Florentino Perez akhirnya menunjukkan kepada dunia kuasa yang ia punya di jagat sepak bola ketika didapuk menjadi kepala European Super League. Bagi penikmat sepak bola garis keras, Perez bukanlah orang baru dan tak mengagetkan kalau dia didapuk jadi ketua liga yang sedang jadi buah bibir itu. Namun, bagi orang yang tak peduli-peduli amat dengan detil, hal ini bikin mereka benar-benar kaget.
Sebenarnya, tanpa memperhatikan detil pun, terlihat bahwa Florentino Perez adalah orang yang punya pengaruh yang amat kuat. Dia adalah orang di balik proyek Galacticos Real Madrid yang menyilaukan mata. Dia adalah orang yang bikin Madrid berjaya di Eropa lewat tiga gelar Liga Champions yang diraih secara berturut-turut. Meski dia bukan orang yang turun ke lapangan langsung, namun geliatnya di balik layar tak bisa dianggap remeh.
Menjadi presiden klub, berarti memastikan klub untuk selalu ada di kondisi yang baik. Dan menjadi presiden klub sekelas Real Madrid yang harus selalu di tempat tertinggi rantai makanan, bukanlah hal mudah. Demi menjaga martabat Real Madrid—dan mungkin dirinya sendiri—Perez tak segan membuang orang yang dia anggap menjegal langkahnya.
Florentino Perez menginjak Lorenzo Sanz, presiden yang membawa Madrid mengakhiri puasa gelar Liga Champions dan menaruh Real Madrid di titik tertinggi sejarah. Dia membuat pemilih yang (sempat, dan mungkin) loyal pada Sanz beralih tanpa ragu kepada dirinya. Sisanya adalah sejarah.
Perez tak segan “membuang” Ronaldo, tak punya malu saat merekrut Lopetegui, dan tak pikir panjang ketika mengeluarkan uang besar untuk membeli pemain bintang. Apa pun itu, selama dia pikir adalah yang terbaik untuk Madrid, dia akan melakukannya.
Florentino Perez punya kekuatan yang amat besar di Madrid. Di Bernabeu, “Vox Perez, vox dei” lah yang berlaku. Selama itu ia pikir bisa membuat lemari piala Bernabeu makin sesak, apa saja akan dilakukan. Menyingkirkan pemain dan pelatih semudah menjentikkan jari baginya.
Katakanlah memang ESL ini adalah prakarsa Perez, saya pesimis UEFA dan FIFA bisa menekan dirinya agar membatalkan liga tandingan ini. Kenapa? Perez, selain seorang presiden yang mumpuni, dia juga pebisnis dan pelobi yang andal.
Lihat berapa bintang yang dia bawa ke Santiago Bernabeu. Kalau kalian pikir membeli Kaka, Ronaldo, Xabi Alonso, dan Bale itu bisa dilakukan dengan uang semata, kalian salah. Politik dan lobi punya andil yang besar selain uang. Contoh sahihnya adalah ketika beliau berhasil memboyong Luis Figo dan menginjak harga diri Barcelona.
Memboyong Luis Figo adalah salah satu keajaiban dunia, dan itu tidak berlebihan. Figo adalah pemain yang diandalkan di Barcelona. Rivalitas Real Madrid dan Barcelona yang begitu kental bikin orang pada saat itu berpikir ramalan kiamat pada esok hari jauh lebih masuk akal ketimbang Figo pergi ke Real Madrid.
Baiklah, memboyong Figo tak sepadan dengan bikin publik sedunia dan badan macam UEFA dan FIFA berang, bahkan itu dua bahasan beda. Tapi, terlihat sekali bahwa Perez bisa bikin hal yang keliatan tidak mungkin jadi mungkin. Dan memenangkan pertarungan dengan UEFA bukanlah hal yang jadi mustahil.
Bisa jadi Perez sedang mengirimkan sinyal kepada otoritas berkuasa bahwa dia bisa berbuat apa saja jika dia mau. Bisa jadi justru UEFA dan FIFA yang akhirnya berkompromi. Bisa jadi presiden liga itu akhirnya gigit jari karena mereka kalah. Semua itu mungkin selama di tangan Perez.
Saya tak mendukung adanya ESL, sama sekali tidak. Tapi, ketika musuhmu adalah Perez dan beberapa petinggi klub yang rakus, kau sama saja melawan musuh yang akan membuatmu rugi ketika menang dan hancur ketika kalah. Singkatnya, tak ada hasil yang menyenangkan. Saya lebih memilih diam dan melihat, seberapa kuat Perez melawan dunia.
Tak berlebihan menyebut Florentino Perez sebagai orang paling berbahaya di dunia, tepatnya dunia sepak bola. Kejayaan Real Madrid di era modern adalah bukti keandalan dirinya dalam memimpin Los Blancos. Dan mungkin, takluknya UEFA adalah bukti lain dari kekuatannya.
Sumber gambar: Akun Twitter @JayMystical1
BACA JUGA European Super League: Persekutuan Jahat para Pencuri Sepak Bola dan artikel Rizky Prasetya lainnya.