Perlahan, tapi pasti, Wonosobo berubah jadi daerah yang kurang nyaman.
Satu-satunya yang pasti dalam hidup ini adalah perubahan. Termasuk perubahan terkait tempat tinggal. Syukur kalau tempat tinggal kita berubah menjadi lebih baik. Persoalannya, yang banyak terjadi, kebanyakan daerah di Indonesia perlahan berubah semakin tidak nyaman dari hari ke hari.
Itulah yang dirasakan oleh teman saya yang berasal dari Wonosobo. Banyak perubahan signifikan terjadi di Kota di Atas Awan itu. Dan, sebagian besar perubahan membuat Wonosobo jadi kurang nyaman.
Wonosobo macet
Kemacetan adalah satu perubahan yang paling kentara. Beberapa tahun terakhir, jalanan Wonosobo, khususnya jalan arah destinasi wisata Dieng macet parah. Maklum saja Wonosobo dengan pemandangan alamnya yang indah memang menarik banyak wisatawan di akhir pekan atau libur panjang. Hanya saja, kawan saya ini tidak pernah menyangka kemacetan yang ditimbulkan akan separah ini.
Dia cerita, mayoritas jalanan di Wonosobo itu tidak lebar. Termasuk jalanan yang menuju destinasi wisata Dieng dari kota. Apabila dibandingkan dengan jalan yang ada di Jogja, jalan menuju Dieng kurang lebih selebar Jalan Kaliurang.
Jalan yang lebarnya tidak seberapa itu harus menanggung volume kendaraan yang begitu besar tiap akhir pekan dan libur panjang. Di waktu normal, Wonosobo kota ke Dieng bisa ditempuh dalam waktu 45 menit. Namun, saat akhir pekan atau libur panjang, waktu tempuhnya bisa mencapai 2 jam. Bahkan, bukan tidak mungkin mencapai 4 jam kalau kondisinya sedang benar-benar padat.
Itu mengapa, di saat padat seperti ini, pengendara wajib memastikan kendaraan dalam keadaan prima. Sebab, bukan tidak mungkin mereka akan terjebak kemacetan di jalan menanjak. Asal tahu saja, banyak kecelakaan terjadi di kondisi seperti ini karena kendaraan yang tidak prima.
Baca halaman selanjutnya: Angkot perlahan …