Betapa Munafiknya Jurgen Klopp Bersama Liverpool

MOJOK.COJurgen Klopp pernah mengkritik kebijakan Manchester United ketika membeli Paul Pogba. Sayangnya, Klopp melakukan hal yang sama bersama Liverpool.

Media sosial bisa menjadi alat yang jahat. Sangat jahat. Terutama ketika media sosial merekam semua ucapan dan omong kosongmu. Ketika omonganmu sendiri berbalik, hanya kata munafik yang cocok dilekatkan kepada lidahmu yang kelewat lentur itu. Coba tanya saja kepada Jurgen Klopp, pelatih Liverpool yang sungguh munafik.

Jurgen Klopp sangat munafik untuk soal transfer pemain. Pelatih asal Jerman tersebut seperti terlalu luput untuk membaca perubahan di bursa transfer. Yang dimaksud dengan perubahan tentu saja harga pemain yang semakin tidak senonoh itu. Semuanya berawal ketika Manchester United, dengan master bacot Jose Mourinho sebagai pelatih, membeli Paul Pogba dari Juventus.

Isitilahnya adalah United membeli kembali Pogba. Pemain asal Prancis itu dibeli kembali dengan nilai transfer mencapai 95 juta paun pada tahun 2016 yang lalu. Supaya mudah kita bersepakat bahwa harga Pogba bisa mencapai 100 juta paun jika ditambah beberapa bonus.

Entah lantaran terlalu terpesona atau mungkin iri, Klopp menegaskan dirinya tak akan membelanjakan uang dalam jumlah besar untuk “sekadar” membeli pemain. Ia berdalih punya cara sendiri untuk mendatangkan pemain yang dibutuhkan tim.

Dikutip Daily Mail, setelah United meresmikan Pogba, Klopp pernah sesumbar bahwa: “Klub lain boleh saja membelanjakan uang dalam jumlah besar untuk mengumpulkan pemain bagus. Saya sendiri ingin melakukannya dengan cara yang berbeda. Saya tegaskan akan mengumpulkan pemain bagus dengan cara yang berbeda jika bisa membelanjakan uang sebanyak klub lain.”

Masalahnya adalah, Klopp justru menjadi sangat jago membelanjakan uang dalam jumlah besar untuk membeli pemain. Aroma-aroma tangan yang gatal untuk membelanjakan duit dalam jumlah besar itu sudah tercium sejak musim lalu. Sejak Liverpool kesulitan menurunkan harga Mohamed Salah yang mereka beli dari AS Roma, lalu dilanjutkan dengan tak mampu mengubah permintaan harga Virgil van Dijk dari Southampton.

Salah dibeli Liverpool dengan banderol 38 juta paun, sementara harga van Dijk melejit ke nilai 71 juta paun. Memang, Salah dan van Dijk menjadi kepingan penting dalam skuat Klopp. Namun, soal harga, Klopp jelas sudah menjilat ludah sendiri. Tak bergenti sampai di situ, Klopp berhasil membujuk manajemen The Reds untuk memecahkan rekor pembelian kiper.

Baru minggi lalu, Liverpool menebus Alisson yang dibanderol 56 juta paun. Konon, harga yang harus dibayar Liverpool mencapai 70 juta euro sudah beserta bonus untuk Alisson. Oya, jangan lupa juga bahwa tim ini sudah berhasil membeli Naby Keita di bulan Januari 2018 namun baru bisa bergabung di bulan Juli dengan harga 54 juta paun. Angka-angka yang gemuk.

Berkat pembelian Alisson, nilai pasar skuat Liverpool melonjak pesat. Sejak resmi melatih The Reds, nilai pasar skuat ini naik hingga 557 juta paun. Sebelumnya, nilai pasar Liverpool hanya 356 juta paun dan kini sudah berada di titik 915 juta paun.

Jumlah tersebut niscaya bakal terus menanjak lantaran Liverpool masih berminat mendatangkan Nabil Fekir dari Lyon. Sementara itu, Klopp sendiri tertarik dengan kualitas Christian Pulisic, pemain muda Dortmund, yang sudah pasti tidak akan berbandero murah. Menurut laman transfermarkt, nilai pasar Pulisic mencapai 41 juta paun.

Bagaimana tanggapan Klopp setelah ia menjilat ludah sendiri?

“Apakah pandangan saya berubah? Ya. Lebih baik mengubah opini diri sendiri ketimbang tidak pernah sama sekali. Itulah masalahnya, sekali kamu bicara omong kosong, tidak akan ada yang melupakannya,” terang Klopp seperti diberitakan oleh metro.co.uk.

Klopp boleh berdalih apa saja. Mengubah opini ketimbang tidak pernah sama sekali? Boleh. Berdalih begitulah kerja pasar sepak bola saat ini? Tentu boleh. Namun yang pasti, apa istilahnya ketika kamu menjadi pelatih, mengkritik kebijakan transfer klub lain, namun melakukan hal yang sama seperti yang kamu kritik? Kalau belum berubah, istilahnya masih disebut “munafik”.

Klopp menjadi satu contoh penting bahwa pasar sepak bola memang pada dasarnya gila. Perubahan sikap Presiden Real Madrid, Florentino Perez dengan tidak lagi melakukan megatransfer namun fokus membeli pemain muda berkualitas bisa menjadi contoh. Ingat, Madrid membeli Marco Asensio dengan dana 4 juta paun saja.

Memang, meniru kebijakan baru Madrid perlu waktu dan kesabaran. Dua kemewahan yang sejauh ini memang tak bisa dinikmati siapa saja pelatih Liverpool. Siapa saja pelatih Liverpool dipaksa untuk segara berprestasi. Maka menjadi maklum apabila Klopp sampai harus menjilat ludah sendiri. Hendak mengubah cara kerja sepak bola industri itu seperti memasukkan setetes susu ke dalam segelas besar kopi hitam. Satu tetes susu itu akan larut dalam gelapnya air kopi. Menjadi hitam. Meski sedap, rasa pahit itu tentu selalu ada.

Meski si pelatih berhati riang itu selalu berusaha jujur, pada akhirnya menyerah kepada yang namanya ekspektasi dan pertaruhan nama baik. Menjilat ludah sendiri pun menjadi tiada masalah. Begitulah sisi kelam sepak bola yang kita sebut “modern” itu.

Exit mobile version