Arsenal dan AC Milan Mengajarkan Bahwa Kemenangan yang Buruk Tetap Harus Dirayakan

Arsenal dan AC Milan Mengajarkan Bahwa Kemenangan yang Buruk Tetap Harus Dirayakan MOJOK.CO

Arsenal dan AC Milan Mengajarkan Bahwa Kemenangan yang Buruk Tetap Harus Dirayakan MOJOK.CO

MOJOK.CO – Kemenangan buruk Arsenal dan AC Milan boleh dirayakan dengan penuh rasa suka cita. Kemenangan ini juga proses berpikir dan berjuang dari para profesional.

Carabao Cup. Arsenal sangat beruntung bisa menahan skor tetap 0-0 ketika dijamu Liverpool. Pemenang laga ini ditentukan lewat adu penalti. Bernd Leno menjadi superman dengan dua penyelamatan. Arsenal, yang tidak bermain baik di laga itu, keluar sebagai pemenang. Mikel Arteta merayakan kemenangan buruk itu dengan penuh suka cita.

Kualifikasi Europa League. AC Milan dijamu Rio Ave di Portugal. Skor akhir sama kuat, 2-2. Pertandingan dilanjutkan ke penentuan adu penalti. Adu penalti AC Milan dan Rio Ave berjalan seru. Butuh 24 tendangan untuk menentukan pemenang. Hingga pada akhirnya, Milan pulang ke Italia dengan kepastian lolos ke fase grup Europa League. Donnarumma, kapten Milan, merayakan kemenangan ini dengan raut wajah penuh kepuasan.

Baik Arsenal maupun AC Milan tidak tampil dengan level permainan terbaik. The Gunners bahkan seharusnya kalah dari Liverpool. Sementara itu, Milan sempat tertinggal 2-1 sampai menit ke-120! Nasib Setan Merah Italia itu diselamatkan oleh penalti di menit akhir. Jika bola tidak menyentuh tangan pemain Rio Ave, Milan bakal pulang dengan penuh rasa nestapa.

Baik Mikel Arteta, pelatih Arsenal, dan Donnarumma, kiper Milan, dicibir karena merayakan kemenangan dengan penuh suka cita. Kemenangan yang mereka raih dianggap sepele saja. Arteta hanya menang di Carabao Cup, “kompetisi kasta ketiga”, sementara Donnarumma hanya lolos ke fase grup Europa League.

Saya tidak tahu siapa yang mengawali kegoblokan ini. Banyak fans sepak bola yang menyebut Carabao Cup sebagai Piala Ciki KW. Sungguh konyol dan tidak menunjukkan respect kepada sebuah proses. Jenis banter yang tidak bermartabat. Bahkan malah mengesankan ketertinggalan dalam pola pikir.

Sementara itu, Europa League juga sering menjadi sasaran ledekan. Kompetisi ini dianggap liga kelas dua di Eropa. Gengsi dan besar hadiah memang kalah jauh dari Liga Champions. Namun, fans perlu melihat kompetisi yang dianggap “kelas kedua” ini dengan sudut pandang berbeda.

Carabao Cup dan Europa League isinya tidak berbeda dengan Liga Inggris dan Liga Champions. Isinya juga pertandingan, di mana semua pelatih menyiapkan skuatnya secara serius. Memang, terkadang, pelatih menggunakan ajang ini sebagai alat ukur kepantasan pemain lapis kedua atau mereka yang baru saja dibeli.

Namun, kenyataan itu tidak menghapus jejak-jejak pemikiran pelatih. Kita tahu, kerja otak bisa sangat melelahkan melebihi kerja otot. Sudah begitu, para pemain yang mendapat jatah menit juga berusaha memberikan yang terbaik. Jadi, setidaknya, ada dua aspek yang patut dihargai dari proses tampil di Carabao Cup dan Europa League.

Saya mencoba memosisikan diri sebagai Mikel Arteta, pelatih Arsenal. Baginya, segala kemenangan patut untuk dirayakan. Sebagai “pemula” di dunia kepelatihan, kemenangan bermakna besar, bahkan kemenangan yang terlihat sangat buruk. Meskipun buruk, kemenangan tetap terasa manis.

Kemenangan ini menjadi bukti bahwa kerja keras memikirkan skema dan pemilihan pemain berakhir positif. Efeknya sangat besar kepada mental pelatih dan pemain. Ada semacam keyakinan yang tumbuh setelah sukses berhasil diraih. Menjadi semacam modal bahwa untuk ke depan, mereka bisa mengandalkan kemampuan diri.

Sementara itu, untuk AC Milan, keberhasilan lolos ke babak fase grup Europa League maknanya sangat besar. Sebagai kapten, Donnarumma pasti paham sekali akan hal ini. Selain soal gengsi, bermain di Eropa punya dampak signifikan dari hak siar. Di tengah pandemi, ketika keuangan klub terdampak, pemasukan dari hak siar akan sangat membantu.

Jadi, kemenangan buruk yang diraih Arsenal dan AC Milan perlu dihargai. Perlu dirayakan dengan penuh rasa suka cita. Setiap kemenangan, apa pun bentuknya, rasanya tetap manis ketimbang pahit kekalahan.

Terkadang, kita menepikan proses dan perjuangan di balik layar dan hanya menggunakan hasil akhir sebagai patokan. Kita tidak menghargai kerja keras, sekecil apa pun yang sudah dilakukan manusia-manusia profesional ini.

BACA JUGA AC Milan Adalah Puisi Paling Sedih di Sejarah Serie A dan tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.

Exit mobile version