Masalah anak muda di Kudus itu banyak. Seabrek. Problemnya, mereka tak punya ruang buat menyampaikan keresahan itu. Curhat di media sosial, seringnya tak digubris pemangku kebijakan. Tapi kalau mau ketemu langsung wakil rakyatnya, tentu bakal ribet menngatur jadwalnya.
Bermula dari keresahan itulah Bellinda Putri Sabrina Birton (25) mantap nyemplung ke dunia politik. Perempuan kelahiran Jepara ini merasa anak muda juga perlu memiliki suara dan perwakilan di pemerintahan.
“Saya besar di sini (Kudus). Ada harapan saya bisa mengubah wajah anak muda ke arah yang lebih baik. Tentunya dengan cara saya, karena kami masih memiliki semangat muda yang sama,” ucap Bellinda Birton saat Mojok temui di kantornya, Kamis (23/4/2025) siang.
Perempuan muda ini baru saja dilantik menjadi Wakil Bupati Kudus untuk periode 2024-2029. Dilantik pada usia 25 tahun, 4 bulan, dan 14 hari, menjadikannya sebagai wakil bupati termuda di Indonesia saat ini.
Bellinda, sapaan akrabnya, bahkan berpotensi memecahkan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai wakil bupati termuda sepanjang sejarah Indonesia.
Uniknya, cara Bellinda menyerap aspirasi anak muda di Kudus ia sesuaikan dengan semangat zaman mereka. Yakni melalui TikTok–sesuatu yang juga ia gemari.
TikTok adalah senjata, tapi tergantung siapa yang pegang
Ada alasan mengapa Bellinda memilih TikTok sebagai medium berkomunikasi dengan rakyatnya. Pertama, TikTok adalah media sosial yang paling banyak dipakai anak muda saat ini, khususnya di Kudus.
“Kayaknya, hampir nggak ada anak muda Kudus yang nggak main TikTok,” jelasnya.
Kedua, sebagai perempuan yang berjiwa muda, ia memang lebih banyak aktif di TikTok ketimbang media sosial lain. Apalagi video di TikTok lebih mudah ramai ketimbang, misalnya, konten di Reels IG.
Maka dari itu, hampir setiap hari Bellinda melakukan sesi siaran langsung (live) di TikTok. Paling tidak sehari sekali, di sela-sela kesibukannya.
“Kalau mau workshop gitu, ada waktu lumayan selo, daripada nggak ngapa-ngapain mending live TikTok. Atau kalau pulang setelah menghadiri acara, biasanya aku nge-live di mobil,” jelasnya.
View this post on Instagram
Namun, Bellinda tetap menegaskan, TikTok memiliki dua sisi. Ia ibarat senjata: tajam; tapi tergantung juga siapa yang pegang. Kalau dipegang orang yang pas, dia bisa sangat bermanfaat. Sebaliknya, kalau dipegang orang yang salah, bisa membahayakan.
“Untungnya selama ini penerimaan masyarakat akan konten-konten saya di TikTok sangat positif,” ungkapnya.
Banyak warga Kudus mengadukan masalah mereka di Tiktok
Bagi Bellinda, TikTok tak sekadar medsos. Lebih dari itu; ia menjadi medium yang memungkinkan warga Kudus dari berbagai kalangan dapat berkomunikasi dengan pemimpin mereka. Dalam hal ini adalah wakil bupati mereka.
Dari TikTok juga Bellinda tahu masalah-masalah yang dialami masyarakatnya. Bahkan sampai masalah-masalah yang “dianggap kecil”, tapi amat meresahkan bagi masyarakat di akar rumput.
Sebagai misal, masalah-masalah seperti jalan berlubang. Banyak warga Kudus yang sebenarnya amat resah dengan masalah ini. Namun, aspirasi mereka kerap mental. Atau, ada juga problem seperti pemadaman listrik yang kerap dialami sebuah daerah.
“Tiap saya live, di manapun dan di situasi apapun, pasti ada QnA (tanya jawab), itu pasti otomatis ada yang tanya, ada yang ngeluh,” ujar Belinda.
“Biasanya, kalau keluhan mereka kurang detail, saya suruh mereka buat langsung DM. Itu pasti saya respons,” imbuhnya.
Setelah mendapatkan keluhan itu, biasanya Bellinda langsung menyampaikannya ke dinas terkait. Yang bikin dia senang, cara ini cukup efektif karena dinas terkait biasanya langsung “bergerak” ketika ada instruksi dari wakil bupati.
“Memang kelihatannya itu aksi kecil. Yang diselesaikan pun masalah-masalah kecil. Tapi saya senang karena bisa mendengarkan aspirasi warga, dan bikin saya merasa terhubung dengan mereka.”
Falsafah hidup ‘Gusjigang’ anak muda di Kudus
Bagi Bellinda, anak muda di Kudus itu punya potensi. Sebab, daerah ini memang menawarkan segalanya untuk menjadi kota yang besar.
Boleh dibilang, Kudus adalah pusatnya industri. Perusahaan-perusahaan besar punya pabriknya di sini. Lapangan kerja tak akan kurang-kurang.
Kota ini juga punya kampus negeri, IAIN Kudus, yang kata Bellinda: “siap mencetak SDM berkualitas.”
“Kudus itu punya falsafah hidup: ‘Gusjigang’, sederhananya ‘bagus ngajine, bagus juga dagange’ (bagus dalam mengaji dan berdagang),” jelas Bellinda. “Menurut saya itu sudah selaras dengan kondisi Kudus itu sendiri, industri maju dan soal pendidikan pun boleh diadu.”
Memang, yang jadi persoalan saat ini adalah potensi-potensi anak mudanya masih kurang dieksplor. Menurut Bellinda, hal ini terjadi karena mereka kurang difasilitasi. Sehingga tak jarang kalau anak mudanya lebih memilih keluar sebagai perantau alih-alih membangun kotanya.
Ingin mengangkat potensi anak muda di daerahnya
Oleh karena itu, Bellinda pun berkeinginan buat memfasilitasi anak muda di Kudus untuk berwirausaha. Kebetulan, keinginan ini selaras dengan program mereka saat kampanye Pilkada Kudus kemarin.
“Begini. Anak muda Kudus itu hebat. Masalahnya, nggak semua mampu secara ekonomi dan masih sedikit juga yang dibekali secara kompetensi. Maka dari itu, kami punya program buat pelatihan, pemberian modal, sampai sertifikasi logo halal, HAKI, dan pemasarannya,” jelas Bellinda.
Ia memaparkan, kata kunci dari programnya ini adalah “regenerasi UMKM”. Sebab, ada banyak produk-produk unggulan di Kudus yang sebenarnya potensial, tapi kini meredup karena tak ada penerusnya.
Salah satu yang ia mention adalah bordir khas Kudus. Namanya bordir icik, yakni kerajinan bordir yang dibuat secara manual dengan tangan. Kerajinan ini bahkan sudah mentas di level internasional.
“Masalahnya kan pengrajin bordir icik orang tua semua, 50-an tahun. Muda-mudanya sedikit. Makanya kami coba regenerasi agar kerajinan ini tidak punah, karena potensinya besar,” pungkasnya.
View this post on Instagram
Kudus sendiri juga memiliki sekolah vokasional pencetak bakat-bakat muda di industri kreatif. Seperti SMK Raden Umar Said (RUS), sekolah multimedia yang lulusannya banyak yang kondang; hingga SMK PGRI 1 Kudus yang terkenal sebagai sekolah fesyen.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Impian Rumah Layak Pemulung Tunanetra di Kudus yang Kini Menjadi Kenyataan atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.