Episode Semenjana kali ini dibuat sebagai bentuk kontribusi dan penebusan untuk memperingati hari ulang tahun ke-72 dari sosok yang akrab dipanggil Cak Nun. Ini sekaligus menjadi penghargaan atas kontribusinya dalam ranah intelektual dan spiritual di Indonesia. Sejak masa SMP hingga kuliah di Yogyakarta, banyak dari kita yang mengenal dan terinspirasi oleh pemikiran serta karya-karyanya. Ia dikenal bukan hanya sebagai penyair dan musisi, tetapi juga sebagai penulis esai yang produktif dan pemikir tajam. Julukan “Kiai Beling” yang melekat padanya mencerminkan keberanian dalam menantang norma, serta kenakalan intelektual yang khas.
Melalui forum seperti Padang Bulan, Kenduri Cinta, Bang-Bang Wetan, dan Mocopat Syafaat, ia membangun ruang diskusi terbuka yang mempersilakan siapa saja untuk datang, berbagi, dan mendengarkan. Tema-tema yang berat disampaikan dengan cara yang ringan dan dapat dicerna oleh berbagai kalangan. Uniknya, meski Cak Nun tengah menjalani tirakat, forum-forum itu tetap hidup. Ribuan orang tetap hadir, duduk dengan khusyuk, menyimak, dan menjaga api semangat tetap menyala.
Ruang belajar yang hangat dan setara
Forum Maiyah tidak hanya bergantung pada satu tokoh. Pengaruh pemikiran Cak Nun menyebar dan terjalin erat dengan gagasan dari tokoh-tokoh lain seperti Gus Baha, Gus Kautsar, dan Pak Fahrudin Faiz. Mereka bersama-sama menghidupkan nilai-nilai yang sejalan, seperti pemikiran kritis, keadilan sosial, dan pencarian makna yang terus berkembang. Komunitas ini pun tumbuh menjadi jaringan luas yang saling memperkuat dan saling menyemangati.
Yang membuat forum ini istimewa bukan hanya isi pembicaraannya, tetapi juga suasananya. Di sini, semua merasa setara. Tak ada intimidasi, tak ada sekat. Muda atau tua, laki-laki atau perempuan, semuanya diterima dalam kehangatan dan rasa hormat. Forum ini menjadi rumah bersama bagi siapa saja yang ingin mendalami makna hidup dengan cara yang jujur dan merdeka.
Warisan pemikiran Cak Nun yang terus menyala dalam komunitas
Apa yang ditanam oleh Cak Nun tidak berhenti pada satu generasi. Pengaruhnya menjalar ke berbagai penjuru, mewarnai cara kita berpikir, berdiskusi, dan saling menguatkan. Gagasan-gagasannya tetap relevan dan hidup dalam praktik sehari-hari, dari ruang diskusi hingga keseharian di keluarga atau komunitas.
Semenjana episode kali ini mencoba merekam sekelumit dari perjalanan panjang itu, sebuah narasi tentang pemikiran yang tidak hanya menantang, tetapi juga memeluk. Tentang keteladanan yang tidak hanya dikagumi, tetapi juga diteladani. Dan tentang harapan yang tidak pernah padam, karena terus diwariskan dalam kesadaran kolektif yang tumbuh dan berkembang bersama.