Eriksen dan Senyum Manis Choirul Huda: Sepak Bola Bukan Sumber Kegelapan

Eriksen dan Senyum Manis Choirul Huda: Sepak Bola Bukan Sumber Kegelapan MOJOK.CO

Eriksen dan Senyum Manis Choirul Huda: Sepak Bola Bukan Sumber Kegelapan MOJOK.CO

MOJOK.CODoa terbaik untuk Eriksen dan keluarganya. Doa terbaik untuk kemajuan sepak bola Indonesia. Doa terbaik untuk Mafia Wasit dan kita semua.

Ketika kegelapan turun di muka bumi, yang bisa kita lakukan adalah saling bergandengan tangan. Saling menjaga, menguatkan, menuntut, dan memastikan keselamatan bersama. The Athletic memulai tulisannya tentang Christian Eriksen dengan sangat apik. Grande!

Pemandangan luar biasa kita saksikan bersama ketika para pemain Denmark saling menautkan lengan. Mereka membentuk lingkaran untuk melindungi Eriksen yang sedang bergelut dengan batas kegelapan itu. Tim medis bekerja cekatan. Probabilitas kematian itu berhasil ditekan.

Siang hari waktu Indonesia, kita mendapat kabar bahwa Eriksen sudah sadar. Namun, seiring kesadaran itu, muncul kekhawatiran bahwa karier Eriksen mungkin sudah berakhir. Serie A sendiri, tempat pemain milik Inter mengais rezeki melarang pemain dengan kelainan jantung untuk berlaga. Tentu, semua untuk kebaikan si pemain sendiri.

Kemalangan tidak ada yang bisa mengira, memprediksi. Kemalangan tentuk tak mungkin dirayakan. Namun, pada titik tertentu, saya bersyukur Eriksen kolaps di ajang Euro 2020, panitia yang tertib menerapkan protokol kesehatan, negara yang “awas” akan sebuah kemalangan, Sumber Daya Manusia dengan bekal ilmu, dan berbagai teknologi untuk menunjang kehidupan atlet.

Saya tidak bisa membayangkan jika Eriksen bermain di Indonesia….

Bayangan akan almarhum Choirul Huda muncul ke permukaan. Bayangan akan sosoknya yang murah senyum, sangat ramah, dan bermental baja. Rasa-rasanya, Choirul Huda mirip seperti Marcos Cafu, bek kanan legendaris Brasil. Pemain yang selalu tersenyum apa pun kondisinya.

Senyum Choirul Huda seperti hendak berbicara bahwa, “Semua akan baik-baik saja. Mari bermain untuk LA Mania. Mari bersenang-senang dan menikmati pertandingan.” Sebuah senyum yang membuat Persela Lamongan bisa menghadapi semua laga dengan hati yang teguh, lagi ringan.

Tak bisa dimungkiri bahwa penunjuang kesehatan di sepak bola Indonesia belum semodern Eropa. Memang sudah ada perbaikan. Namun, mari jujur mengakui bahwa kita masih sangat tertinggal. Tidak ada salahnya jujur sekarang supaya kejadian seperti kolapsnya Eriksen bisa menjadi pelajaran.

Mungkin ada baiknya media-media olahraga, khususnya sepak bola, di Indonesia membuat satu artikel khusus. Isinya soal penanganan serangan jantung kepada pesepak bola. Bagaimana cara melakukan CPR, melakukan pertolongan ketika lidah pemain tertelan, protokol untuk melindungi pemain yang tengah kolaps dari sorotan jurnalis tak punya hati, dan lain sebagainya.

Sepak bola memang tidak seharusnya menjadi sumber kegelapan. Kesedihan karena kekalahan masih sisi manusia yang lumrah terjadi. Tidak bisa ditolak karena bagian dari permainan sendiri. Yang bisa kita lakukan adalah menerima dan memosisikannya sebagai sebuah perasaan yang lumrah.

Pelajaran kedua yang bisa kita petik adalah pelajaran untuk nggak bikin konten seenak hati. Salah satu akun yang sudah berbaik hati menunjukkan cara terbaik menjadi bajingan adalah Mafia Wasit.

Ketika seluruh dunia sedang melantunkan doa terbaik untuk Eriksen, akun yang kini lebih sering membahas gosip alin-alih sepak bola Indonesia ini, malah menyandingkan Eriksen dengan Gofar Hilman, mantan penyiar radio yang diduga melakukan pelecehan seksual.

Mau bercanda? Lihat tempat dan situasi. Apalagi Mafia Wasit punya banyak followers. Saya agak heran dengan sikap akun ini. Mungkin karena terlalu banyak admin sehingga banyak konten-konten tak terukur.

Namun, pernah suatu kali Mafia Wasit menulis untuk Mojok dan enggan menerima honor. Mafia Wasit minta honor tulisannya disumbangkan ke masjid terdekat. Sungguh mulia. Jadi, mana yang Mafia Wasit sebenarnya?

Yah, apa pun wujud admin akun ini, mari berhati-hati dengan otak dan jempol. Terutama, jangan jadikan duka sebagai bahan mencari atensi. Terkadang, tidak semua hal cocok untuk dijadikan konten. Ada banyak hal yang sekiranya selesai di dalam kepala kita saja.

Doa terbaik untuk Eriksen dan keluarganya. Doa terbaik untuk kemajuan sepak bola Indonesia. Doa terbaik untuk Mafia Wasit dan kita semua. Capek saya.

BACA JUGA Merekam Rekah Senyum Choirul Huda dan tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.

Exit mobile version