Deadline Day Lesu Bikin Liga Inggris 2018/2019 Jadi Berat Untuk 6 Besar Musim Lalu

MOJOK.COLiga Inggris yang akan semakin kompetitif adalah jaminan pertandingan yang seru. Siapa tahu, di ujung musim 2018/2019, kita akan melihat juara baru.

Tertutup oleh bursa capres dan cawapres untuk Pilpres 2019, gaung deadline day Liga Inggris tidak terasa sama sekali. Selain pemberitaan capres dan cawapres yang masif, kegagalan beberapa tim besar untuk menuntaskan kerja mereka di penutupan jendela transfer Liga Inggris menjadi sebab. Penting untuk diketahui, Liga Inggris memajukan penutupan jendela transfe ke 9 Agustus 2018.

Untuk musim ini, otoritas Liga Inggris sudah memutuskan untuk memajukan jadwal penutupan jendela transfer. Sebelumnya, jendela transfer Liga Inggris sama seperti liga-liga besar lainnya, yaitu pada 31 Agustus atau 1 September waktu Indonesia. Lewat sebuah pemungtan suara, 14 klub Liga Inggris atau lebih dari duapertiga peserta divisi teratas Liga Inggris sepakat menyelesaikan jendela transfer pada tanggal 9 Agustus, atau satu hari sebelum musim 2018/2019 sepak mula.

Mengapa waktu penutupan jendela dimajukan? Ada dua alasan memajukan waktu penutupan jendela transfer. Pertama, menghilangkan pembelian panik jelang penutupan. Kedua, menghilangkan pengaruh negatif dari ketidakjelasan transfer dan masa depan pemain. Musim lalu, Alexis Sanchez, Philippe Coutinho, dan Virgil van Dijk tidak bermain maksimal karena tengah “memaksa” klub masing-masing untuk menjual mereka.

Setelah tanggal 9 Agustus, semua klub divisi teratas Liga Inggris tidak boleh lagi melakukan pembelian pemain. Penjualan masih diizinkan, asal si pemain dilepas ke klub di luar Inggris. Sementara itu, peminjaman pemain masih bisa dilakukan.

Sebagian klub yang mengakhiri musim di posisi 6 besar sudah mulai membeli pemain sejak jauh-jauh hari. Jika bekerja terlalu mepet dengan penutupan jendela transfer, harga pemain rentan melonjak. Jika memang harus menebus pemain dengan harga tinggi, semata-mata karena harus menutup release clause yang tidak bisa ditawar seperti ketika Chelsea membeli Kepa Arrizabalaga.

Manchester City, sebagai juara Liga Inggris musim lalu sudah melakukan pembelian tepat ketika Piala Dunia selesai. Tidak banyak membutuhkan pemain baru, Pep Guardiola hanya meminta manajemen mendatangkan satu winger yang jago satu lawan satu. Manajemen City menuruti keinginan Pep dengan membeli Ryad Mahrez dengan harga 61 juta paun.

Kerja yang lebih semarak terasa dari Stadion Anfield ketika Liverpool membeli banyak pemain dalam waktu yang relatif singkat. Mereka sudah bekerja sejak Piala Dunia belum dimulai dan menuai buahnya setelah Rusia 2018 selesai. Mulai dari meresmikan Naby Keita yang sudah dibeli sejak Januari 2018, lalu Fabinho dan Xherdan Shaqiri, dan ditutup dengan Alisson Becker.

Aktivitas transfer Liverpool sendiri terbilang cukup bagus. Gagal mempertahankan Emre Can, Jurgen Klopp mendapat ganti dalam diri Naby Keita dan Fabinho sekaligus. Dua pemain yang kualitasnya sedikit ada di atas Can. The Reds mendapat pemasukan dari penjualan Danny Ings ke Southampton (12 juta paun). Sebetulnya, Klopp masih ingin menambah Nabil Fekir ke dalam skuat. Namun, proses negosiasi dengan Lyon tidak berjalan dengan baik.

Aktivitas transfer yang cukup mengenaskan ditunjukkan oleh Manchester United dan Tottenham Hotspur. United memang berhasil menambah kekuatan lini dengan setelah membeli Fred (53 juta paun) dari Shakhtar Donetsk. Namun, Jose Mourinho sangat kecewa ketika manajemen United bekerja begitu lambat dan gagal membeli bek tengah. Sampai-sampai, Mourinho menyebut Paul Pogba bisa menjadi bek tengah yang mumpuni di Liga Inggris. Kalimat keputusasaan yang disamarkan.

Saking mengenaskannya, kesuksesan transfer United adalah melihat Chelsea menjual Thibaut Courtois ke Real Madrid. Mengapa ini menjadi sebuah kesuksesan? Karena akhirnya, Madrid tidak akan mengganggu United demi tanda tangan David De Gea lagi. Antara memahaminya karena masuk akal dan terkekeh sendiri karena konyol sekali.

Melihat United yang sudah begitu mengenaskan, saya menjadi ragu apakah harus merasa iba atau mentertawakan kerja Tottenham Hotspur. Klub asuhan Maurico Pochettino itu sukses menjadi klub pertama Liga Inggris yang tidak berbelanja pemain sejak jendela transfer musim panas diperkenalkan pada tahun 2003. “Pembelian terbaik” Tottenham adalah jika berhasil menjaga kebugaran dan konsistensi Harry Kane saja.

Bagaimana dengan Chelsea? Setelah menyelesaikan urusannya dengan Antonio Conte, Chelsea menunjuk Maurizio Sarri. Penunjukan pelatih ini diiringi pembelian pemain yang sesuai dengan mahzab Sarri. Setelah membeli kiper veteran untuk dijadikan nomor dua, Chelsea membeli Jorginho (51 juta paun), Kepa (71 juta paun), dan meminjam Mateo Kovacic sebagai paket penjualan Courtois ke Madrid.

Arsenal? Di bawah asuhan pelatih baru, Unai Emery, manajemen Arsenal bekerja cepat untuk mengamankan beberapa nama. Mulai dari Bernd Leno (22 juta paun), Stephan Lichtsteiner (gratis), Matteo Guendouzi (7 juta paun), Sokratis (14 juta paun), dan Lucas Torreira (27 juta paun). Aktivitas transfer Arsenal bisa dianggap “rata-rata saja”.

Masalah bagi Arsenal adalah kegagalan membeli winger dan menjual beberapa pemain untuk mengurangi beban gaji. Masalah kedua adalah memperpanjang kontrak Aaron Ramsey. Lesu, The Gunners akan melewati musim yang penuh ketidakpastian.

Lesunya tim enam besar musim lalu, kecuali Manchester City, bakal menyulitkan mereka musim ini. Beberapa tim papan tengah bekerja dengan sangat baik untuk memperkuat skuat mereka. Tak main-main, bahkan klub promosi pun mengeluarkan uang hingga 100 juta paun untuk berbelanja pemain baru.

Everton bekerja keras untuk mendatangkan Richarlison (35 juta paun), Yerry Mina (27 juta paun), Lucas Digne (18 juta paun), Bernard (gratis), dan Andre Gomes (meminjam). Selain Everton, West Ham United juga menambah beberapa pemain berkualitas. Mulai dari Felipe Anderson (34 juta paun), Issa Diop (22 juta paun), Andriy Yarmolenko (18 juta paun), Lucas Perez (4 juta paun), Lukasz Fabianski (7 juta paun), dan Jack Wilshere (gratis).

Sudah sulit dikalahkan, tim-tim papan tengah memboyong pemain yang menarik. Lesunya tim-tim enam besar di bursa transfer bakal membuat kontestasi papan atas bisa goyah. Ketika mampu memaksimalkan pemain-pemain baru ini, bukan tidak mungkin Everton atau West Ham menyodok ke lima besar.

Jangan lupakan juga tim promosi seperti Fulham yang sudah membelanjakan 100 juta paun untuk membeli Jean Michael Seri (27 juta paun), Aleksandar Mitrovic (18 juta paun), Alfie Mawson (15 juta paun), Joe Bryan (6 juta paun), Fabri (5 juta paun), Maxime Le Marchand (3 juta paun), dan Andre Franck Zambo Anguissa (30 juta paun).

Selain membeli, Fulham juga meminjam pemain-pemain bermutu tinggi seperti Calum Chambers, Andre Schurrle, Luciano Vietto, Sergio Rico, dan Tim Fosu-Mensah. Memadukan pemain-pemain baru ini adalah tantangan. Jika berhasil, cita-cita bertahan di Liga Inggris bisa diwujudkan dengan mudah. Otomatis, Fulham yang mengejutkan akan menjadi kerikil di dalam sepatu maraton tim-tim besar.

Lesunya tim papas atas ini bisa menjadi kabar baik bagi penikmat sepak bola. Liga yang akan semakin kompetitif adalah jaminan pertandingan yang seru. Siapa tahu, di ujung musim 2018/2019, kita akan meliat juara baru.

Exit mobile version