Dani Ceballos dan Drama Tiga Babak Lakon Arsenal

Dani Ceballos dan Manchester City MOJOK.CO

MOJOK.CO Drama tiga babak dengan lakon Arsenal, Ceballos, dan Saliba ini mewakili betul kehidupan sepak bola. Salah satu alasan yang membuat olahraga ini menjadi kesayangan miliaran orang di dunia.

Tidak ada yang lebih memuaskan selain sukses mengayam-ayami “ayam”. Arsenal, secara telak, mencoreng arang di dahi klub ayam, sebuah klub kelas tiga di London, setelah meresmikan Dani Ceballos dan William Saliba di satu malam saja.

Saya rasa, kata “drama” memang cocok disematkan kepada Arsenal. Kalau mengikuti sejarah klub ini dalam satu dekade ke belakang, kejadian-kejadian yang bikin darah terpompa dengan cepat bikin jantung berdegup kencang adalah sebuah tradisi. Bikin sesuatu yang gampang jadi sulit, adalah sebuah kebiasaan. Pada titik tertentu, Gooners terlatih menjadi manusia-manusia berkualitas, paling sabar sedunia.

Apalagi ketika masuk periode jendela transfer. Kesulitan menjual pemain, gaji pemain yang terlalu tinggi, dana belanja yang abu-abu, sukses membuat segala pemberitaan akan kedatangan pemain baru seperti cerita Cinderela saja. Tak terkecuali ketika secara tiba-tiba Arsenal dihubungkan dengan potensi kedatangan Ceballos dari Real Madrid.

Kisah ini menjadi drama tersendiri. sebuah drama yang terjadi dalam tiga babak. Semuanya berawal ketika Aaron Ramsey tidak akan menjadi bagian The Gunners lagi.

Drama babak I Arsenal: Ramsey hengkang!

Setelah perpisahan dengan Santi Cazorla yang terasa menyengat dan bikin tanggul air mata jebol, Arsenal kehilangan gelandang kreatif, satu per satu. Alex Oxlade-Chamberlain lebih dulu pergi ke Liverpool, Jack Wilshere menyusul tak lama kemudian. Tinggal Ramsey yang bertahan dan menjadi satu-satu gelandang yang punya insting menyerang lebih bagus ketimbang lainnya.

Granit Xhaka dan Lucas Torreira menjadi dua pivot kembar musim lalu. Namun, keduanya adalah breaker dan controller. Beban creator mutlak ada di pundak Mesut Ozil saja. Potensi konflik terjadi ketika Ozil pun bersalin muka menjadi salah satu pemain inkonsisten selama beberapa saat. Henrikh Mkhitaryan dan Alex Iwobi, ahh sudah, jangan terlalu banyak dibahas. Kesedihan ditinggal Cazorla sudah terlalu bikin sesak.

Padahal, keberadaan creator di lapangan tengah adalah ramuan paling pas untuk menarik keluar potensi terbesar Ozil: visi di sepertiga akhir lapangan. Cazorla, pemain paling kreatif Arsenal selama beberapa dekade terakhir, yang saat itu dipasangkan dengan Francis Coquelin, membuat lini tengah The Gunners menjadi komplet.

Maka, ketika Ramsey enggan memperpenjang kontraknya, lalu bergabung dengan Juventus, beban “menjadi kreatif” di pundak Ozil semakin berat. Alur drama berjalan semakin cepat, drama babak kedua dimulai.

Drama babak II: Bukan Ceballos, tetapi winger dan bek tengah.

Konflik semakin menegang ketika Laurent Koscielny gusar. Kapten Arsenal selama beberapa musim ini merasa sudah saatnya untuk angkat kaki. Alasan sebenarnya tidak kita ketahui secara pasti. Hati manusia, siapa yang dengan congkak mengaku bisa menyelaminya?

Arsenal butuh bek tengah, bahkan sejak Koscielny tak berulah. Keberadaan Shkodran “back on top” Mustafi dianggap sudah selesai. Pemain yang jago melempar masalah ke muka kawannya dianggap tidak lagi kompeten menyunggi emblem meriam di dada. Sudah, sudah cukup. Namun, di permukaan konflik ini, nama Ceballos belum juga muncul.

William Saliba, yang akhirnya resmi menjadi milik Arsenal, punya profil bek tengah paling klop untuk masa depan. Sayangnya, bek asal Prancis ini belum akan bergabung musim ini. Gooners berteriak begitu lantang, menuntut klub untuk membeli bek tengah berpengalaman satu lagi.

Namun, manajemen klub ini memforsir tenaganya untuk mengejar tanda tangan Kieran Tierney, bek kiri milik Celtic. Proses tawar-menawar berjalan terlalu lama. Proses negosiasi ini sukses membabat waktu satu bulan lebih. Pun dengan proses pendekatan dengan Wilfried Zaha, winger yang konon diinginkan betul olej senor Unai Emery.

Beberapa nama dijadikan alternatif. Mulai dari Everton Soares, hingga Nicolas Pepe. Namun, hingga detik plot drama ini selesai ditulis, belum juga ada winger yang datang. Padahal, Arsenal harus menyisihkan separuh energi untuk mencari suksesor Ramsey di lapangan tengah. Ketika ontran-ontran Tierney/Zaha seperti diseret begitu lambat, Arsenal dipasangkan dengan rumor Ceballos.

Konflik makin meningkat ketika Arsenal tengah melakukan pendekatan dengan Ceballos, sebuah klub kelas tiga di London yang belum pernah juara lagi selama 60 tahun, mengaku berminat. Klub yang mungkin tak akan juara lagi selamanya ini juga berusaha menjegal proses negosiasi The Gunners untuk tanda tangan Saliba.

Memang, klub yang tak punya visi ini cuma bisa mengekor, memanfaatkan luasnya pengetahuan Arsenal di jendela transfer. Seperti kutu di rambut, mereka bikin risih. Sudah sepantasnya klub kelas hotel melati itu degradasi ke Liga Campina sekalian.

Meski paham kalau banyak klub bakal lebih memilih Arsenal karena sejarah dan nama besar, Gooners tetap saja resah. Konflik menajam ketika klub kelas tiga itu ternyata punya dana besar untuk berbelanja. Drama babak III pun dimulai.

Drama babak III: “Saya bergabung dengan sebuah klub bersejarah di Liga Inggris!”

Sering terjadi, uang tak punya daya di depan nama besar dan sejarah panjang. Klimaks terjadi ketika dalam satu malam saja, Arsenal meresmikan Ceballos dan Saliba. Video perkenalan Ceballos dan Saliba hanya berselang beberapa menit. Mengapa keduanya memilih klub penuh tangis ini?

“Saya sangat bangga mengenakan jersey ini. Saya sudah bergabung dengan sebuah klub bersejarah di Liga Inggris dan bisa dikatakan keputusan ini adalah satu langkah maju dalam karier saya,” kata Ceballos.

“Karena sejarah, karena emblem ini. Sejak kecil, saya sudah rutin menonton Arsenal bermain. Bagi saya, Arsenal adalah klub terbesar di Inggris,” ucap Saliba ketika ia ditanya alasannya memilih Arsenal ketimbang klub kelas hotel melati itu.

Drama dengan lakon Arsenal belum usai. Malam setelah Ceballos dan Saliba diperkenalkan, sebuah tragedi menimpa Mesut Ozil dan Sead Kolasinac. Begal bersenjata mengadang keduanya di sudut jalan Kota London. Epic, Kolasinac turun dari mobil dan menghadapi dua begal bersenjata itu. Sementara itu, Ozil melajukan mobilnya demi menyelamatkan nyawa istrinya.

Sejak malam hingga dini hari waktu Indonesia, jantung Gooners dipacu begitu cepat. alhamdulillah, Ozl dan Kolasinac selamat. Kolasinac, atas sifat kepahlawanan dan keberaniannya, langsung menjadi kesayangan Gooners seluruh dunia. Betul-betul malam yang penuh drama bagi Gooners sedunia.

Drama tiga babak dengan lakon Arsenal, Ceballos, dan Saliba ini mewakili betul kehidupan sepak bola. Salah satu alasan yang membuat olahraga ini menjadi kesayangan miliaran orang di dunia.

Lantas, apakah drama ini sudah selesai? Ingat, saya belum menutup konflik yang semakin menanjak ini. Babak resolution masih jauh di depan mata.

Exit mobile version