Cara Arsenal Memotong Sejarah Buruk Melawan Tim Medioker

MOJOK.COArsenal akan menghadapi lawan yang “pincang” di North London Derby. Jangan sampai kaki menjadi berat karena meremehkan lawan dan terlalu berat menyeret beban ekspektasi.

Ada dua syarat yang perlu dipenuhi Arsenal, untuk secara tiba-tiba, kembali masuk ke dalam level semenjana. Pertama, melawan tim papan tengah ke bawah yang bertahan begitu dalam. Kedua, melawan tim enam besar di mana skuat lawan tidak komplet. Menjamu Tottenham Hotspur, salah satu syarat sudah terpenuhi.

“Klub itu” tidak bisa memainkan beberapa pemain penting mereka. Mulai dari Tanguy Ndombele, Kyle Walkers-Peters, Eric Dier, dan Dele Alli. Nama terakhir mungkin bisa saja dimainkan, tetapi kondisi kebugarannya tidak akan maksimal setelah mengalami cedera otot. Untuk pos bek kanan, Serge Aurier akhirnya dapat lampu hijau, meski dengan keraguan. Jika Aurier tak dalam kondisi terbaik, mereka akan dipaksa memainkan Moussa Sissoko sebagai bek kanan dadakan.

Kondisi tim yang tidak sempurna karena beberapa pemain cedera, datang ke kandang Arsenal dengan membawa bekal kekalahan dari pertandingan sebelumnya, Klub itu diprediksi akan kalah dengan skor besar. Tentu saja ini prediksi yang diproduksi oleh beberapa fans Arsenal di penjuru dunia. Namun, di tengah “kemudahan”, The Gunners sering lupa diri.

Klub itu akan berada dalam posisi tidak diunggulkan, menjadi medioker karena beberapa pemain penting absen. Salah satu pemain yang bakal mereka rindukan adalah Ndombele. Pemain baru ini absen karena cedera otot. Ndombele adalah salah satu penampil terbaik ketika klub itu berhasil menahan imbang Manchester City.

Ndombele menjadi filter di depan bek klub itu. Dia bukan sekadar breaker. Ndombele sangat tenang dan pandai membaca gerak-gerik lawan di area berbahaya. Melawan City, dia mencatatkan 100 persen tekel dan duel sukses. Filter yang bakal dirindukan ketika klub itu dijamu Arsenal di North London Derby.

Nah, melihat situasi di atas, apakah Arsenal akan menang dengan mudah? Seperti yang saya jelaskan di atas, momen-momen seperti inilah yang membuat The Gunners lengah. Pada titik tertentu, akan lebih baik kalau Arsenal selalu menyandang status under dog sepanjang liga saja.

Perlu saya jelas di awal. Sebagai fans Arsenal, tentu saja saya memprediksi tim ini akan menang. Namun, bukan dengan skor besar. Skor yang “rata-rata” saja. Jangan pernah merasa jemawa ketika lawan datang tidak dengan kekuatan terbaik. Kucing yang terdesak akan memilih melukai lawan meski pada akhirnya ia mati.

Berkaca dari catatan buruk Arsenal musim lalu

Ekspektasi dan beban mental musuh terbesar Arsenal. Bahkan mungkin saja, jika bisa menyingkirkan pikiran-pikiran tidak perlu, The Gunners bisa selalu ikut dalam maraton mengejar juara liga Inggris. Sayangnya, ketika dituntut untuk menang, bahkan ketika menghadapai “lawan mudah”, tim ini ikut-ikutan jadi medioker.

Mari kita tengok 10 pertandingan terakhir musim 2018/2019. Diawali oleh hasil imbang 1-1 melawan “klub itu”, Arsenal berada dalam posisi di atas angin untuk bisa masuk empat besar liga, yang berarti satu tiket ke Liga Champions. Apa yang terjadi? Dimulailah periode semenjana itu.

Dari 10 laga terakhir, Arsenal hanya menang 4 kali, imbang 4 kali, dan kalah 4 kali. Mereka hanya menang ketika menghadapi lawan-lawan semi-medioker, yaitu Burnley, Watford, Newcastle United, dan Manchester United. Lihat tabel di bawah:

Sumber: Wikipedia
Sumber: Wikipedia

Melawan tim-tim medioker, kecuali Wolverhampton Wanderers, Arsenal justru terjungkal. Ini adalah momen-momen di mana The Gunners cuma butuh satu kemenangan untuk mengunci satu tempat di empat besar. Mengingat rival mereka saat itu seperti Chelsea dan klub itu juga dalam periode kurang bagus.

Satu hal yang saya ingat betul adalah ekspresi pemain menjelang laga-laga yang berujung kekalahan itu. Ekspektasi tinggi dan mental yang terhantam seperti menghantui. Sebuah situasi yang membuat laga mudah menjadi berat. Cara bermain menjadi monoton, sulit menyusun akal di situasi genting. Ketika akhirnya kebobolan, mereka kesulitan menemukan solusi.

Setelah musim berakhir, The Gunners masih punya satu kali kesempatan lagi untuk lolos ke Liga Champions. Sebuah kesempatan yang untuk kesekian kali disia-siakan ketika kalah dari Chelsea di final Europa League. Padahal, sepanjang babak pertama, Arsenal punya banyak momen untuk “membunuh laga” secepatnya. Begitulah ketika ekspektasi membuat kaki mereka menjadi berat.

Apakah kekhawatiran saya terlalu jauh? Kamu boleh bilang begitu dan tidak ada salahnya. Namun, izinkan saya membela diri. Saya memilih untuk tetap waspada dan tidak cepat puas setelah melihat situasi “dari atas kertas” saja. Tidak ada gunanya jemawa dan sombong menjelang pertandingan yang selalu panas.

Bermain dengan memaksimalkan potensi diri tanpa mengurangi rasa respect kepada pemain lawan adalah cara paling gampang untuk memutus sejarah buruk. Lawan-lawan medioker, tetap punya senjata untuk melukai. Jangan sampai luka itu terlalu besar hingga sulit sembuh di masa depan.

#COYG

BACA JUGA Skuat Arsenal dan Tottenham Hotspur Mendekati Sempurna atau tulisan Yamadipati Seno lainnya.

Exit mobile version