Ozil, Muslim Uighur, dan Arsenal yang Menjaga Jarak

Ozil, Muslim Uighur, dan Arsenal yang Menjaga Jarak MOJOK.CO

MOJOK.COSebagai fans Arsenal, saya mendukung penuh pembelaan Mesut Ozil kepada muslim Uighur. Saya mendukungnya atas nama freedom of speech.

Tidak sedikit fans Arsenal yang kecewa ketika Mesut Ozil bersuara soal penderitaan muslim Uighur di Cina. Unggahannya di akun Instagram pribadi itu memicu perdebatan panjang. Terutama dari fans Ozil dan Arsenal yang berasal dari Cina. Sayangnya, banyak orang lupa kalau pesepak bola berdarah Turki itu juga manusia.

Profesinya memang pesepak bola profesional. Dia terikat kontrak dengan sebuah klub, yang juga profesional. Oleh sebab itu, di beberapa situasi, Mesut Ozil terikat oleh kontrak dan tidak boleh melanggarnya. Misalnya, secara sadar, berkomunikasi dengan klub lain tanpa seizin Arsenal.

Kontrak dan suara hati Ozil

Kontrak profesional itu tidak melarang pemain asal Jerman itu untuk menyuarakan, berkampanye tentang sesuatu lewat media sosial. Hal ini penting untuk dimengerti, terutama untuk berpikir secara sejuk ketika melihat sikap Arsenal yang menjaga jarak dan so called nama baik.

Saya mengerti. Topik yang dikampanyekan Ozil lewat Instagram pribadinya sangat sensitif, yaitu menyangkut kabar penderitaan muslim Uighur di Turkestan Selatan, Cina. Ada banyak hal yang membuat manusia tidak mungkin menjadi netral. Terutama soal agama dan kepercayaan. Dan kenyataan seperti manusiawi. Sikap Ozil soal muslim Uighur sangat manusiawi.

Namun, yang perlu dipegang adalah kehendak untuk selalu bermusyawarah secara sehat. Jangan sampai kehendak untuk membantu sesama justru merugikan orang lain. Ketika saya bilang “orang lain” di sini tidak terbatas kepada pemeluk agama lain. Di dalamnya juga termasuk orang-orang yang tidak memahami isu muslim Uighur dan hanya ingin menikmati Arsenal apa adanya.

Ada lho, hanya karena diam saja, lantas dianggap menentang sebuah gerakan. Kalau sudah berpikir seperti ini, jatuhnya bukan manusiawi lagi. Manusiawi adalah kebebasan untuk bersuara seperti Ozil untuk musim Uighur, tanpa perlu menghakimi mereka yang tidak paham, bahkan sebetulnya tidak mau ambil pusing. Toh mereka di sini karena sepak bola secara murni. Sekali lagi, sikap seperti itu tidak salah.

Posisi saya sebagai fans Arsenal

Sikap Ozil yang mendukung muslim Uighur ini sebetulnya perlu didukung. Bahkan sangat perlu didukung, saya tegaskan. Bukan soal dukungan kepada kesejahteraan masyarakat muslim Uighur, tetapi soal kebebasan berpendapat itu.

Pesepak bola, terutama mereka yang sudah punya nama besar, juga punya pengaruh yang luar biasa besar. Setidaknya, suara mereka membawa sebuah kekuatan. Meskipun tidak selalu signifikan.

Seperti misalnya yang terjadi kepada Hector Bellerin. Wakil kapten Arsenal itu turut berkampanye melawan Boris Johnson, padahal dia warga negara Spanyol. Hasilnya, akun Twitter pribadi Bellerin banjir dukungan, ramai oleh RT dan Likes. Namun, pada ujungnya, Boris tetap memenangi pemilihan umum dan tetap menjadi Perdana Menteri Inggris.

Saya rasa, situasi yang berbeda akan berlaku kepada suara Ozil. Suaranya lebih “berbobot” ketimbang Bellerin. Sampai-sampai, manajemen Arsenal harus melakukan klarifikasi. Manajemen menegaskan bahwa pendapat Ozil adalah pendapat pribadi, bukan suara klub. Manajemen juga menegaskan klub tidak pernah mau terlibat dalam kehidupan perpolitikan.

Arsenal sadar dengan bobot unggahan Ozil. Pembelaannya kepada muslim Uighur bisa merembet menjadi sebuah gerakan karena kekuatan persona. Klub mencoba menjaga jarak. Mengapa mereka melakukannya?

Tieba, sebuah forum online terkenal di Cina sudah menutup fan page Ozil. Bahkan, Dong Qui Di, forum online terbesar di Cina sampai mengeluarkan sebuah pernyataan. Bunyinya: “Pernyataan Ozil menyakiti hati orang-orang Cina. Sebuah sikap yang tidak akan pernah bisa diterima.”

China Daily bahkan sudah menayangkan editorial yang mengutuk dukungan Ozil kepada musim Uighur. China Daily menegaskan kalau kekerasan kepada warga musim Uighur tidak benar. Pemerintah Cina hanya sedang memerangi gerakan separatis, yang kebetulan, memeluk agama Islam. Jadi, pemerintah Cina tidak pernah menentang agama, tetapi orang-orang yang sudah memanfaatkannya sebagai bumbu gerakan separatis.

Undang-Undang Dasar Cina Bab 2 Pasal 36 mengatur kebebasan beragama. Bahkan, pemerintah Cina mengizinkan orang untuk tidak memeluk agama tertentu alias menjadi ateis. Bunyinya:

Warga negara Cina mempunyai kebebasan beragama. Instansi negara, kelompok masyarakat, dan perorangan tidak boleh memaksa warga negara untuk menganut agama atau tidak menganut agama.

Tidak boleh mendiskriminasi warga negara yang menganut agama dan yang tidak menganut agama. Negara melindungi aktivitas keagamaan yang normal (zhengchang de zongjiao huodong). Siapa pun tidak boleh melakukan kegiatan yang dapat merusak ketertiban sosial, merugikan kesehatan warga negara, dan merintangi sistem pendidikan negara dengan menggunakan agama.

Mendasarkan argumen kepada UUD itu, dukungan Ozil kepada muslin Uighur ditentang secara keras. Saya rasa Arsenal sangat khawatir jika kejadian yang menimpa NBA beberapa bulan yang lalu menimpa mereka. NBA diserang oleh “komunitas online Cina” lewat Weibo ketika menunjukkan dukungannya kepada demonstran Hong Kong.

Arsenal sedang melindungi aset besar mereka bernama “SDM Cina” yang sangat masif itu. Sikap mereka terlihat tidak “manusiawi”. Namun, melihatnya dari kaca mata bisnis, sikap The Gunners tidak bisa kita salahkan sepenuhnya. Meskipun memang, ada banyak hal yang lebih besar ketimbang kapital modal dan pemasukan, yaitu rasa kemanusiaan.

Peliknya isitilah “manusia” itu membawa kita ke gerbang kesimpulan. Bagaimana fans Arsenal harus bersikap? Jujur, saya tidak bisa menawarkan solusi bagi kamu semua selain ini:

Sikap saya secara pribadi adalah mendukung penuh suara Ozil untuk membela muslim Uighur yang mendapat persekusi di Cina. Saya membelanya atas nama freedom of speech. Namun, saya tidak akan menghakimi orang lain yang tidak mau ikut dalam arus ini. Pun saya berusaha sekuat tenaga untuk tidak menghakimi sikap manajemen Arsenal.

Suara saya tidak punya bobot seperti suara Bellerin atau Ozil. Namun, fakta itu tidak menghalangi saya untuk berpikir secara jernih dan menentukan sikap yang tidak merugikan orang lain.

BACA JUGA Surat Terbuka Untuk Hmi yang Unjuk Rasa Bela Muslim Uighur di Cina atau tulisan Yamadipati Seno di rubrik BALBALAN.

Exit mobile version