Blunder Bupati Klaten: Sebuah Trilogi

batman, bupati klaten, corona, narsis mojok.co

batman, bupati klaten, corona, narsis mojok.co

MOJOK.COTrilogi Batman karya Christoper Nolan direplikasi dengan sukses oleh Bupati Klaten, Sri Mulyani. Yak benar, blunder secara spektakuler maksudnya.

Trilogi Batman yang disutradarai Christopher Nolan adalah mahakarya. Tidak ada hal yang buruk dari ketiga film Batman yang disutradai Nolan. Well, mungkin koreografi bertarungnya yang lumayan kaku. But hey, Christian Bale memerankan Batman yang amat manusiawi, tidak overpower seperti yang di komik, jadi koreografi masih bisa dimaafkan.

Batfleck sucks, period.

Tapi di belahan bumi yang lain, ada pemimpin daerah yang berusaha mereplikasi mahakarya Nolan. Tapi tentu saja tidak mereplikasi kehebatan karya, tapi dengan konsisten membuat blunder. Orang yang saya maksud tidak lain tidak bukan, Bupati Klaten.

Ibarat film trilogi, sudah ada tiga blunder yang dilakukan oleh Bupati Klaten dalam rentang waktu yang tidak begitu lama. Maka saya akan menjelaskan blundernya dalam tiga babak.

Batman Begins

Nolan memulai trilogi Batman dengan “Batman Begins“. Film pertama Batman itu menceritakan bagaimana Batman menjadikan dirinya sebagai simbol harapan bagi Gotham.

Bupati Klaten juga menjadi simbol bagi Klaten. Tapi simbol yang ditangkap orang-orang bukanlah harapan, tapi justru kepercayaan diri yang berlebih, atau narsis. Bilang malu-maluin pas nggak sih?

The Dark Knight

Ibarat film “The Dark Knight” besutan Christoper Nolan, blunder yang dibuat oleh Bupati Klaten makin besar. Sri Mulyani melakukan blunder yang spektakuler, yaitu mengumpulkan keluarga ODP dan PDP dalam satu tempat untuk diberi bantuan.

Mengumpulkan orang dalam jumlah banyak dalam satu tempat di masa pandemi ini adalah tindakan terbodoh yang bisa Anda lakukan. Dan darah Anda bisa makin mendidih ketika dokumentasi acara tersebut didominasi wajah Bupati Klaten tersebut seakan-akan berkata, “Why so serious?”.

The Dark Knight Rises

Akhir dari trilogi haruslah megah, spektakuler, dan berkesan. Nolan mengakhiri trilogi dengan Batman mengorbankan dirinya untuk Gotham. Bupati Klaten mengakhiri trilogi dengan membuat blunder terparah, yaitu menyalahgunakan bantuan dari Menteri untuk kepentingannya sendiri.

Duduk perkaranya begini. Bupati Klaten memberikan bantuan berupa hand sanitizer. Di botol hand sanitizer tersebut, ada tulisan bantuan Bupati, dan tentu saja foto dia mengepalkan tangan. Tapi begitu sticker tersebut dilepas, baru ketahuan kalau hand sanitizer tersebut adalah bantuan dari Kemensos. Pembelaannya? Kekeliruan dalam memasang stiker. Serius.

Dibanding dua blunder awal, blunder yang  terakhir ini begitu megah. Sri Mulyani, entah sadar atau tidak, telah menggunakan bantuan negara untuk mendongkrak namanya. Kesalahan seperti ini tidak akan membuatmu mengumpat, tapi langsung menepuk jidatmu dengan keras dan malu berbagi oksigen yang sama dengan dirinya.

Ibaratnya nih, kalau kalian nyontek, hal paling masuk akal yang ada di pikiran kalian adalah sebisa mungkin kalian tidak mencontek dengan sama persis. Nah, yang dilakukan Bupati tersebut ini adalah mencontek dengan sama persis, yang diganti hanya namanya.

Semua orang tidak ingin kalah dalam perlombaan. Segala cara diupayakan untuk menang, tapi tetap saja ada batas etis yang tidak seharusnya dilanggar. Masalahnya Bupati Klaten baru saja melanggar batas tersebut. Entah tindakan itu diizinkan atau tidak oleh Kemensos, tetap saja ada moral yang dilanggar oleh Bupati tersebut.

Pemimpin punya beban untuk menjadi moral compass warga yang ia pimpin. Namun jika puncak pimpinan saja tak bisa menjadi moral compass, apa yang bisa diharapkan?

Ngomong-ngomong, kenapa blunder Bupati Klaten saya samakan dengan trilogi Batman buatan Christoper Nolan? Ya buat contoh aja sih, di sana ada mahakarya spektakuler dan di sini ada keabsurdan spektakuler.

BACA JUGA One Piece Mungkin Ceritanya Bermasalah, tapi Naruto Jelas-jelas Sampah dan artikel menarik lainnya dari Rizky Prasetya.

Exit mobile version