Dunia Guendouzi, Ketika Arsenal Membentuk Ulang Tulang Punggung Mereka

Arsenal dan dunia Guendouzi MOJOK.CO

MOJOK.CODunia Guendouzi, ketika Arsenal sedang melakukan “tindakan operasi besar”, mengganti tulang punggung yang keropos dengan yang lebih sehat dan kuat.

Menjelang North London Derby melawan sebuah tim hotel kelas melati di Minggu (1/9) nanti, Arsenal masih sibuk membentuk ulang “tulang punggung” mereka. Sungguh kegiatan yang lebih berfaedah ketimbang menghabiskan banyak waktu untuk mengurusi pertandingan melawan tim kelas tiga di London nanti.

Sejak dua hari yang lalu, Arsenal sedang berusaha menyelesaikan usaha meminjamkan Mohamed Elneny ke Besiktas. Pemain asal Mesir ini akan dipinjamkan selama satu musim. Tidak ada biaya peminjaman yang akan diterima Arsenal, tetapi seluruh gaji Elneny akan ditanggung Besiktas. Yang menarik adalah ketika ada klausul pembelian permanen di harga 18 juta paun.

Jika klausul ini memang betulan ada, sudah selayaknya Arsenal membikinkan patung untuk Raul Sanllehi yang saat ini menjabat Direktur Olahraga. Berkat kelihaiannya di meja perundingan, Arsenal sukses mendatangkan pemain-pemain yang memang dibutuhkan dengan harga yang masuk akal.

Bukan membeli, tetapi aktivitas menjual pemain justru lebih merepotkan. Misalnya yang terjadi kepada Shkodran Mustafi dan Elneny. Nama pertama sudah hampir pergi dengan harga yang sangat bagus. Namun, selama ini hanya sebatas “hampir” karena Mustafi enggan meninggalkan The Gunners. Bandel betul memang.

Baik Mustafi maupun Elneny adalah dua pemain dengan level performa yang sudah lagi masuk standar Arsenal. Sebetulnya, Elneny bukan pemain jelek, tetapi juga tidak bagus. Elneny terlalu semenjana. Tidak ada nilai tambah yang ia tawarkan. Nilai tambah yang dimiliki masing-masing gelandang sentral Arsenal lainnya. Elneny sudah tidak mungkin lagi menggeser Matteo Guendouzi dan Joe Willock dari tim utama.

Nah, melepas pemain seperti ini bukan perkara sederhana, apalagi jika ingin dapat pemasukan yang bagus. penurunan performa membuat nilai jual pemain akan berada di bawah market value. Maksudnya, jika market value si pemain senilai 10 juta paun, ketika performanya semakin jelek, maka nilai jual akan jatuh di kisaran 5 juta paun saja.

Namun, entah sihir apa yang digunakan Raul Sanllehi, Arsenal bisa memasukkan klausul penjualan secara permanen hingga 18 juta paun kepada Elneny. Pada musim 2015/2016, Elneny dibeli Arsenal dengan nilai transfer total 10 juta paun saja! Bisa menciptakan potensi pemasukan hingga 8 juta paun ini prestasi yang perlu diapresiasi.

Kerja cerdas Sanllehi ini senada dengan ucapan Granit Xhaka ketika wawancara dengan Mirror. Xhaka bilang kalau ingin mengejar Liverpool, maka The Gunners harus bersabar selama paling tidak empat tahun. Liverpool dalam dua musim terakhir menjadi tim yang sangat solid karena para pemainnya sudah bermain dalam waktu yang lama dengan ide pelatih yang jelas.

Makna implisit apa yang bisa kamu tarik dari pernyataan Xhaka?

Begini, Liverpool butuh waktu panjang untuk membangun sebuah skuat yang solid. Kata kuncinya adalah “membangun”. Artinya, ada tambal sulam, ada jual dan beli pemain untuk menaikkan level tim. Menjual mereka yang akan menahan perkembangan dan membeli mereka yang akan menaikkan level tim.

Xhaka memberikan tenggat waktu empat tahun bagi Arsenal untuk bisa kembali bersaing mengejar gelar juara Liga Inggris. Saya rasa ini tenggat waktu yang masuk akal. Toh Arsenal perlu masih harus melepas beberapa pemain untuk menggantinya dengan yang lebih bagus.

Kalau bicara tenggat waktu, tentunya ada sebuah kemungkinan tim ini sudah menyelesaikan tugas sebelum waktu yang diberikan habis. Dan, yang namanya “membangun” tentu butuh waktu. Bahkan Bandung Bondowoso yang bisa membangun candi dalam satu malam saja tetap gagal pada akhirnya. Gagal memiliki karena kecenderungan kita falling in love with people we can’t have.

Namun Arsenal jatuh cinta kepada orang yang tepat. Salah satunya dalam wujud Guendouzi. Pemain berusia 20 tahun yang sukses membantu kita move on dari Elneny dalam waktu sekejap saja.

Bergabung di usia 19 dan datang dari sebuah tim kecil di divisi tiga Liga Perancis, Guendouzi bisa menujukkan kedewasaannya. Dia seperti pemain veteran yang sudah merasakan pahit manis sebuah tim utama.

Adaptasi yang cepat dengan perubahan sistem menandakan level kecerdasan yang tinggi. Banyak bermain sebagai gelandang bertahan atau kamu bisa menyebutnya sebagai pemain #6, Guendouzi memberikan keseimbangan dan menjadi jembatan dari kiper kepada gelandang ketika build-up fase pertama.

Ketika bergerak ke tengah sebagai gelandang sentral, atau pemain #8, dia sangat cerdik mencari posisi yang enak untuk mempertahankan penguasaan bola. Olah bola untuk pemain berusia 20 tahun sangat meyakinkan. Teknik umpannya termasuk kelas satu untuk pemain yang belum sepenuhnya mekar.

Salah satu kelebihan Guendouzi adalah jeli melepas umpan vertikal menuju ruang sempit. Akurasi yang terjaga, dengan kecepatan yang pas, memudahkan rekannya untuk mengontrol bola. Ditunjang mata yang awas, seleksi umpan mantan pemain FC Lorient tersebut menjadi lebih bervariasi, aman, dan akurat.

Dibekali dengan stamina yang mumpuni, Guendouzi bisa diandalkan untuk mengawasi ruang yang luas di antara gelandang dan bek. Ruang berbahaya inilah yang gagal untuk dikendalikan Arsenal selama masa kepemipinan rezim yang lama.

Kehadiran Guendouzi seperti menandakan kedatangan generasi baru Arsenal. Bersama rombongan pemain muda lainnya seperti Willock, Reiss Nelson, dan Gabriel Martinelli, The Gunners sedang melakukan “tindakan operasi besar”. Mereka sedang mengeluarkan “tulang punggung” lawas, yang sudah keropos, dan menggantikannya dengan yang baru.

Tulang punggung yang lebih sehat dan kuat. Terbuat dari bahan pilihan dan didesain dengan sangat presisi. Tindakan operasi besar ini harus dilakukan dengan ketelitian yang sempurna. Dilakukan dengan kesabaran tingkat dewa untuk memastikan tubuh Arsenal bisa menerima “tulang punggung” baru mereka.

Satu dekade ke depan, ketika tulang punggung itu sudah diterima oleh tubuh, Arsenal dan dunia sepak bola akan hidup dalam dunia Guendouzi. Dunia yang (diharapkan) dipenuhi oleh tempik sorak kebahagiaan merayakan kejayaan.

BACA JUGA Super Saiya Bernama Matteo Guendouzi, Calon Pemain Super Arsenal atau tulisan Yamadipati Seno lainnya.

Exit mobile version