Ingatan masa sekolah, selain berisi cinta pertama, patah hati pertama, dan pukulan pertama, kadang juga berisi tentang peraturan sekolah yang amat tak masuk akal.
Saya pikir, aturan-aturan sekolah yang dulu saya pikir tak masuk akal itu bisa saya cari hikmahnya ketika saya dewasa. Tapi ketika sudah dewasa, bukannya mengerti, saya justru makin tak paham dan makin “mengutuk” aturan-aturan tersebut.
Apakah artinya saya kurang matang dalam pemikiran? Bisa jadi. Tapi, bisa juga karena memang seaneh itu aturan-aturannya.
Jika peraturan sekolah tersebut memang berkaitan dengan keberlangsungan KBM, fine, saya tentu saja bisa menerimanya. Seperti tidak membawa miras ke sekolah. Nggak usah menunggu dewasa, jelas hal itu tolol dan tidak bisa dibenarkan. Atau, bermain hape saat KBM berlangsung. Tentu tolol jika itu dibenarkan.
Tapi yang nggak berkaitan? Come on, aturan itu ada saja sudah aneh.
Saya akan sebutkan peraturan sekolah yang, makin dipikir, makin tak masuk akal, dan jelas nggak nyambung sama KBM. Semoga aturan ini dihapus di masa mendatang.
Daftar Isi
Sepatu wajib berwarna hitam
Peraturan sekolah absurd satu ini saya alami ketika SMA dulu, ketika Wakasek Kesiswaan yang baru menjabat ketika itu sangat tegas dalam menegakkan peraturan. Jadi sebelumnya peraturan untuk menggunakan sepatu hitam ini memang sudah ada dari dulu.
Seingat saya pernah ada salah satu guru yang menjawab kenapa sepatu itu harus hitam. Beliau menjawab agar kasta sosial tidak terlalu kentara di sekolah sehingga para murid bisa berbaur dan tidak merasa minder.
Wah, ini belum tahu kalau ada Adidas full hitam yang mahalnya minta ampun.
Tapi yang jelas tidak masuk akal dari mana alasan kesetaraan dilihat dari sepatu. Dari benda-benda yang lain pun seperti handphone dan kendaraan sudah terlihat kasta sosial seseorang. Siswa juga nggak punya waktu untuk ngecek sepatu temen-temennya. Ini malah gurunya yang kelewat selo.
Peraturan sekolah paling aneh: tidak boleh memakai jaket di dalam kelas
Ya peraturan ini ada di sekolah saya tercinta, jadi ketika para siswa masuk ke gerbang pintu sekolah. Saat ada yang menggunakan jaket, langsung ditegur.
Walaupun saya tidak setuju cuman saya tidak pernah melakukan itu karena di lingkungan sekolah saya sendiri begitu panas.
Tapi untuk peraturan sekolah satu ini, saya merasa agak aneh juga sih. Maksudnya, orang gila mana yang pakai jaket di kelas? Dan siapa yang punya ide untuk memasukkannya dalam aturan?
Rambut harus pendek
Tentu saja peraturan ini ada di top of mind kita semua. Mungkin hampir setiap sekolah negeri di Indonesia punya peraturan ini. Tentu saja bagi saya ini aneh. Okelah kalau gondrong banget gitu dilarang, tapi siswa gila mana yang berpikir untuk gondrong sepanjang itu.
Ketika kawan saya bertanya kepada guru BK kenapa ada peraturan sekolah seperti itu, jawabnya begitu klise (untuk tidak mengatakannya malas): untuk mendisiplinkan siswa dan membentuk karakter murid.
Disiplin dan karakter dibentuk dengan rambut. Bhaik. Lompat logika sepertinya memang olahraga favorit orang Indonesia.
Coba perhatikan, ilmuwan zaman dahulu banyak yang berambut panjang bahkan tidak rapi. Oke, analogi tersebut tidak apple to apple dan nggak mashok. Tapi, coba pikir lagi, ada nggak korelasi antara rambut dengan karakter, atau, kecerdasan?
Orang cerdas mah kalau gerah potong rambut. Nggak usah diatur, nggak usah disuruh. Kalau nggak gerah ya biarin.
Saya tahu niat peraturan ini baik. Tapi, bukan berarti semua niat baik wajib untuk dieksekusi. Dan melihat alasan dari aturan-aturan ini terkesan template dan malas, saya makin yakin kalau aturan ini memang baiknya tak perlu ada.
Biasakan dialog antara siswa dan guru. Relasi guru dan siswa itu bukan atasan dan bawahan, tapi manusia dengan manusia. Nggak perlulah memaksakan peraturan sekolah yang nggak masuk akal, padahal sendirinya nggak paham betul sama korelasinya. Betul apa betul?
Penulis: Diaz Robigo
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 4 Peraturan Sekolah yang Terdengar Ngadi-ngadi dan Panduan Memahaminya