Percakapan Rahasia Zidane dan Simeone Jelang Final Liga Champions

Percakapan Rahasia Zidane dan Simeone Jelang Final Liga Champions

Percakapan Rahasia Zidane dan Simeone Jelang Final Liga Champions

Derby sekota dalam laga final Liga Champions merupakan barang mewah yang selama ini baru bisa dimiliki oleh kota Madrid. Akhir pekan ini, Real Madrid akan kembali bersua dengan tetangga mereka, Atletico de Madrid untuk kedua kalinya sejak tahun 2014 di partai puncak. Mereka akan beradu segalanya di Stadion San Siro yang akhirnya bisa juga merasakan atmosfer laga Liga Champions pada musim ini.

Nah, meski merupakan seteru abadi, ternyata pelatih kedua tim, Zinedine Zidane dan Diego Simeone tidak serta merta bermusuhan. Malah, seorang paparazzi iseng sempat merekam percakapan rahasia antara kedua mantan pemain tersebut. Begini kira-kira isi dari percakapan tersebut. Kalau terlihat seperti skrip sandiwara, ya maklum saja, karena memang ini adalah sandiwara. Mohon maaf pula jika ada beberapa kalimat yang saya salin langsung dengan bahasa Spanyol supaya lebih otentik rasanya.

Simeone yang sedang berjalan-jalan santai bersama anjing bulldog kesayangannya, Chilavert, mendapati Zidane sedang duduk di sebuah bangku taman sembari menatap langit dengan tatapan hampa. Ia pun berjalan mendekati Zidane.

Simeone: Ndes, njaluk udut ndang.

Zidane (menoleh dengan sedikit terkejut, lalu tersenyum sembari menyodorkan rokok dan korek Tokai): Weh, ngapain kamu di sini, Go?

Simeone: Mumet ndasku.

Zidane: Kenapa e? Mau final kok malah met ndase?

Simeone (nyumet rokok): Gimana ya, Jid. Ini final Cempyen keduaku. Kemarin itu timku sudah hampir juara, eh Ramos malah ngegolke. Njuk mental pemainku ambyar kabeh. Celeng tenan. Aku ini pengen ngrasakne juga rasanya jadi juara Cempyen. Main bola belasan tahun, di Italia jaman masih jaya pula, eh kok ya dapet tim Inter sama Lazio. Suram. Bejomu, Jid sempat main bareng Real Madrid.

Zidane: Hahahahaha, piye ya bro. Aku ini kan pernah jadi pemain terbaik dunia, ya wajar kalo terus dibeli Real. Apik to golku, huahahahahaha.

Simeone: Nggapleki, malah ngece. Aku ini sambat tenanan je.

Zidane: Hahahaha, oke, oke. Curhat sini. Mumpung maghrib masih lama.

Simeone: Oke, jadi gini lho. Jujur ya, pemain-pemainku itu masih agak gelo gara-gara kemarin pas liga gagal di pekan-pekan terakhir. Musuh Levante yang juru kunci liga lha kok malah kalah. Anak-anak ya sudah kumarahi, tapi kubilang, ya sudah, wong sudah terlanjur. Yang penting besok pas final Cempyen bisa menang. Pas itu mereka ya ngangguk-ngangguk tapi kok rasanya ada yang ngganjel gitu lho. Aku nggak punya pilihan e, Jid, kecuali menang.

Zidane: Lha maumu gimana? Mosok timku suruh ngalah? Ya gak bisa tho ya. Aku ya gak pengen dipecat je. Ngerti dewe lah bosku kayak gimana. Wong juara aja bisa dipecat, apalagi kalah. Apalagi kalau kalahnya lawan timmu. Aku iki yo wedi, rumangsamu.

Simeone: Ya gak begitu juga. Aku juga gak mau kalau timmu sampai sengaja ngalah. Juara macam apa aku kalau tim lawan mainnya gak serius? Kalau juara ya harus yang beneran, jangan kayak mantan timmu itu, huahahahaha.

Zidane: Wah, asu kowe, hahahahaha. Lha terus piye? Kamu sudah ngobrol sama kaptenmu belum? Tanya lah ke Gabi, anak-anak keadaannya gimana. Filipe itu juga suruh cukur. 2016 kok gaya rambut masih kaya gitu.

Simeone: Ya sudah sebenernya. Gabi bilang anak-anak sih oke. Mereka juga sehat semua, gak ada yang cedera. Latihan juga siries dan fokes…

Zidane: Tapi?

Simeone: Tapi tetep aja susah, Jid. Pertama, yang namanya derby kan jelas susah diprediksi. Faktor nonteknis kayak emosi sama motivasi kan perannya gak kecil. Kedua, timmu itu juara Cempyen sudah sepuluh kali, ya walaupun lima gelar pertama memang agak-agak wagu ya, tapi tetep aja, Jid. Lha timku? Juara ya paling banter Piala Winners sama Piala UEFA. Aku itu sebenernya lebih takut sama faktor-faktor nonteknis kayak gini, Jid. Kalau ngomong perkara teknis sih timku udah yahud.

Zidane: Hmmm. Oke, aku ngerti. Liga Cempyen ini memang kadang suka nganyelke. Kamu ingat tho jaman aku main final dua kali bareng Juve dan kalah dua kali? Kalau kata orang-orang, Go, ada sesuatu yang namanya DNA Cempyen. Nah, gak semua tim punya DNA itu. Timku jelas punya. Timnya Yosep juga punya. Terus katanya Milan juga (pernah) punya.

Simeone: Sik sik. Maksudmu itu gimana tho? Bal-balan kok pake DNA-DNA segala? Kamu kan tahu sendiri pas main dulu aku cuma jadi tukang galon plus juru kepruk es batu prongkolan, jadi ya gak mlethik-mlethik amat aku ini. Mbok ya tolong dijelasin.

Zidane: Nah, masalahnya, ini gak bisa dijelasin, Go. Ini kayak orang ada yang lahir nggantheng ada yang enggak. Kalau kata orang Somalia, udah dari sononya.

Simeone: Wah, kalau gitu caranya ya gak adil dong?

Zidane: Yah, jenenge urip, Go. Nek pengen adil dan makmur ya ikut kominis sana.

Simeone: Oke, njuk sekarang aku kudu piye?

Zidane (menghembuskan asap rokok dengan bentuk “O”): Hmmm, ini harus pelan-pelan ngomongnya. Takut ada Kivlan Zen di belakang.

Simeone (berbisik sambil celingak-celinguk): Oke, gimana?

Zidane (berbisik): Nah, jadi timku ini kan hitungannya tim borjuis. Bukan cuma karena duitnya banyak lho, tapi lebih ke status sebagai tim “bangsawan” di Eropa. Hobinya bersolek, selalu pengen main cantik, gitu-gitu lah. Nah, timmu itu kan kebalikannya. Duit gak seberapa, pemain lokal juga masih agak banyak. Ya timmu itu harus menganggap pertandingan ini seperti perjuangan kelas, Go. Si Kaya lawan Si Miskin.

Simeone: Hmmm, berarti aku harus ngajari kominisme ke anak-anak?

Zidane: Sssshhhh, jangan keras-keras!

Simeone (berbisik): Berarti aku harus ngajari kominisme?

Zidane: Betul, kira-kira seperti itu. Tapi ya sebatas itu saja lho. Kalau kamu ajari kominisme beneran pemainmu pada lari nanti. Apa ya mau mereka yang biasanya naik Porsche terus naik Lada? Mbuh piye carane, lah demi laga final ini.

Simeone: Hmmm, oke. Eh, Jid, tapi ngomong-ngomong kok kamu mau sih membocorkan rahasia kayak gini? Apa kamu gak takut kalah nanti?

Zidane: Kalah? Hahahahahahaha. Ya gak mungkin lah. Mau sekuat apa kelas pekerja berjuang, orang kaya bakal selalu menang, hahahahaha. Timmu mau capek-capek sampai koprol pun gak bakalan bisa jadi kayak timku, jadi ya aku tenang-tenang saja. Wong urip memang cuma mampir ngombe, Go, tapi aku bisa ngombe anggur Bordeaux, lha kamu sampai kapanpun paling pol ya Santoso. Wis lah terima nasib saja. Kalau pun timmu besok menang, ya gak masalah. Real 10 kali, Atletico 1 kali. Masih jauh, Go.

Simeone (sembari beranjak dari bangku): Woooo, telek, jebul kamu cerita-cerita kayak gini cuma buat menghina. Wis lah, aku balik dulu. Awas kamu, besok di San Siro bakal tak bikin kicep!

Zidane (terus tertawa sampai bayang-bayang Simeone lenyap ditelan senja): Hahahahahahaha!

Exit mobile version