Eksklusif! Alasan Jokowi di Periode Ini Suka Ambil Kebijakan Tak Populis

alasan jokowi di periode kedua jadi presiden suka buat kebijakan yang tidak populis dibenci masyarakat reshuffle kabinet indonesia maju mojok.co

alasan jokowi di periode kedua jadi presiden suka buat kebijakan yang tidak populis dibenci masyarakat reshuffle kabinet indonesia maju mojok.co

MOJOK.COAda yang aneh dengan Pak Jokowi akhir-akhir ini. Banyak kebijakan tidak popular yang beliau kasih lampu hijau. Kenapa, sih, beliau kayak gini? Kami menguak misteri ini!

Tidak sedikit yang bingung dengan sikap Presiden Jokowi saat ini. Kenapa Jokowi sekarang beda dengan yang dulu? Atas segala keanehan yang terjadi, tidak ada jawaban yang memuaskan hati. Pak Jokowi kenapa, sih?

Samar-samar saya masih ingat ketika Pak Jokowi masuk dalam kontestasi pemilu presiden Indonesia. Citra yang cemerlang dan aura merakyat membuat banyak warga mudah jatuh cinta dengan mantan wali kota Solo itu. Seiring waktu, ekspektasi kepada beliau naik perlahan.

Ketika diwawancara oleh BBC Indonesia, Pak Jokowi menjelaskan dua fokusnya ketika menjadi presiden. Untuk periode pertama, beliau akan membangun infrastruktur. Nah, buat periode kedua, lulusan UGM itu mau fokus membangun “manusia Indonesia”.

Tapi kok sudah periode kedua ini, pembangunan manusia nggak pernah terjadi? Periode kedua Pak Jokowi bukan periode pembangunan manusia, tetapi bisa kita sebut “periode investasi”. Duh, Pak, Bapak mau jadi Presiden Indonesia atau Presiden Investasi, sih? Kayaknya kita nggak lagi hidup di negara, tapi startup raksasa.

Gimana nggak aneh, Pak Jokowi sendiri bilang namanya dicatut nggak masalah demi investasi. Januari yang lalu, beliau negesin itu kepada Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) urusan investasi, Bahlil Lahadalia.

“Meskipun ngancem-ngancemnya bawa nama-nama presiden. Ini kalau ngancem gubernur, ngancem bupati, ngancem wali kota, ngancem polda, polres. Saya dengar pakai nama saya, nggak apa-apa, tapi kalau masalahnya selesai, buat saya enggak ada masalah.”

Haduh, Pak, namanya mencatut saja sudah salah. Kok bapak mengizinkan kejahatan, sih? Apakah kualitas anak buah Bapak memang ecek-ecek sampai perlu mencatut nama?

Bahkan Pak Jokowi menyandingkan istilah “mencatut” dengan “mengancam”, lho. Budaya kayak gini bisa berkembang jadi kejahatan besar. Namanya juga manusia, dan kita tahu gimana budaya korupsi di Indonesia, perintahnya itu pasti akan diamalkan dengan baik. Gimana kalau nama Bapak dicatut beneran buat ngegolin pembebasan lahan yang merampas tanah milik rakyat?

Ah, Jokowi memang berubah. Teriakan rakyat mungkin kayak lalat yang berdengung di telinga. Tinggal digebah saja, lalat itu pergi. Bapak pastinya tahu kalau tingkat kepercayaan publik kepada KPK itu turun.

Kenapa? Ya karena Bapak nggak berbuat lebih untuk menggagalkan RUU KPK. Sudah begitu, ia juga memalingkan muka di proses seleksi Ketua KPK. Pada 2019, ICW sudah mengingatkan kalau panitia seleksi mengabaikan aspek integritas dan rekam calon. Akibatnya, kata Kurnia Ramadhana, peneliti ICW, pimpinan yang terpilih, you know who, justru merupakan sosok-sosok yang mempunyai banyak catatan.

Setelah terpilih, segala keanehan terjadi. Baru-baru ini, KPK menghentikan penyelidikan 36 kasus. Abraham Samad, mantan ketua KPK, menegaskan kalau itu “di luar kewajaran”. Apa yang terjadi selanjutnya? Ya nggak ada. Presiden Jokowi bergeming, tidak berbuat apa-apa.

Masih ada kejanggalan lain. Ketika rapat membahas isu penting, yang diundang Pak Jokowi malah buzzer. Dosen komunikasi Universitas Telkom, Dedi Kurnia Syah Putra, menyebut kebiasaan Pak Jokowi ini sebagai sikap yang bias. Apa guna staf ahli kalau malah buzzer yang diundang untuk membahas isu penting?

“Hal ini menandai Jokowi tidak memiliki kepercayaan kepada para pembantu formalnya untuk mendiskusikan hal sepenting struktur pemerintahannya,” kata Dedi. Masih kata Dedi, sikap ini justru membuat Pak Jokowi nggak bisa meredam keraguan publik. Kenapa? Karena Pak Presiden sendiri tidak melakukan tata kelola komunikasi pemerintahan yang baik.

Apalagi, buzzer Pak Jokowi di media sosial ini galak, melebihi istilah militan. Setiap kritik sudah dianggap sebagai usaha untuk melawan Presiden. Kalau kritik saja dianggap gangguan, sudah betul kalau dianggap pembangunan manusia Indonesia sudah gagal. Dan kegagalan itu dimulai dari Pak Presiden sendiri.

Apa yang bisa menjelaskan semua keanehan ini?

Saya merasa semua ini butuh alasan, dan alasan yang masuk akal cuma satu: Jokowi yang asli telah diculik alien, dan yang memimpin Indonesia saat ini adalah Jokowi gadungan.

Terdengar seperti teori konspirasi ya? Sebentar dulu….

Untuk menjadi perhatian, pada 6 hingga 9 Juli 2017, Pak Jokowi berkunjung ke Jerman untuk menghadiri G20 Hamburg Summit. Selama kunjungan tiga hari itu, beliau bertemu dengan Donald Trump.

Tahukah kamu, Jerman adalah satu dari 10 negara di dunia di mana UFO paling sering terlihat. Kesembilan negara yang lain adalah Amerika Serikat, China, Brasil, Rusia, Kanada, Prancis, Meksiko, Inggris, dan Indonesia. Saya yakin beliau diculik alien di Jerman. Nggak mungkin di Indonesia karena di sini UFO cuma akan dianggap sebagai “piring terbang”. Emang kawinan.

Sudah kunjungannya ke Jerman, ketemu Donald Trump lagi. Saya sendiri sudah duluan curiga Trump adalah alien dari Planet Ur-Anus. Trump dikirim ke Indonesia ketika masih bayi menggunakan semacam kapsul pesiar luar angkasa karena planetnya dilanda perang besar. Trump bernama asli Kal-El dan film Superman adalah biopik beliau.

Teori konspirasi memang selalu menarik untuk dikulik. Dan saya yakin, berkat teori yang saya kemukakan ini, kamu jadi lebih bisa memahami keanehan Pak Jokowi.

Ayo, Jokowi, tunjukkan wajah aslimu!

BACA JUGA Berharap Jokowi Berbuat Lebih Memang Sia-sia Belaka dan tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.

Exit mobile version