Cerita Mahasiswa Nomaden yang Pilih Numpang di Kos Teman
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
  • Home
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Uneg-uneg
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Uneg-uneg
  • Terminal
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Uneg-uneg
  • Terminal

Mendengar Cerita Mahasiswa Nomaden yang Pilih Numpang di Kos Teman

Muhammad Rizki Yusrial oleh Muhammad Rizki Yusrial
29 Oktober 2022
0
A A
Beranda Susul Geliat Warga
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

Perkara barang pinjaman

Bila tidur di kos temen, Agus sesekali memakai barang milik teman yang ia tumpangi. Ini juga karena barang bawaannya yang terbatas. Tak punya kos-kosan tentu sulit untuk bawa barang yang banyak.

Perkara barang, Agus biasanya berangkat dari rumah membawa baju dan celana yang cukup untuk beberapa minggu ke depan. Baju dan celana itu ia laundry sehingga bisa untuk dipakai kembali. Tapi tetap saja kadang itu kurang.

Karena hidup yang berpindah-pindah, barang-barangnya sering ia bawa semua ke kampus. Itu karena ia tak membawa buku yang banyak. “Kadang ku bawa semuanya pernah. Jadi kuliah itu bahkan jarang banget bawa buku deh. Buku tu satu atau dua. Lepas tu ya udah sisanya baju-baju doang,” imbuhnya.

Selain itu, Agus melanjutkan, sebagai bentuk balas budi meskipun tidak seberapa paling tidak ia ikut membantu beli makan dan bersih-bersih. Kadang kala temannya pindahan ia turut serta mengangkat barang. Dalam hal lain ia juga ikut bantu memperbaiki barang temannya yang bermasalah.

“Jadi kayak hidup ngekos aja cuma bedanya aku tu numpang. Jadi gak ikut bantu bayar kos. Paling kalau ikut bantu ya bantu bayar makan doang. Saling bantu aja kurang lebih gitu lah,” imbuh Agus.

Hilangkan gengsi demi hidup menumpang

Fajri sebenarnya juga merasa gak enak sama teman-temannya karena beberapa kali numpang menginap. Namun, menurutnya perasaan semacam itu harus ia lawan karena yang penting adalah bisa bertahan hidup dulu.

Baca Juga:

Untuk Dosen di Surabaya: Kalau Dosen Senior Memangnya Boleh Seenaknya Sendiri? MOJOK.CO

Untuk Dosen di Surabaya: Kalau Dosen Senior Memangnya Boleh Seenaknya Sendiri?

29 Januari 2023
UKT beasiswa untuk mahasiswa

UNY Panggil Pembuat Utas Soal UKT, Pemda DIY Siapkan Beasiswa untuk Mahasiswa

18 Januari 2023

Tapi sejauh ini rasa gak enakan hanya timbul dari perasaannya saja. Ia belum pernah melihat raut muka temannya yang kesal karena ia menginap. Entah itu disembunyikan atau juga karena memang temannya bisa menerima.

“Tapi kalau menurut aku ya. Aku orangnya gak ngesel-ngeselin amat sih. Ya temen butuh antu, apa-apa, aku ayo-ayo aja. Temen ngajak apa, aku ayo orangnya,” katanya percaya diri. Ia merasa bisa jadi teman yang mengimbangi obrolan teman. Itu yang menurutnya jadi modal untuk bisa dekat dengan mereka.

Mengesampingkan eko agar bisa tinggal menumpang di kos teman atau di warung kopi. (Ilustrasi, Dok. Mojok)

Sementara Agus, karena sudah menjadi pemain senior di dunia nomaden, ia beberapa kali melihat raut wajah temen yang masam. Sebenarnya Agus sangat menerima bila temannya menolak ia numpang menginap. Itu lebih membuatnya senang daripada harus diem-dieman dan menunjukkan raut muka yang kurang sedap.

“Bilang aja kalau bisa jangan nginap lagi ya soalnya gini gini. Ya udah nggak papa, malah seneng. Daripada cuma diem-dieman itu saling gak enakan aja,” tuturnya.

Suara dari yang menarima tumpangan

Saya bertemu dengan Kamil, itu bukan nama sebenarnya. Ia tidak ingin identitas aslinya disebut karena ia ada pengalaman buruk dengan teman yang menumpang di kosnya.  

Kamil bercerita, pada awalnya ia begitu senang bila ada teman menginap di kosnya. Terlebih bila teman itu adalah seorang kakak tingkat (kating). Ekspektasinya, ia bisa bertanya banyak hal, entah itu tentang tugas, perkuliahan, organisasi, dan lain sebagainya. Namun, rasa itu seketika patah ketika ada suatu saat ia harus kehilangan uang setelah temannya numpang menginap.

“Uang yang ada tuh biasanya aku taruh di amplop bawah meja, kosong gak ada isinya. Padahal waktu aku bawa itu masih ada dan waktu pagi masih ada jumlahnya. Waktu dia habis nginep terus dia cabut, uang itu hilang,” imbuh Kamil. 

“Ya aku gak so’uzon sih ya tapi ya faktanya gitu kan,” lanjutnya.

Kamil mengatakan, orang yang nomaden itu biasanya tidak membawa barang banyak, karena itu mereka biasanya meminjam baju temannya. 

“Terus dia pernah pakai pinjem bajuku. Nah ku kira bakal dikembaliin. Eh ternyata bablas diembat sama dia,” katanya sambil tertawa.

Ternyata menurut Kamil, hal semacam itu tidak hanya ia yang mengalami. Beberapa teman yang sering memberikan tumpangan juga merasakan kehilangan uang dan tidak kembalinya baju yang dipinjam.

Ini belum perkara kontribusi. Kamil merasa tak pernah menerima kontribusi apapun dari temannya itu. “Merokok terus bikin kotor, dia gak ada kontribusi buat bersihin dan lain-lain enggak ada,” katanya.

Selepas kejadian itu, Kamil selalu mencari alasan bila teman yang hendak menginap di kosannya. “Malam ini kamu di kosan gak gitu? Enggak aku lagi di kos temen,” kata Kamil mempraktekkan dialognya ketika mencari alasan.

“Aku selalu bikin alasan seperti itu ya pasca-kehilangan uang terus bajunya diembat. Jadi nyari-nyari alesan gitu biar dia gak ke kosan karena bakal tau ending-nya gitu,” tuturnya.

***

Fajri menyadari, hidup nomaden dengan numpang di kos teman sebenarnya membuat ia lelah. 

“Kalau idealnya pengennya punya kos sendiri sih atau ngontrak sama temen rame-rame [ikut iuran]. Tapi ya emang belum bisa aja. Pengennya punya tempat, nggak luntang-lantung kek gini,” ungkap Fajri.

Sedangkan Agus, kini sudah lulus kuliah. Ia sedang mengadu nasibnya di Jakarta dengan bekerja. Di ibu kota, ia tinggal di kos, tentu bukan menumpang, ia sudah punya pendapatan untuk kos sendiri.

Reporter:
Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA: Dilema Pemilik Indekos Tertib dan Pemilik Kos LV yang Menolak Tudingan Seks Bebas

Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 1 November 2022 oleh

Tags: indekoskosMahasiswamahasiswa kosnomaden
Muhammad Rizki Yusrial

Muhammad Rizki Yusrial

Magang di Mojok

Pos Selanjutnya
ganjar dan ridwan kamil mojok.co

Ganjar dan Ridwan Kamil Dijodohkan untuk Pilpres 2024

Tinggalkan Komentar


  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Podium
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Kunjungi Terminal
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In