Resepsi Mewah, Resepsi Sederhana

Resepsi Mewah, Resepsi Sederhana

Resepsi Mewah, Resepsi Sederhana

Curhat

Dear, Mojok.

Perkenalkan, nama saya Intan, terserah nanti Mojok akan menuliskannya sebagai nama samaran atau tidak, saya tak peduli, yang jelas, saya merasa sangat perlu untuk mencurhatkan masalah saya yang satu ini.

Jadi begini. Dua bulan mendatang, saya boleh jadi akan menjadi salah satu perempuan paling bahagia di dunia, sebab, saya akan menikah dengan lelaki pujaan saya. Kami sudah pacaran lama, lebih tepatnya lima tahun, mangkanya saya bahagia betul begitu tahu kekasih hati saya mengajak saya menikah. Dan tambah senang lagi karena orangtua kami sama-sama setuju.

Lha, kalau begitu, di mana masalahnya?

Nah, ini dia. Masalahnya sebenarnya adalah masalah klise. Saya dan kekasih saya adalah tipikal orang yang simpel. Kami ingin sekali menggelar resepsi pernikahan sederhana. Semacam pesta kebun yang hanya dihadiri oleh kawan-kawan dekat saya dan kekasih saya.

Namun ternyata, orangtua saya (terutama ibu) adalah tipikal orangtua yang gengsian. Ibu tak mau kalau resepsi pernikahan saya hanya digelar dengan cara pesta kebun sederhana. Katanya, menikah itu hanya sekali, jadi kalau bisa ya dirayakan dengan hajatan besar. Ibu saya merasa malu sama tetangga dan kerabat jika ia resepsi nikahan saya digelar ala kadarnya.

Belakangan baru saya ketahui kalau ternyata ibu saya sudah menabung untuk menambah biaya resepsi pernikahan saya.

Saya jadi bingung, padahal sejak lama, saya ingin sekali menikah hanya dengan resepsi sederhana.

Ehm, dan sebenarnya, ada satu hal yang membuat saya merasa tak mau mengelar resepsi pernikahan yang mewah, yakni di sosial media, saya berkali-kali berkoar-koar soal resepsi sederhana. Jadi saya merasa agak malu saja sama teman-teman saya kalau saya menikah dengan resepsi yang mewah, padahal di sosial media saya sering mengampanyekan menikah dengan sederhana.

Nah, Jok, kira-kira punya penyelesaian nggak atas masalah saya ini?

Terima kasih, sebelumnya.

~Intan.

 

Jawab

Dear, Intan.

Sebelumnya, saya ingin mengucapkan selamat atas rencana pernikahanmu yang akan segera digelar dalam waktu dekat. Sungguh, masih banyak orang yang belum bisa seberuntung dirimu. Jangankan menikah, untuk sekadar datang ke resepsi nikahan bareng pacar pun belum tentu sanggup.

Oke, langsung saja.

Jadi begini, Intan. Sebenarnya untuk pertanyaan ini, saya merasa agak salah sasaran. Sebab, dari seluruh awak redaksi Mojok yang ada, satu pun belum ada yang menikah. Kalau sekadar merencanakan menikah (dan merencanakan kawin) sih, semuanya sudah pernah. Namun begitu, tentu saja saya tak akan meninggalkan sampeyan dengan jawaban kosong.

Pertama, keinginan orangtua sampeyan untuk menggelar resepsi nikahan yang mewah harus sampeyan maklumi. Sebab bagi orangtua, adalah suatu kebanggaan dan kebahagiaan tersendiri ketika anaknya menikah dengan dirayakan dengan meriah dan semarak.

Orangtua selalu ingin melihat anaknya bahagia, pun sebaliknya juga harus begitu, anak seharusnya juga harus berusaha membahagiakan orangtua. Nah, pada titik ini, menuruti apa kata orangtua adalah salah satu jalannya. Terlebih pada kasus ini, sampeyan sebenarnya tidak terlalu dirugikan, sebab orangtua sampeyan kan ikut menanggung biaya resepsinya.

Saran saya, iyakan permintaan orangtua sampeyan untuk menikah dengan resepsi yang besar. Toh keluarga sampeyan mampu. Beda soal kalau sampeyan dan keluarga sampeyan sampai ngutang sana-sini demi resepsi.

Ada fase-fase puncak kebahagiaan bagi orangtua. Saat melahirkan, saat melihat anaknya bisa berjalan, saat melihat anaknya masuk sekolah, saat anaknya lulus kuliah, melihat anaknya menikah, dan sampai berlanjut menimang cucunya. Maka, terlalu kejam rasanya jika sampeyan membatasi kebahagiaan orangtua sampeyan.

Orangtua sampeyan sudah memenuhi segala kebutuhan hidup sampeyan, mosok sampeyan nggak mau memenuhi kebutuhan bahagia orangtua.

Jangan sampai di hari resepsi pernikahan sampeyan, hanya sampeyan dan pasangan sampeyan yang berbahagia, sedangkan orangtua sampeyan bahagianya tidak paripurna karena resepsi nikahan sampeyan sederhana.

Nah, untuk perkara sampeyan takut diejek sama teman-teman sampeyan soal omongan sampeyan soal pernikahan sederhana, saya punya saran. Nanti setelah resepsi, sampeyan bisa bikin acara perayaan pernikahan sendiri secara sederhana, sampeyan bikin pesta kebun sendiri, yang diundang juga kawan-kawan sendiri.

Setidaknya, itu bisa menjadi bukti komitmen bahwa sampeyan memang menyukai resepsi pernikahan yang sederhana.

“Eh, tapi kalau bikin acara lagi, biayanya dari mana? Kan uangnya sudah dipakai buat resepsi mewah?”

Nah, kalau yang itu, silakan curhat sama orang lain. Tugas saya kan hanya melayani curhat asmara, sedangkan untuk urusan keuangan, sampeyan bisa berkonsultasi dengan ahli keuangan kami di rubrik Celengan.

Sekian.

~Agus Mulyadi

Exit mobile version