Suporter Arsenal Itu Banyak yang Menyebalkan, Ini 7 Cirinya

Polisi Siber Seolah-olah Diam Saat Patrich Wanggai Dirundung Komentar Rasis mojok.co

MOJOK.CO – Suporter punya banyak rupa, ada yang adem, kritis, dan lebih banyak yang nyinyir. Beberapa fans Arsenal juga begitu. Sudah sampai taraf menyebalkan.

Menjadi suporter Arsenal itu tidak mudah. Periode kelam, antara tahun 2005 hingga 2017 betul-betul menguji mental suporter klub asal London Utara ini. puasa gelar, penjualan pemain bintang untuk menutup biaya pembangunan stadion, hingga rezim pelatih yang stagnan. Untuk satu dan lain hal, suporter Arsenal sama merananya dengan suporter Liverpool. Ehem.

Biasanya, suporter Arsenal yang bisa bertahan melewati “musim dingin tanpa ujung” itu, adalah mereka-mereka yang bermental baja. Kuat menghadapi hinaan-hinaan suporter klub lain seperti Manchester United, Manchester City, Chelsea, dan klub-klub di luar Liga Inggris seperti Real Madrid atau Barcelona. Maklum, di periode yang sama, klub-klub tersebut silih berganti meraih piala. Arsenal? Posisi empat di klasemen akhir pun sudah disyukuri.

Namun, meski sudah melewati masa-masa kelam yang sukses mengasah mental, tetap saja banyak suporter Arsenal yang begitu menyebalkan. Mungkin mereka ini lahir dari muntahan semut rangrang. Kamu tidak percaya? Berikut 7 cirinya.

1. Menggangap fans City dan Chelsea sebagai “suporter karbitan”.

Istilah karbitan merujuk kepada penggunaan karbit untuk mempercepat proses pematangan buah. Dari luar nampak matang, tetapi dalamnya masih mentah. Di sepak bola, istilah ini disematkan kepada suporter pendukung kesebelasan yang menangan saja. Ia akan dengan cepat berpindah mendukung klub lain yang lebih sering menang.

Fans Arsenal yang mendaku diri paling kuat mentalnya, sering menganggap suporter Manchester City atau Chelsea sebagai karbitan. Bagaimana tidak, sebelum “uang minyak” dan “duit arab” masuk, habitat City dan Chelsea jauh dari papan atas. Glory hunter, mereka menyebutya. Sebetulnya ini tidak sehat. Preferensi klub adalah ranah pribadi.

2. Penonton layar kaca.

Ketika Arsenal terpuruk, biasanya sering, fans yang merasa sudah mendukung klub ini sejak lama menjadi mudah gelisah. Terutama ketika ada fans The Gunners lainnya yang mengkritik kebijakan klub atau cara main di lapangan. Orang-orang kritis yang kritikannya sangat logis ini akan diserang dan dikata-katain hanya “penonton layar kaca”.

Maksudnya, di Indonesia cuma bisa nonton dari televisi, berbeda dengan fans di Inggris yang bisa berkontribusi kepada klub secara langsung. Misalnya dengan membeli jersey asli atau tiket pertandingan. Ya kalau kritikan tidak boleh, mending main petak umpet saja. Fun and sans…

3. Memandang sebelah mata mereka yang beli jersey KW.

Masih berkaitan dengan nomor dua, fans Arsenal yang serba benar ini mudah mengkritik mereka yang membeli jersey KW. Saya pernah bikin kuis di sebuah grup Arsenal di Facebook berhadiah jersey grade ORI. Maksudnya sih KW, tetapi kualitasnya bagus. sambutannya bagus dan kuis tersebut ramai.

Namun, ada beberapa akun yang menyerang kuis tersebut. Kata mereka, beli jersey KW itu tidak terpuji. Kalau cinta beneran, ya beli yang orisinal, membantu keuangan klub secara langsung. Itu ciri suporter sejati. Saya lantas membatin. “Ketimbang nyinyir, ya mbok kamu sediain jersey ori buat kuis ini.”

4. Enggak nobar, bukan suporter Arsenal sejati.

Saya suka aktivitas nonton bareng. Bukan hanya bisa nonton pertandingan Arsenal di layar yang lebar. Bertemu dengan teman-teman suporter selalu menyenangkan. Namun, tidak semua orang bisa meluangkan waktu datang nobar, apalagi ketika pertandingan yang tayang dini hari waktu Indonesia.

Mereka yang tidak bisa datang ini, sering disebut sebagai suporter palsu. Hanya mau enak nonton di rumah. Tidak merasakan perjuangan klub secara langsung. Lha gimana, kalau memang mainnya dini hari dan punya bengek atau gampang masuk angin, ya lebih enak nonton di rumah. Kesehatan adalah yang utama.

5. Memplesetkan nama klub.

Media sosial adalah ranah yang liar, terutama kalau suporter sepak bola sudah berdebat. Debat sih biasa saja, namun kalau sudah menjurus ke saling memaki, suasana langsung runyam. Salah satu kebiasaan fans Arsenal yang menyebalkan adalah memplesetkan nama klub. Dan ini sungguh norak.

Misalnya, Chelsea jadi Celeng, Man U jadi Munyuk, ManCity jadi ManSitukus, dan lain-lain. Sudah norak, orang yang biasa memaki seperti ini juga bebal. Sudah diingatkan berkali-kali masih juga suka begitu. Bagi mereka, debat soal ide adalah sesuatu yang terlalu kompleks untuk otak mereka yang kecil. Kamu salah satunya?

6. Mendoakan pemain Arsenal cedera.

Saya pernah hampir lepas kendali ketika ada sebauh akun yang mendoakan pemain Arsenal cedera. Saat itu Olivier Giroud, yang sekarang bermain untuk Chelsea, tengah berada dalam performa buruk. Mungkin karena stok ejekan untuk Giroud sudah habis, orang ini lalu berseloroh semoga si pemain cedera dan pelatih memakai pemain lain.

Mendoakan pemain, atau manusia pada umumnya, celaka, sungguh tidak manusiawi. Dan saya yakin orang seperti ini populasinya sangat banyak. Mungkin sebaiknya orang-orang barbar seperti ini tidak diberi keistimewaan bisa menggunakan media sosial.

7. Maunya langsung instan.

Ketika Arsene Wenger akhirnya mundur dan digantikan Unai Emery, banyak fans berharap perubahan langsung terjadi. Ini fans yang potensial menjadi racun.

Perubahan tidak bisa terjadi dalam sekejap mata. Pep Guardiola butuh satu musim untuk sukses bersam City. Jurgen Klopp, sudah tiga tahun melatih Liverpool, juga masih belum mendapatkan piala. Semuanya butuh waktu.

Semakin menyedihkan ketika di dalam proses perubahan itu, ketika Arsenal yang dilatih Emery kalah dua kali berturut-turut, banyak orang yang langsung minta si pelatih mundur. Ketika kini mencatatkan sembilan kemenangan beruntun, mereka yang paling keras bersorak kegirangan.

Itulah 7 ciri fans Arsenal yang menyebalkan. Oya, saya rasa, kata “Arsenal” bisa diganti dengan klub kesayangan kamu sendiri. Yakin, yang model begini pasti ada di semua klub. Model-model buaya rawa yang mencaplok klubnya sendiri ketika lengah.

Exit mobile version