3 Hal yang Bikin Deg-degan Saat Pilih Tukang Bangunan

Deg-degan, nyatanya tak melulu berkaitan dengan si dia yang bermata indah dan senyumnya membuat gundah. Perasaan tak menentu ini ternyata juga bisa dialami ketika berhubungan dengan seseorang yang bahkan tidak pernah kita kenal sebelumnya: tukang bangunan.

Percayalah, setelah dipikir-pikir, proses pemilihan tukang bangunan ini tak ubahnya seperti mencari jodoh. Sekali pilihanmu salah, runyam segala-galanya. Nggak percaya? Tiga poin inilah yang bikin proses memilih tukang bangunan bikin deg-deg ser~

Pertama, upah.

Hal yang membuat biaya pembangunan atau renovasi membengkak adalah upah tukang bangunan. Tiada hari tanpa deg-degan ketika genderang renovasi ditabuh. Ini duit bakal cukup sampai proses selesai nggak, ya? Intensitas deg-degan itu makin meningkat kala si abang tukang bersabda, “Ini semen sama pasirnya kurang, Mbak.”

Hoaaa… Auto megap-megap. Apalagi kalau ingat besok adalah hari Sabtu, hari kemerdekaan bagi setiap tukang bangunan. Maka, benar orang tua bilang: Jika dalam hitunganmu renovasi membutuhkan biaya Rp1 juta, siapkanlah Rp3 juta. Alias 3 kali lipat dari hitungan kita. Biar kita nggak terlalu deg-degan setiap hari. Pasalnya, bagaimanapun, renovasi apalagi membangun rumah adalah sebuah proses melubangi dompet dengan granat. Jebol bin ambrol, Gaes.

Situasi ini sebenarnya bisa diakali dengan melihat seberapa banyak pekerjaan yang akan digarap oleh abang tukang. Misal pekerjaan yang akan dilakukan tidak terlalu berat, seperti tambal tembok atau renovasi dapur, pilih saja tukang bangunan dengan sistem bayaran harian.

Namun, kalau rehab total ruang tamu, dapur plus ruang makan, lebih baik pilih tukang bangunan dengan sistem pembayaran borongan. Selain lebih hemat, sistem borongan juga membuat tukang bekerja lebih cepat karena terikat dengan waktu target penyelesaian pekerjaan.

Kedua, kinerja

Bagaimana performa abang tukang bangunan juga nggak kalah bikin deg-degan. Tiap pagi mantengin detik jam sambil bertanya-tanya, si abang kok belum datang, ya? Kan, udah siang? Ini penting, karena bagaimanapun kalau dapat tukang bangunan yang berangkatnya sering telat kan ilfeel juga! Giliran berangkat telat, eh, pas waktunya pulang, melesat bagai kilat. Kan, jenius.

Kinerja tukang juga tidak hanya soal kedisiplinan, tapi soal skill dan kecepatan. Ya Lord, saya jadi ingat pengalaman saya dengan salah satu tukang bangunan kala rumah direnovasi: lelet alias lambat banget, Cuk.

Waktu pengerjaan yang semula direncanakan sekian hari, jadi molor kaya kolor. Saking gemesnya, bapak saya sampai ikut-ikutan turun tangan. Maksud hati biar si abang tukang tersindir, eh, malah keenakan karena merasa dibantu. Hmmm… Asli bikin nyesel. Persis seperti kalau kamu salah pilih jodoh.

Ketiga, hasil.

Beda tukang bangunan, pasti akan beda pula hasilnya. Dan hal ini juga masuk jadi salah satu yang bikin kita jadi deg-degan. Tukang yang hasil kerjanya oke, biasanya dia akan ramai orderan. Jadi ketika kita butuh jasa dia, nggak bisa seketika itu juga terealisasi. Harus masuk waiting list dulu. Kalau butuh cepet, ya berarti cari tukang yang lain. Dan ini nih yang bikin deg-degan: kerjasama dengan tukang bangunan yang belum kita kenal, sama saja seperti gambling.

Dapat yang bagus ya rejeki kita, kalau ndilalah dapat yang nggak bagus, ya apes namanya. Namanya juga cari tukang berdasarkan katanya-katanya. Katanya si A bagus, katanya si B lumayan.

Pada akhirnya karena tukang bangunan ini adalah pekerjaan yang bersifat layanan jasa, kepuasan pelanggan adalah hal yang utama. Toh, kalau hasil pekerjaan mereka bagus, berikutnya pasti akan dipakai lagi. Termasuk akan direkomendasikan ke teman atau kerabat yang sedang membutuhkan tenaga tukang. Biar nggak sampai salah pilih. Soalnya, salah pilih itu perih, Jenderal!

BACA JUGA Nasib Punya Rumah Samping Tukang Kayu yang Berisik Nggak Karuan dan artikel Dyan Arfiana Ayu Puspita lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version