10 Jenis Jajan Godhongan yang Cocok buat Mengganjal Perut

Dalam Bahasa Madura Hijau Memang Disebut Biruh dan Tak Perlu Diganti terminal mojok.co

Dalam Bahasa Madura Hijau Memang Disebut Biruh dan Tak Perlu Diganti terminal mojok.co

Sejak pandemi dan banyak waktu luang, saya jadi lebih sering nongkrong di dapur yang pada masa “normal” jarang sekali saya singgahi, kecuali ingin membuat mi instan. Berawal dari perkenalan dengan bumbu dapur kemudian berlanjut latihan mental menggoreng ayam, saya mulai menikmati berkegiatan di sana. Rupanya, perubahan kecil ini menjadi angin segar bagi ibu saya. Dibanding anaknya menganggur dan bahan makanan kadung terlalu lama, jadilah beliau mengajak saya kolaborasi bikin jajan godhongan.

Jajan godhongan adalah sebutan kami untuk penganan yang dibungkus dengan daun pisang. Sebenarnya banyak sekali jenisnya, namun lebih spesifik lagi, saya hanya akan menyebutkan beberapa jenis jajan godhongan yang memanfaatkan daun pisang sebagai pembungkus serta dimasak sekaligus. Selain lebih sehat, penggunaan daun pisang dalam mengukus juga menambah aroma khas pada makanan.

Belum banyak jajan godhongan yang saya buat bareng ibu. Tapi, beberapa lainnya berhasil saya nikmati dengan membeli di pasar tradisional ataupun ketika ada acara tradisi tertentu. Maklum, jajanan yang seperti ini memang kalah tenar dengan jajan kekinian macam pancake, hotang, baso aci, boba, atau dalgona misalnya. Nggak perlu pengantar terlalu panjang, berikut rekomendasi jajan godhongan yang pas buat ganjal perut kalian.

Arem-arem

Bisa dibilang, arem-arem adalah nasi plus lauk versi mini. Dibungkus dengan daun pisang dan berbentuk seperti lontong, arem-arem terbuat dari nasi yang ditambahkan dengan oseng, tapi ukurannya jauh lebih kecil dibanding lontong ya. Seperti memasak nasi biasanya, untuk menambahkan cita rasa yang lebih gurih, nasi ditambahkan santan juga lengkuas dan daun serai. Kemudian nasi yang sudah matang dibungkus daun pisang, juga tambahan lauk sesuai selera di antara nasinya. Isian lauk biasanya berupa kentang, wortel, tahu dan jeroan ayam yang dioseng. Bungkus dengan rapi, dan kukus sampai matang.

Makan arem-arem tiga biji sama dengan kita makan nasi satu porsi. Apalagi kalau ukurannya dibikin lebih besar dari umumnya. Pokoknya, jajan ini paling pas mengganjal perut.

Lemper

Hampir sama dengan arem-arem, lemper dibungkus dengan teknik dan bentuk yang sama pula. Hanya saja, biasanya lemper berukuran separuh dari arem-arem. Jika arem-arem berasal dari beras biasa, lemper dibuat dari beras ketan. Biasanya sih ketan putih, saya nggak pernah mendapati lemper dari ketan hitam. Untuk isiannya sendiri, lemper lebih simpel karena dia hanya menggunakan isian abon. Bisa abon ayam, sapi, atau jika ada varian baru boleh juga dicoba. Soal rasa, oleh karena terbuat dari beras ketan, lemper cepat bikin kenyang.

Puci-puci

Dibungkus dengan bentuk seperti limas, puci-puci terbuat dari tepung beras ketan yang ditambahkan pewarna hijau. Secara alami, warna hijau dapat dihasilkan dari daun suji. Kalau terlalu repot, pakai pewarna makanan juga nggak apa. Di dalam limas puci-puci tersebut berisi nten-nten. FYI, nten-nten adalah sangraian parutan kelapa muda dicampur tepung beras ketan dan tambahan gula jawa. Bikinnya nggak sampai terlalu kering, sehingga nten-nten bertekstur basah dan sedikit lengket. Tapi, rasanya dijamin enak!

Nagasari

Kalau jajan godhongan yang satu ini, saya yakin sudah banyak yang mengenalnya. Nagasari dibuat dari tepung beras yang dicampurkan dengan santan yang sudah dimasak terlebih dahulu sebelumnya. Jangan lupa tambahkan garam pada santan biar makin pas. Adonan tepung tersebut kemudian dibungkus dan ditambahkan pisang sebagai isian. Yang unik di sini adalah teknik membungkus nagasari yang selalu sama. Bentuknya seperti nasi tempelang, tapi nggak persis seperti itu juga. Lah susah kalau dijelasin, hayuk praktik bikin saja. Hehehe.

Awuk-awuk

Namanya memang sedikit aneh, saya juga nggak ngerti filosofi apa di balik penyebutannya itu. Tapi, soal rasa, jangan diragukan. Pembuatan awuk-awuk bisa dibilang cukup simpel. Kita hanya perlu menyiapkan tepung beras ketan, kelapa parut, sedikit garam, dan irisan gula jawa. Semua bahan tersebut dicampur merata, kecuali gula jawa ya. Gula jawa hanya perlu disisipkan di tengah bungkus adonan.

Awuk-awuk sendiri dibungkus menyerupai nasi tum. Tapi, beda dikit sih. Halah lagi-lagi susah kalau kudu jelasin cara bungkusnya. Pokoknya, pastikan bungkusnya sudah rapat dan kukus sampai matang. Nah, begitu kamu gigit awuk-awuk, nyeesss langsung lumer gula jawa di dalamnya. Macam coklat meleleh gitu. Ah mantaaap.

Awuk-awuk sagu

Namanya juga sama-sama awuk-awuk, cara memasak dan ngebungkusnya sama persis. Bedanya adalah bahan utama awuk-awuk sagu ya sagu itu sendiri. Tapi, jangan kamu bayangin kalau sagu yang dimaksud adalah sagu batangan yang habis dipotong-potong dari pohonnya ya. Sagu yang digunakan yaitu sagu yang sudah melewati proses pengolahan, entah itu dari pabrik atau usaha rumahan, saya nggak begitu ngerti.

Biasanya, sagu yang digunakan ada dua macam, sagu mutiara (berbentuk bulat kecil) dan sagu kembang pacar (persegi panjang). Cara bikinnya nggak kalah mudah. Sagu yang kita pilih direndam air terlebih dahulu biar nggak keras, kemudian dicampur parutan kelapa dan gula pasir, bungkus dan kukus. Persis awuk-awuk yang tadi kan? Tapi, dari jenis tampilan, lebih menarik awuk-awuk sagu sih karena sagu mutiara atau kembang pacar tadi sudah diberi pewarna merah sama hijau. Bayangin aja dulu, jan ngiler!

Bongko roti

Jajan godhongan yang satu ini cukup modern. Saya bilang demikian karena dalam pembuatannya melibatkan roti buatan pabrik dan plastik. Loh makan plastik? Nggak, sabar dulu saya jelasin.

Jadi, bongko roti ini isinya roti tawar plus kuah santan. Nggak repot, kuahnya cuma santan rebus yang dicampurkan gula Jawa. Seperti ini saja sebenarnya sudah bisa disajikan. Tapi, bongko roti melewati satu proses lagi. Kuah dan roti dimasukkan dalam plastik, diikat dan kemudian bungkus kembali dengan daun pisan membentuk nasi tum. Searching di Google aja deh kalau nggak tau bentuknya gimana. Setelah itu, kukus lagi sampai matang. Agak ribet kan? Oh ya, saya kurang tahu sih pengukusan dengan plastik ini aman nggak buat kesehatan.

Bongko gedhang

Meskipun namanya sama, tapi saya nggak nemu kemiripannya di mana selain cara membungkusnya. Bongko gedhang dibuat dengan tepung beras, larutan gula jawa dan santan, juga pisang yang dilumatkan. Jika dirasa adonan sudah tercampur rata, proses terakhir yaitu dibungkus dan kukus. Kalau kalian nggak doyan gedhang (pisang) saya saranin nggak usah coba-coba jajanan yang satu ini.

Rokok-rokokan

Jauh dari namanya, rokok-rokokan nggak ada miripnya sama sekali dengan rokok beneran. Baik dari segi bentuk, cita rasa, apalagi komposisinya. Saya nggak tahu kenapa dinamakan demikian. Pun ibu saya. Jajan godhongan yang satu ini terbilang cukup simpel karena hanya dibuat dengan adonan beras ketan yang dicampur lelehan gula. Kalau kepengin warna putih, cukup tambahkan gula pasir. Tapi, kalau ingin warna kecoklatan, kita bisa menambahkan kinco atau lelehan gula merah.

Dengan teksturnya yang super lengket, membungkus rokok-rokokan perlu dilumuri minyak goreng terlebih dahulu. Ini sih yang bikin kita agak ribet makannya karena tangan kita mau nggak mau kudu berjibaku dengan minyak. Cara membungkusnya pun cukup simpel karena kita hanya perlu memelintir sisi pinggir daunnya saja. Macam bungkus permen Fox’s yang kaleng gitu loh.

Lengko

Jajan yang satu ini butuh proses yang lebih lama dan ribet. Selain karena kita harus memanen sendiri singkong di kebun, eh engga ya cukup panen di pasar aja, kita perlu memarut singkong, diperas dan mengendapkannya. Saya nggak yakin sih ada yang mau menghaluskan singkong dengan blender. So, pastinya kudu diparut.

Nah, endapan parutan tadi kita perlukan untuk mengambil pati singkong. Air patinya sendiri harus dibuang. Ada sih yang nggak melewati proses ini tapi hasilnya lebih enak yang diendapkan. Selanjutnya cukup campurkan larutan gula jawa, diaduk rata dan lengko siap dibungkus untuk selanjutnya dikukus. Sebagai isian, biasanya lengko ditambahkan pisang. Kalau nggak juga sah-sah aja. Biasanya juga lengko dibungkus seperti pepes pindang. Ada bayangan?

Nah, itu dia beberapa jenis jajan godhongan yang dijamin cukup dijadikan pengganjal perut. Kalian tertarik sama yang mana? Yok bikin yok!

BACA JUGA Penganan dari Kabupaten Batang yang Hanya Bisa Dijumpai pada Momen Tertentu dan tulisan Elif Hudayana lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version