Liverpool Merapal Mantra ‘Squeaky Bum Time’ Manchester United yang Hilang

liverpool squeaky bum time sir alex ferguson manchester united mojok.co

liverpool squeaky bum time sir alex ferguson manchester united mojok.co

MOJOK.CO Manchester United menjebol gawang Muenchen 2 kali dalam 2 menit akhir pertandingan. Penyelamatan Dudek saat membawa Liverpool juara adalah sebuah kegilaan yang menentukan di menit akhir; squeaky bum time.

Tanyakan pada Oliver Kahn apa yang dia rasakan saat final Liga Champions tahun 1999, tidak berlebihan kalau dia memukulmu. Atau tanyakan siapa pangeran Bernabeu ke fans Real Madrid, mereka akan bingung mau menjawab Ramos atau Raul. Tanyakan juga bagaimana perasaan Gerrard mengangkat Si Kuping Besar kelima milik Liverpool di Istanbul. Kejadian-kejadian tersebut adalah contoh kejadian yang Sir Alex sebut sebagai squeaky bum time.

Squeaky bum time adalah waktu yang gila, di mana segala kejadian yang paling tidak terduga bisa terjadi. Keajaiban yang terjadi di pertandingan sepak bola ini dulu lekat kepada Manchester United. Di tangan Sir Alex, sihir adalah keberuntungan yang bisa diciptakan ulang. Karisma, ketegasan, dan determinasi adalah rapalan sihir Sir Alex untuk mengubah pertandingan lewat squeaky bum time.

Dalam satu dekade terakhir, tidak ada yang menyanggah keajaiban “92:48”. Tapi itu hanya satu kejadian, Sir Alex menciptakan “92:48” yang lain meski dalam skala kecil. Namun hal itu lah yang membuat Manchester United selalu ada di titik atas pertarungan gelar. Sepak bola berakhir ketika wasit meniup peluit, sebelum itu hanya Tuhan yang benar-benar tahu hasil pertandingan.

Namun, kepergian Sir Alex seakan menghilangkan keajaiban yang ada. Padahal mantranya jelas, dan bisa diulangi siapa pun, namun pelatih MU setelahnya tetap saja gagal meramu racikan yang tepat. Mungkin keajaiban di Paris adalah salah satu keajaiban yang terjadi setelah kepergian Sir Alex. Melihat performa MU belakangan, lebih tepat bahwa Paris hanyalah keberuntungan pemula.

Justru rival abadi Manchester United yang sanggup menciptakan ulang sihir Sir Alex, yaitu Liverpool. Musim ini saja, Liverpool berkali-kali menciptakan kegilaan di menit akhir pertandingan. Ironisnya lagi, salah satu korbannya justru tim yang lekat dengan fenomena ini, yaitu Manchester United.

Klopp punya andil besar atas tren positif yang Liverpool tunjukkan pada beberapa tahun terakhir. Klopp seakan dipilih oleh semesta untuk jadi penerus sihir yang Sir Alex pernah kuasai. Di tahun awal Klopp menjadi pelatih Liverpool, potensi ini sudah muncul lewat kegilaan yang tersaji saat Liverpool melawan Norwich di musim 2015/2016. Pertandingan yang berakhir dengan skor 5-4 untuk kemenangan Liverpool itu diraih dengan semangat juang.


Di musim ini saja, ada 12 pertandingan di mana Liverpool menciptakan kegilaan lewat gol di menit akhir. Firmino menjadi aktor yang terlibat paling banyak dalam squeaky bum time tersebut. Firmino memang bukan pemain biasa, dia adalah pemain nomor 9 dengan gaya permainan yang berbeda. Gol-gol Firmino seakan ditakdirkan untuk mengubah nasib Liverpool.

Skema permainan yang jelas, mental pemain yang hebat, dan juga jeli dalam pembelian pemain menyumbang keberhasilan Liverpool meraih hasil positif. Klopp membangun mental para pemainnya untuk berjuang sekuat tenaga dan tidak berlarut pada kekalahan. Sir Alex menerapkan hal yang sama semasa melatih Manchester United, menjelaskan kenapa era Sir Alex dan Klopp mereka mempunyai skuat yang hanya berhenti berjuang saat peluit akhir ditiup oleh wasit.

Ole Gunnar Solksjaer bukanlah Sir Alex, Klopp juga bukan Rafael Benitez, membandingkan pelatih sekarang dengan pelatih yang mengenalkan keajaiban memang tidak bijak. Namun perbedaan Ole dan Klopp jelas, bahwa Klopp tidak berlindung kepada alasan-alasan dan kata-kata manis untuk menenangkan hati. Kalah ya kalah, embrace it, bersiap untuk menang di pertandingan selanjutnya.

Fenomena squeaky bum time meskipun pahit untuk tim yang menjadi korban, namun tetap saja sensasi mengerikan sekaligus bikin ketagihan ini tidak bisa ditolak. Kau tidak bisa menerima kekalahan begitu saja, tapi keajaiban yang tercipta di menit akhir ini adalah bagian dari sepak bola, keindahan yang tidak ingin kau lewatkan begitu saja.

Dan musim ini, Liverpool adalah pelaku seni yang gemar menyajikan karya yang membuatmu berdebar.

BACA JUGA AC Milan dan Arsenal Dihantui Cedera Mental Paqueta-Mustafi dan juga artikel menarik yang bisa dibaca oleh fans Atletico Madrid di BALBALAN.

Exit mobile version