Bagi Salamatul Hifdiyah (23) tempe bukan sekadar makanan, tapi punya potensi luar biasa untuk membangun perekonomian. Alumnus Politeknik Negeri Malang (Polinema) itu berhasil memberdayakan ibu-ibu rumah tangga di Sanan, Kota Malang lewat komunitas SOYGOO dan membuat produk Rainbow Tempe Ketawa yang ramah lingkungan.
Mewakili Polinema untuk PIMNAS
Salamatul Hifdiyah atau yang akrab dipanggil Salma merupakan mahasiswa Jurusan Teknik Elektro di Politeknik Negeri Malang. Semasa kuliah, Salma dan empat orang temannya yakni Valen, Zahro, Lia, Rizbag mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian kepada Masyarakat atau PKM-PM untuk ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) tahun 2021.
Dari ajang tersebut, Salma dan teman-temannya mengajak ibu-ibu rumah tangga di Kampung Sanan yang terletak di Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota Malang untuk mengolah produk tempe agar memiliki daya jual tinggi. Sejatinya, kampung itu terkenal sebagai pusat produksi dan penjualan keripik tempe.
Mulanya, hanya ada 10 orang ibu rumah tangga yang mau menjadi mitra pertama. Setelah berdiskusi dan melakukan berbagai percobaan, mereka berhasil membuat produk tepung dari kulit ari keledai. Produk itu kemudian berkembang jadi Rainbow Tempe Ketawa. Keripik tempe yang berasal dari kedelai warna-warni, tanpa pewarna buatan dan murni dari alam.

Setelah bertahun-tahun merintis, Salma dan teman-temannya Polinema sempat mengalami pasang surut karena tak lolos PIMNAS. Mereka sempat maju mundur untuk meneruskan ide tersebut, karena khawatir dengan kesibukan kuliah masing-masing. Akhirnya, mereka mulai vakum pada tahun 2022.
“Karena nggak semua orang bisa diajak berjuang berdarah-darah, apalagi masih tergolong start up,” kata Salma kepada Mojok, Senin (17/3/2025).
Upaya memberdayakan ibu-ibu rumah tangga
Satu tahun berikutnya, Salma tak sengaja melihat program Women Space Movement dari Paragon yang mendanai ide kreatif para peserta ketika lolos. Mimpi yang ia pendam sebelumnya pun bangkit kembali, hingga akhirnya ia mendaftarkan ide Rainbow Tempe Ketawa-nya.
“Hati kecilku masih ada mimpi memberdayakan perempuan, ternyata alhamdulillah aku lolos dan dapat hibah,” kata Salma.
Dari hibah itu, Salma dapat membeli seperangkat alat yang dibutuhkan untuk mengembangkan bisnis tempenya, mulai dari 30 oven, 30 blender, dan 30 mixer untuk dipakai para ibu rumah tangga di Kampung Sanan, Kota Malang yang tergabung dalam komunitas SOYGOO.
Sejak mendapatkan pendanaan tersebut, mulai banyak ibu-ibu yang tergerak menjadi pengrajin inovasi tempe. Mereka yang mulanya hanya pengrajin tempe, kini ikut mengolah limbah dari hulu ke hilir. Sebagai seorang sarjana pertama di keluarga, Salma memang punya keinginan untuk membantu perempuan agar bisa mandiri dan mengeluarkan segala potensi yang mereka miliki.

“Di titik ini asli terharu banget. Mungkin niat awalnya kami hanya lomba PKM, tapi bisa beneran jadi akselerator hidup untuk ibu-ibu di Kampung Sanan, Kota Malang,” kata alumnus Polinema tersebut.
Dari sana, mereka pun semakin semangat untuk melanjutkan produk tersebut. Salma yang pernah gagal mendaftar di ajang Pertamina Foundation 2020, akhirnya mengajak teman-temannya Polinema yakni Valen dan Zahro untuk mendaftarkan Rainbow Tempe ke Pertamina Foundation tahun 2024.
“Setelah mengevaluasi beberapa kegagalan dan mengikuti seleksi ketat, alhamdulillah kami lolos dan dapat hibah lagi,” ujar Salma.
Alumnus Polinema jadi founder SOYGOO
Namun, berbisnis bukanlah hal yang mudah. Ia pun pernah mengalami keterbatasan modal, diremehkan oleh orang-orang sekitarnya, bahkan harus berjuang sendirian di tengah perjalanan. Ia akhirnya menjadi founder tunggal yang tersisa.
Saat ini, sudah ada tujuh varian produk Rainbow Tempe Ketawa, yaitu nugget, pudding, macaroon, cookies, brownies, stik, hingga sagu. Ia juga berharap SOYGOO dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menyelamatkan lingkungan.

Rainbow Tempe Ketawa yang awalnya hanya dijual secara non produktif. Kini, sudah memiliki hak merek tersendiri dan diberdayakan melalui SOYGOO. Berkat kegigihan Salma, produk tersebut juga kerap mendapatkan hibah, yakni:
- Fully funded One Million Leaders Asia (OMLAS) fellowship 2025
- Fully funded One Earth Next Generation Hongkong by Temasek Foundation 2025
- PFMuda Award 2024 by Pertamina Foundation
- Winner Women Space Movement by Paragon Corp
Akhir Maret 2025 ini, Salma akan pergi ke Hongkong untuk One Earth Summith. Ia berharap perjalanannya kali ini dapat membuka jalan untuk SOYGOO bisa mengekspor produk-produknya.
“Setiap pencapaian ini bukan sekadar penghargaan, tapi bukti bahwa mimpi yang diperjuangkan dengan sungguh-sungguh akan menemukan jalannya,” kata alumnus Polinema tersebut.
“Jangan takut memulai, sekecil apa pun langkahmu. Kamu boleh gagal, tapi jangan berhenti. Orang boleh meragukan bahkan meninggalkanmu, tapi jangan biarkan dirimu sendiri ikut ragu,” lanjutnya.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Kala Aksara Jawa Tak Lagi Menarik di Kalangan Anak Muda Indonesia, tapi Eksis di Dunia atau Liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.