Rogue Nation Ratna Sarumpaet: Agen IMF yang Bekerja, Gagal, dan Disangkal

Agen Super Ratna Sarumpaet MOJOK.CO

MOJOK.COAgen Ratna Sarumpaet sudah bekerja. Ia gagal, lantas disangkal. Kepada keluarga, mantan agen super itu memasrahkan segala lelah dan pikuk.

Ledakan di Gudang nomor tiga itu terdengar hingga radius lima kilometer. Menjadi gambaran betapa besarnya C4 yang digunakan Agen Ratna Sarumpaet. Ia terpaksa melakukannya. Ia terpaksa melakukannya. Ia terpaksa melakukannya. Ia terdesak oleh situasi. Terus maju demi misi, atau mundur dan keselamatan keluarganya terancam.

Sebagai anggota IMF: Indonesia Menang Force, Agen Ratna Sarumpaet paham pilihannya sangat terbatas. Sebelum kilatan ledakan di Gudang tiga masuk di sudut matanya, sebuah ingatan lama berkelebat, memanggil kembali memori-memori lawas sebelum misi tidak mungkin ini mendapatkan lampu hijau.

**

Suara dari alat pemutar piringan hitam itu terdengar berdesis. Kalimat yang terdengar sedikit kabur. Namun, perintah yang Agen Ratna dengar terdengar jernih. Adrenalinnya naik perlahan. Ia paham besarnya magnitude misi itu. Sebuah misi yang mungkin akan jadi panggung terakhirnya sebagai agen terbaik dari IMF. Agen dengan tingkat keberhasilan paling tinggi.

“Anda punya waktu 72 jam untuk mengeksekusi misi ini. Anda harus bisa mengambil simpati masyarakat dengan sebuah skema yang meyakinkan dan khas.” Demi keamanan, pesan itu tiba-tiba berubah, dari Bahasa Indonesia menjadi Bahasa Inggris. Maklum, tidak banyak warga di suatu provinsi yang paham Bahasa Inggris tapi sudah melarang pemutaran lagu-lagu barat di jam-jam tertentu.

“As always, should any member of your team be caught or killed, the Secretary will disavow all knowledge of your actions. And Mrs. Ratna Sarumpaet, the next time you go on holiday, please be good enough to let us know where you’re going. This message will self-destruct in five seconds.”

Sebuah asap mengepul dari alat pemutar piringan hitam itu tepat setelah pesan rahasia selesai dibacakan. Agen Ratna akrab betul dengan asap itu. Asap dengan aroma sate padang. Tiba-tiba, Agen Ratna merasa lapar. Ini sudah pukul 19.00, waktunya makan malam. Ia harus makan tepat waktu supaya “Diet ala Kemal” itu sukses.

Agen Ratna Sarumpaet membatin: “If I let you know where I’m going, I won’t be on holiday.” Saat itu, Agen Ratna sedang pergi memancing aligator air asin di Aruba dan rencananya akan diving di Segitiga Bermuda. Ia memang suka menantang bahaya. Namanya juga agen spesial untuk misi-misi tidak mungkin. Latihannya saja di gulag.

Sebagai agen rahasia lintas negara yang menyaru menjadi aktivis perempuan, ia menguasai delapan bahasa. Bahasa Jawa, Indonesia, Inggris, Mandarin, Rusia, Prancis, Tagalog, dan Sansekerta.

Waktu yang diberikan untuk menjalankan Misi Face Off ini hanya 72 jam. Sangat mepet. Ia memilih hanya memilih agen terlatih. Mereka berpengalaman, jago hand-to-hand combat, dengan spesifikasi mouth combat, alias silat lidah. Ia butuh agen yang ahli propaganda dan plotting.

Tidak butuh waktu lama, Agen Ratna Sarumpaet sudah mengumpulkan dua agen dengan kualitas mouth combat paling sohor di negeri ini. bahkan, IMF pun membantu dengan mengirimkan personel terbaik mereka. Beberapa ahli retorika dan drama media sosial. Ini personel penting dalam struktur kepengurusan IMF. Propaganda, hingga teknik tingkat tinggi seperti firehose of the falsehood mereka jagonya.

Segala persiapan dilakukan dengan cepat. Pertama-tama, tim kecil namun andal ini menyusun plot. Plot terdiri dari tiga bagian; prolog, isi-klimaks, dan epilog. Ketiga melibatkan petinggi-petinggi di segala kanal media sosial supaya drama yang dibangun menjadi begitu meyakinkan.

Dan seperti yang sudah direncanakan. Pagi itu, media sosial heboh. Headline heboh mewarnai kanal-kanal arus utama yang pemiliknya para partisan itu. Oligopoli media, mereka-mereka ini yang menjadi sumbernya.

“Seorang Aktivis Perempuan Menjadi Korban Pilpres”

“Seorang Aktivis Perempuan Dianiaya Sejumlah Orang”

“Babak Belur, Ratna Sarumpaet Diculik dan Dihajar 15 Laki-Laki”

Pakai penekanan “laki-laki” biar negara patriarki paruh waktu ini semakin heboh. Apalagi yang “dianiaya” adalah aktivis perempuan. Efektif, pihak yang ingin disudutkan langsung terdiam. Yang bisa mereka lakukan hanya menunggu.

Menyambut bridging yang sudah dibangun lewat prolog, tim kecil ini langsung masuk ke isi-klimaks. IMF melakukan konferensi press. Isinya adalah keprihatinan, menggambarkan berapa negara ini sudah tidak punya lagi daya untuk melindungi perempuan lawan politik, menegaskan “kekerasan” ini menjadi bukti bahwa kepempimpinan di negara pasca-agraris ini harus segera diganti. Sekarang juga kalau perlu.

Tim-tim pendukung, para propagandis menangis di depan kamera wartawan. Menyebut bahwa ini kejadian yang biadab. Kekerasan menimpa seorang ibu, seorang yang begitu peduli dengan kasus-kasus perempuan.

Misi Face Off sudah hendak masuk klimaks ketika pengayom masyarakat bekerja kilat. Tidak mau kecolongan sebuah serangan drama, pengayom masyarakat men-sweeping warung-warung yang buka ketika bulan suci dan minimarket yang jualan bir. Ahh maah, itu “pengayom yang berbeda”.

Pengayom yang ini bekerja menelusuri TKP, melakukan wawancara intensif dengan beberapa saksi, mencocokkan jadwal Agen Ratna Sarumpaet ketika kejadian terjadi. Tidak ada gading yang tak retak, tak ada misi yang betul-betul sempurna. Tim sang agen lupa bahwa teknologi di negara pasca-agraris ini sudah agak maju. Di negara berflowers ini sudah ada yang namanya CCTV.

Ketika CCTV di sebuah klinik diperiksa, ketahuan bahwa sang agen ada di sana. Bahkan, ia terdaftar sebagai pasien “face off” betulan. Temuan-temuan penting ini segera dibuka ke publik. Dan, tidak butuh waktu lama, Misi Face Off ini menemui kegagalannya. Semua terbongkar dengan mudah. Untuk kali pertama, tim Agen Ratna gagal melaksanakan misinya.

Seperti yang sudah-sudah, kegagalan berarti penyangkalan. IMF dengan cepat mengambil langkah penyelamatan. Agen Ratna Sarumpaet dipecat dari jabatannya sebagai juru bicara. Ia disangkal. “…disavow all knowledge of your actions”.

Selang beberapa waktu, Agen Ratna menghadapi kekisruhan yang terjadi dengan berani. Ia membuat pernyataan, menegaskan bahwa ia bekerja sendiri. Ia meminta maaf.

Disangkal keberadaannya adalah salah satu luka hati. Kamu tidak dianggap, bahkan direndahkan ketika sudah “berkorban”. Itulah yang terjadi kepada Agen Ratna Sarumpaet.

Enggak ada urusan sama mak lampir, ada urusan yang lain,” kata seseorang dahulu adalah kawan. Keberadaan Agen Ratna dinihilkan.

**

Kini, seorang diri, mantan Agen Ratna Sarumpaet tengah menghadapi pengadilan. “Anak-anak saya selalu mendukung, mereka mencintai saya tanpa batas,” kata mantan Agen Ratna kepada awak media.

Kepada keluarga kita kembali. Setelah berpetualang, melawan kerasnya dunia, keluarga adalah tambatan terakhir. Baik dan buruk, keluarga menerimanya. Meleburkan semua lelah dan darah menjadi satu dukungan bulat. Selalu seperti itu.

Sehat selalu, Ibu Ratna.

**

nb: Tulisan ini hanya fiksi belaka. Jika ada kesamaan nama, pihak, dan cerita hanya kebetulan belaka, my love.

Exit mobile version