatis menjadi seorang komunis.
Lho iya kan. Bisa jadi dia mahasiswa atau akademisi. Bisa jadi dia orang kayak Tengku Zulkarnain yang mempelajari Komunisme untuk menyerangnya. Membaca untuk mengetahui kelemahan, kan adalah salah satu strategi juga. Biar apa? Tentu biar nggak salah kaprah. Salah-salah nanti malah nggak tahu komunis itu apa, dan malah diperalat sama orang yang lebih pintar.
Saya pernah mengalami hal serupa, tapi bukan soal Komunisme sih. Saya membaca buku tentang paham wahabi, dan jelas dari judulnya saja tentang bahaya wahabi serta radikalisme. Si anjir, saya malah dituduh dan dipanggil wahabi oleh sekumpulan orang. Untung sudah selesai, saya mah maklum saja waktu itu, sebab namanya juga orang yang belum punya pengetahuan dibandingkan saya. Eh.
Intinya, jangan sampai salah kaprah lagi soal Komunisme. Ada beberapa stigma yang keliru soal Komunisme, dan tentu saja kita perlu mengkaji dan memberitahukan beberapa kekeliruan ini. Semata-mata bukan untuk menyebarkan Komunisme, tapi tentu saja biar nggak bodoh. Lagian, Komunisme itu sudah jadi hantu, sudah usang dan tak laku. Negara komunis sebesar RRC saja sudah sangat kapitalis gitu.
BACA JUGA 5 Definisi Komunisme Menurut Orang Antikomunis di Indonesia dan tulisan Nasrulloh Alif Suherman lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.