Nasihat Yenny Wahid: NU Tak Perlu Minta Jatah Menteri ke Jokowi

Ilustrasi Yenny Wahid (Mojok.co)

MOJOK.COSaid Aqil mengungkapkan kalau kader NU siap jadi menteri kalau Jokowi meminta. Sementara itu, Yenny Wahid menasihati tak perlu sampai minta jatah.

Baru-baru ini, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siroj mengungkapkan bahwa dirinya siap mengajukan nama-nama potensial. Potensial untuk apa? Untuk menjadi menteri di periode kedua pemerintahan Jokowi, yang kali ini akan didampingi oleh Kiai Ma’ruf Amin.

Menurut penuturan Said Aqil, NU punya banyak kader profesional yang layak masuk ke dalam pertimbangan Jokowi untuk mengisi beberapa pos menteri. Tidak hanya posisi Menteri Agama saja, Said Aqil menegaskan kalau kader NU bisa mengisi pos-pos lain.

“Kita kalau diminta ya siap. Banyak sekali (yang) profesional. Apa saja, tidak hanya agama. Insyaallah kami banyak, walaupun kita terus terang saja tidak ngoyo,” tegas Said Aqil seperti dilansir oleh Detik.

Di tempat lain, Yenny Wahid justru mengimbau kalau para petinggi jangan sampai terjebak ke dalam retorika yang menyiratkan kalau NU ingin mendapatkan jatah menteri dari Jokowi. Puteri Gus Dur itu juga menegaskan kalau NU harus dapat bekerja sama, dan pada saat yang sama menjaga jarak yang sehat di setiap era pemerintahan.

“Saya imbau petinggi NU supaya tidak terjebak retorika seolah-olah kita menuntut kursi kabinet atau sebagainya. Peran yang harus dijalankan NU adalah peran sinergi dengan pemerintah, memberi masukan konstruktif ketika ada kritik,” kata Yenny.

Selain mengimbau supaya para petinggi NU jangan sampai terjebak ke dalam retorika “ingin jatah menteri”, Yenny Wahid juga mengingatkan khittah NU, yaitu tidak terlibat di dalam politik praktis.

Nasihat itu merujuk Khittah NU tahun 1926, yang ditegaskan kembali pada Khittah NU tahun 1984. Yenny Wahid tak memungkiri ada harapan dari warga NU agar pemerintah dan Jokowi mau mendengar aspirasi mereka. “Tapi tidak kemudian dengan cara bagi-bagi kursi, menuntut kursi seperti itu,” tutur Direktur Wahid Foundation itu.

Wacana itu muncul ketika Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Kebangkitan Bangsa (DPP PKB), Abdul Kadir Karding, mengutarakan kalau PKB dan NU sama-sama sudah memenangkan Jokowi. “Saya kira beda ya. Kalau ada jatah-jatah pasti beda, karena NU juga bekerja, PKB sebagai partai juga bekerja. Jadi beda,” ungkap Karding.

Hmm…kira-kira Pak Jokowi pusing nga ya?

(yms)

Exit mobile version