Dilema Mesut Ozil dan Keraguan yang Menyelimuti Arsenal

MOJOK.COKetika Unai Emery berhasil menemukan cara memaksimalkan Mesut Ozil, Arsenal malah masuk dalam selimut dilema. Urusan nyawa atau performa di atas lapangan?

Pra-musim 2019/2020 untuk Mesut Ozil dan Sead Kolasinac sangat berwarna. Campuran antara warna kegetiran, kegembiraan, dan harapan baru. Terutama untuk nama pertama yang menjalani pra-musim dengan kaki menginjak pedal gas secara penuh. Musim 2019/2020, dengan beberapa pemain baru yang dibutuhkan, Mesut Ozil diharapkan akhirnya “bangkit”.

Well, yang saya maksud dengan “bangkit” adalah sebuah harapan beliau bisa berada di level konsisten terbaik. Meskipun dianggap “tidak bisa bertahan”, keberadaan pemain asal Jerman ini sangat dibutuhkan Arsenal. Seiring tutupan tirai musim 2018/2019, perubahan itu terlihat dengan jelas. Di mata saya, Mesut Ozil menjadi pemain yang lebih lengkap.

Dugaan saya terbukti ketika Arsenal diundang Barcelona di sebuah laga dengan tajuk Piala Joan Gamper. Memang, malam itu, Arsenal kalah dengan skor 2-1. Namun, kita bisa memungut beberapa hal positif. Misalnya performa apik Joe Willock yang diganjar menjadi starting member di laga pembuka Liga Inggris 2019/2020.

Yang menyita perhatian saya adalah cara bermain Mesut Ozil. Kita tahu pemain ini sangat spesial atas teknik yang ia unjukkan selama ini. Kini, kita tahu dia pemain dengan mental luar biasa. Pertama, dia sadar harus mengubah pendekatan supaya bisa masuk ke dalam sistem Unai Emery. Kedua, pendekatannya terhadap laga itu setelah menjadi sasaran begal mafia Eropa Timur.

Tidak banyak pemain yang bisa tetap punya konsentrasi 100 persen setelah melewati momen-momen mengancam nyawa. Mesut Ozil bisa sangat profesional, tetap bermain dengan kepala dingin di sistem baru. Bahkan ia sempat membuat asis untuk gol cantik Pierre-Emerick Aubameyang. Kita tahu hidup Mesut Ozil di atas lapangan adalah untuk “kesejahteraan” orang lain.

Hanya bermain dengan konsentrasi penuh setelah nyawanya terancam saja kita sudah tak bisa lagi memperdebatkan mental mantan pemain Real Madrid ini. Ditambah kemauannya untuk menyesuaikan diri mencerminan profesionalitas sebagai pesepak bola. Namun, di sini, dilema lahir. Mari saya jelaskan satu per satu.

Dilema Mesut Ozil di dalam lapangan

Sebelum melawan Barcelona, saya sempat mengutarakan kecemasan. Saya khawatir, melihat komposisi pemain yang ada, keberadaan Mesut Ozil menjadi kurang dibutuhkan. Rekrutan Arsenal di musim panas sangat baik. Beberapa pemain yang datang memang menutup lubang yang menganga di musim lalu.

Namun, melihat Dani Ceballos dan Nicolas Pepe serta naiknya Reiss Nelson ke tim utama menjadi masuk akal kalau Unai Emery mengubah pakem 4-2-3-1 menjadi 4-3-3. Dengan narasi #10 tradisional dan playmaker di belakang striker, tidak ada tempat untuk Mesut Ozil. Tiga gelandang dalam 4-3-3 akan sangat seimbang ketika diisi Granit Xhaka, Matteo Guendouzi, dan Dani Ceballos.

Namun, Emery berani mencoba Mesut Ozil dalam sistem 4-3-3. Bahkan, Emery memberi instruksi spesifik yang memudahkan Ozil untuk berkembang. Salah satu pendekatannya berbuah asis untuk Aubameyang.

Grafis di atas menunjukkan rerata pemosisian pemain dalam skema yang luwes berubah dari 4-3-3 menjadi 4-2-3-1, demikian juga sebaliknya. Area arsiran menunjukkan rata-rata posisi Mesut Ozil, baik ketika bertahan maupun menyerang. Tentunya, beberapa kali dia bergeser ke sisi kanan. Namun, tidak terlalu sering dia sampai menempel ke sisi lapangan. Dia hampir selalu berdiri di koridor halfspace.

Bagaimana bentuk yang terlihat ketika Arsenal bertahan maupun ketika masuk momen transisi menyerang?

Perhatikan grafis di atas.

Sebelah kiri menggambarkan posisi pemain ketika bertahan dalam 4-4-2. Dari 4-3-3/4-2-3-1, Emery membuat Arsenal bertahan dengan konsep two banks of four (istilah yang dipakai untuk menggambarkan sebuah tim yang bertahan menggunakan formasi 4 bek dan 4 gelandang). Bentuknya memang tidak terlihat rapi.

Mesut Ozil seperti menjadi second striker berdekatan dengan Aubameyang. Yang menarik adalah ketika Arsenal masuk dalam transisi menyerang. Alih-alih sesegera mungkin bergerak ke depan, Mesut Ozil tetap mengokupansi sisi yang diarsir. Jika terburu-buru berlari ke depan, dia akan masuk ke dalam block lawan dan susah mengalirkan bola.

Grafis sebelah kiri juga menggambarkan arah lari Reiss Nelson dan Aubameyang. Keduanya menjadi runner yang dibutuhkan untuk Ozil. Ketika masuk transisi menyerang, jumlah runner bertambah satu, yaitu Nacho Monreal. Keberadaan runner sangat penting untuk gaya bermain Mesut Ozil.

Bola akan mengalir ke depan jika memenuhi dua syarat, yaitu ada pemain yang dituju dan ketersediaan ruang. Bola-bola terobosan yang menjadi keahlian Ozil tak akan bisa dikeluarkan jika tak ada dua syarat itu.

Gol Arsenal ke gawang Barcelona bukan sekadar hasil umpan diagonal dari Ozil yang tidak bisa dijangkau bek. Gol itu dihasilkan dari proses yang kompleks. Disusun dari pemosisian pemain ketika bertahan dan gerakan ketika transisi menyerang yang sudah diskenario.

Skema boleh berubah secara cair; mau 4-2-3-1, 4-3-3, atau 4-4-2, ruang gerak Mesut Ozil diskenario ada di halfspace sebelah kiri. Ditunjang runner, potensi serangan Arsenal menjadi maksimal. Rerata posisi ini tidak terlihat di musim lalu. Kami bisa memeriksanya lewat situsweb penyedia heat map. Ruang edar Mesut Ozil banyak di sisi kanan dan kiri. Emery mengoreksi kesalahannya, dan Ozil beradaptasi.

Pentingnya keberadaan Mesut Ozil terasa ketika dirinya absen di laga pembuka Liga Inggris. Arsenal banyak menyerang dari sisi kiri. Tidak ada penetrasi dari tengah, baik dengan dribble atau umpan-umpan vertikal/diagonal. Satu pertanyaan tersisa: bukankah dia tidak bisa bertahan?

Saya rasa ini pertanyaan yang selalu bisa diperdebatkan. Jika kamu hanya melihat statistik, jumlah duel bertahan Mesut Ozil memang sangat minim. Cara bertahan pemain asal Jerman ini memang bukan main tabrak badan. Dia banyak berdiri di antara pemain lawan, mencegah bola disirkulasikan dengan mudah. Cara bertahan ini justru lebih sulit ketimbang main tabrak badan.

Pertanyaan yang seharusnya kamu ajukan adalah: bagaimana kelanjutan sistem baru Emery ini ketika keamanan diri Ozil (dan Kolasinac) terancam?

Dilema non-teknis

Tidak perlu saya jelaskan. Mesut Ozil tak mungkin mempertaruhkan keamanan istri dan keluarganya gara-gara mafia Eropa Timur yang sudah berikrak akan menggasak semua harta si pemain. Arsenal harus aktif menjadi mediator antara si pemain dan pihak keamanan. Hati yang tenang dan kepala yang dingin yang dibutuhkan Arsenal dan Ozil saat ini.

Emery mengutarakan kalau konsentrasi si pemain sudah 100 persen di lapangan. Si pemain kemungkinan akan absen melawan Burnley karena tidak fit saja, bukan kondisi mental. Ini pernyataan yang harus kita apresiasi, sekaligus dipertanyakan. Apakah benar, setelah pembegalan dan ancaman, si pemain bisa tetap nyaman hidup di London, kota yang sudah dia anggap rumah?

Ketika si pemain sudah bisa beradaptasi dengan sistem baru, ketika Emery sudah menemukan jawaban untuk memaksimalkan Mesut Ozil, Arsenal harus hidup dalam dilema. Memainkan Mesut Ozil dan mengancam kehidupannya atau merelakannya pergi demi masa depan si pemain. Dinamika kehidupan yang sulit untuk dipetakan.

Exit mobile version