Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Personality

3 Kalimat yang Tidak Boleh Diucapkan kepada Pasutri yang Belum Dikaruniai Anak

Ahmad Natsir oleh Ahmad Natsir
23 September 2021
A A
pasangan yang belum dikaruniai anak

pasangan yang belum dikaruniai anak

Share on FacebookShare on Twitter

Saya menikah pada 2013, dan setelah lima tahun, barulah istri saya hamil dan melahirkan anak pertama kami pada usia keenam pernikahan kami. Saya menyadari lima tahun itu masih sebentar dibandingkan dengan teman-teman kami yang hingga sekarang belum dikaruniai buah hati.

Sepanjang lima tahun itu menjadi masa yang sangat sulit bagi kami, dan menjadikan kami paham, betapa menyakitkannya pertanyaan perihal belum hamilnya istri saya. Saya merasakan ada kalimat-kalimat tertentu yang seharusnya tidak diungkapkan kepada pasangan suami istri yang belum dikaruniai anak. Tentu, ini akan berbeda manakala kita memutuskan untuk childfree yang baru-baru ini viral di media.

Maka dari itu, sebagai manusia yang punya adab dan otak, hendaknya jangan pernah melontarkan kata-kata ini pasutri yang masih belum dikaruniai seorang anak.

“Sudah isi belum?”

Kalimat ini bagi banyak orang hanya menjadi kata sapaan saja, daripada diam saja nggak ngomong sama sekali. Namun, pertanyaan ini akan menjadi pisau yang menusuk bagi pasutri yang belum dikaruniai anak.

Kami sendiri selama kurun waktu itu selalu gelisah manakala bulan Ramadan menuju usai. Ya, Lebaran menjadi momen uji mental bagi kami, karena hampir pasti pertanyaan ini akan meluncur begitu saja. Iya, sih, basa-basi, tapi kalau bertubi-tubi siapa juga yang tidak sakit hati.

Saat momen Idulfitri tiba, kami bagai orang yang punya banyak utang kepada sanak saudara. Ketika momen silaturahmi tiba, saat itulah kami seperti menyerahkan diri kepada para rentenir. Ya, bagaimana lagi, kata orang Jawa, buah hati itu “ora keno ditolak, ora keno dijaluk”, yang artinya tidak boleh ditolak, juga tidak bisa diminta.

Teman saya, yang mempunyai pengalaman yang sama, bahkan merasa pandemi ini adalah anugerah. Sebab, mereka bisa tetap di rumah, dan tidak harus mudik ke kampung halaman. Ya, apalagi kalau bukan untuk menghindari para rentenir itu. Bagi kami waktu itu, pertanyaan ini benar-benar memusingkan.

Kalimat menghakimi

Ini sebenarnya adalah kelanjutan dari basa-basi sebelumnya. Ketika pertanyaan “sudah isi belum” sudah dijawab. Ternyata ada kalimat selanjutnya, “Kamu KB, ya?”, “Kamu sengaja, ya, menunda dulu,” dan lain sebagainya. Sumpah, ini sok tau banget, dan terlalu mengurusi privasi orang lain. Ya, kalau misalnya, iya, saya kira itu nggak apa-apa. Namun, bila ini sebuah ketidaksengajaan, ini bikin sakit hati doang.

Baca Juga:

4 Hal Menyebalkan yang Membuat Ibu-ibu Kapok Pergi ke Posyandu

Alasan Banyak Nama Anak Zaman Sekarang Semakin Rumit

Pernah saat Idulfitri, kami berkunjung ke rumah adik dari nenek keluarga istri. Beliau masih terlihat sangat sehat dan etes. Sebagai seorang aktivis organisasi masyarakat, beliau juga banyak bercerita mengenai isu politik zaman Nippon bahkan zaman megalitikum. Namun, tanpa kami prediksi, muncul pertanyaan pertama, “Sudah hamil belum?” Kami menjawab, “Mohon doa restunya, Mbah.” Eh, tiba-tiba beliau mengatakan, “Woo, gabuk.” Sebuah istilah yang dipakai untuk menggambarkan biji padi yang kopong tanpa isi.

Sepulang dari rumah istri saya menangis sejadi-jadinya. Plis deh, kula suwun, Mbah, jangan berkata itu lagi!

Kalimat saran

“Sebaiknya, kamu ke sana, saja, seorang dukun baik hati dan tidak sombong.”

“Kamu sebaiknya makan buah khuldi saja, nanti biar cepat punya momongan.”

Deretan kata itu sebenarnya mempunyai niat yang baik, berupa saran. Namun, kalimat ini sebenarnya tidak jauh beda menyakitkannya dari dua model kalimat sebelumnya. Bahkan itu juga berlaku dalam bentuk hadiah.

Belum lama ini, istri saya mengadakan giveaway. Sebagai seorang ibu yang berkarier dalam bidang jual beli kurma muda, istri saya merasa “sudah waktunya” untuk memberikan barang dagangannya, tidak untuk dibeli melainkan disedekahkan sekaligus ongkos kirimnya. Nama yang muncul dalam pikirannya kemudian adalah temannya yang kebetulan belum dikaruniai seorang buah hati. 

“Mbak, saya kasih kurma muda, ya. Semoga bermanfaat,” Istri saya tiba-tiba mengirim pesan WhatsApp kepada temannya.

“Nggak, Mbak, maaf, saya nggak butuh. Terima kasih.” 

Mak deg. Istri saya tiba-tiba merasa bersalah, dan segera meminta maaf. Kami akhirnya tahu, bahwa hadiah saja bisa menyakiti hati seseorang.

Sejak saat itu, kami tidak pernah, bertanya, menebak-nebak, hingga menyarankan pengobatan apa pun kepada sejawat kami yang belum dikaruniai seorang buah hati. Kecuali jika mereka menanyakan terlebih dahulu dan memberikan saran tentu saat suasana memungkinkan.

Kami juga masih ingat betul manakala kami diam-diam berjuang, berobat ke sana ke mari, tanpa siapa pun yang tahu, kecuali kami berdua dan orang senasib seperjuangan dengan kami. 

Jadi, masih mau mempertahankan basa-basi menyakitkan itu?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 23 September 2021 oleh

Tags: Anakkaruniapasutriprasangkatekanan sosial
Ahmad Natsir

Ahmad Natsir

Bapak rumah tangga yang nyambi nulis esai.

ArtikelTerkait

Memakaikan Perhiasan Emas pada Anak Tak Lebih dari Kebodohan Orang Tua terminal mojok

Memakaikan Perhiasan Emas pada Anak Tak Lebih dari Sekadar Kebodohan Orang Tua

7 Agustus 2022
Stop Bilang Banyak Anak Banyak Rezeki, Anak Bukan Barang Dagangan Terminal Mojok

Banyak Anak Banyak Rezeki Anggapan Kuno, Mending Buang Jauh-jauh

27 Januari 2021
Perintah untuk Tambah Anak, Basa-basi yang Seharusnya Tak Perlu Dilontarkan terminal mojok

Perintah untuk Tambah Anak, Basa-basi yang Seharusnya Tak Perlu Dilontarkan

7 Agustus 2021
anakku

Untukmu, Anakku di Masa Depan

26 Juni 2019
Cukai Minuman Berpemanis Ditambah: Kurangi Konsumsi Gula atau Keruk Uang Rakyat?

Minuman Kemasan untuk Anak: Tampilannya Menarik Hati, Kandungan Gulanya Bikin Ngeri

17 November 2022
Stop Nyinyirin Tumbuh Kembang Anak Orang Lain, Kondisi Tiap Anak Berbeda-Beda!

Stop Nyinyirin Tumbuh Kembang Anak Orang Lain, Kondisi Tiap Anak Berbeda-Beda!

22 Juni 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka Mojok.co

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

1 Desember 2025
Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

4 Desember 2025
Angka Pengangguran di Karawang Tinggi dan Menjadi ironi Industri (Unsplash) Malang

Ketika Malang Sudah Menghadirkan TransJatim, Karawang Masih Santai-santai Saja, padahal Transum Adalah Hak Warga!

29 November 2025
Malang Nyaman untuk Hidup tapi Bikin Sesak Buat Bertahan Hidup (Unsplash)

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

5 Desember 2025
4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang Mojok.co

4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang

29 November 2025
5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain Mojok.co

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.