Dalam semesta Qodrat 2 (2025), para buruh perempuan dieksploitasi dua kali. Pertama, oleh bosnya. Dan yang kedua oleh bos dari bosnya, yakni iblis junjungan bernama Zhadug. Mereka diperbudak oleh sistem kapital dan pesugihan.
***
Hidup dalam bayang-bayang dosa itu susah. Kamu tak bisa tidur nyenyak. Kamu juga sulit hidup normal di masyarakat. Bahkan, untuk salat taubat pun, berkali-kali mencoba tetap saja gagal karena merasa tak pantas.
Hidup sebagai orang miskin sama susahnya. Kamu bakal dipandang rendah. Sampai-sampai untuk mendapatkan uang, kamu harus rela bekerja di tempat yang mengerikan.
Premis inilah yang berusaha dimunculkan sutradara Charles Ghozali dalam film Qodrat 2. Setelah berhasil mengalahkan jin Assuala di film pertama, ustaz ahli rukyah jagoan kita, Qodrat, kembali menghadapi perjalanan penuh bahaya demi menyelamatkan istrinya, Azizah (Acha Septriasa).
Diceritakan, pasca kematian anaknya, Alif, Azizah sempat dirawat di Rumah Sakit Jiwa karena depresi. Namun, ketika Qodrat berusaha menemuinya, Azizah sudah keluar dari rumah sakit dan bekerja di sebuah pabrik kain. Pabrik inilah yang kemudian menjadi setting utama cerita. Spoiler alert!–banyak kengerian muncul di sini.

Perempuan-perempuan yang bertaruh hidup di pabrik jahanam
Bekerja di pabrik adalah cara Azizah untuk kembali menemukan hidup yang normal. Ia mengalami depresi berat setelah diketahui menjual dirinya kepada iblis Assuala demi menyelamatkan putranya. Dosa musyrik itulah yang terus menghantuinya.
Selain Azizah, Qodrat 2 juga memotret buruh perempuan lain di pabrik tersebut. Mereka hidup miskin dan harus rela meninggalkan keluarganya untuk bekerja di tempat yang mengerikan.
Yang tak mereka ketahui, ternyata bos pabrik tersebut telah bersekutu dengan Zhadug–iblis berkepala kerbau. Sang iblis meminta tumbal darah jika bos pabrik ingin usahanya terus menghasilkan uang.

Oleh karena itu, setiap beberapa hari sekali, bakal ada satu buruh perempuan yang mati di pabrik. Korban pertama diketahui bernama Murni, seseorang yang mengajak Azizah bekerja di pabrik tersebut. Tak lama setelah kematian Murni, giliran tokoh Sri yang meninggal.
Azizah dan temannya, Purwanti (Della Dartyan) merasa ada yang tak beres dengan kematian kedua temannya itu. Pasalnya, mereka menemukan buhul (kafan bertulis mantra dalam aksara Arab) di tas teman-temannya itu. Mereka yakin, Sri dan Murni telah ditumbalkan oleh bos pabrik.
Buruh pabrik melawan bentuk eksploitasi manusia dan demit
Kecurigaan itu menyulut keberanian Azizah dan Purwanti untuk membongkar praktik musyrik bos pabrik. Dalam sebuah adegan, mereka terlihat tengah membuntuti para petinggi pabrik yang hendak melaksanakan ritual persembahan kepada iblis Zhadug.

Sialnya, mereka ketahuan. Pihak keamanan pun lantas mengejar mereka. Apes bagi Azizah, kakinya terkilir yang bikin dia tertangkap. Sementara Purwanti yang berhasil lolos, menyebarkan kemusyrikan bosnya kepada buruh lain.
Dalam situasi menegangkan itu, untungnya Qodrat datang di saat yang tepat. Ia datang bersama Sukardi, suami Murni yang memang selama ini berusaha mencari keadilan untuk istrinya yang meninggal tak wajar.
Setelahnya, film Qodrat 2 menyajikan rangkaian sequence yang intens dan penuh ketegangan. Qodrat, dengan ilmu rukyahnya, berusaha menyelamatkan Azizah yang hendak dijadikan tumbal ketiga oleh Zhadug. Sementara Sukardi, ikut gabung ke barisan buruh perempuan yang berdemo meminta pertanggung jawaban atas kematian teman-teman mereka.
Fight scene Qodrat 2 lebih memukau ketimbang film pertama
Ada satu hal dalam Qodrat 2 yang menurut penulis benar-benar di-upgrade dari film pertamanya. Yakni fight scene alias adegan adu jotosnya.
Film ini banyak menampilkan teknik martial arts dalam berbagai adegan bertarung. Qodrat tak cuma mewujud sebagai ustaz yang pandai melantunkan doa-doa penghalau iblis, tapi sekaligus petarung ulung.
Pertarungannya melawan para penjaga pabrik mengingatkan pada fight scene di film-film laga Hong Kong 80’an. Namun, penonton langsung disadarkan bahwa yang mereka saksikan bukanlah Jet Li maupun Andy Lau. Setelah mengalahkan lawan-lawannya, Qodrat selalu memberi pesan untuk taubat dan menyadari bahwa kekuatan mereka sepenuhnya datang dari Allah.
Sementara di adegan lain, para buruh perempuan bersama Sukardi digebuk habis-habisan oleh petugas penjaga pabrik. Adegan ini begitu real.

“Teriakan hidup buruh!” dibalas dengan pentungan dan tendangan oleh pihak pabrik. Persis seperti buruh di kehidupan nyata, di mana saat menuntut haknya, tindakan represif yang mereka dapatkan.
Potret realitas buruh di kehidupan nyata
Film Qodrat 2 memotret bagaimana buruh-buruh perempuan seolah tak diberikan pilihan. Hidup miskin membuat mereka mau tak mau harus bertahan di pabrik jahanam itu, meski taruhannya nyawa.
Dalam beberapa adegan ditunjukkan, ada di antaranya mereka yang sadar bahwa kematian Murni dan Sri karena ditumbalkan. Namun, mereka memilih tak melawan karena masih ingin bekerja buat menyambung hidup.
“Kami punya keluarga untuk dihidupi. Lantas mau melawan gimana lagi, Pur. Kami tak bisa apa-apa,” kata seorang buruh pabrik saat Purwanti mengajak untuk sama-sama melawan pihak pabrik.
Fenomena demikian juga kerap terjadi di kehidupan nyata. Acapkali seorang buruh sadar dirinya tengah dieksploitasi, tapi ia tak bisa berbuat banyak karena jika melawan takut kehilangan pekerjaan.
Mereka berani melawan ketika sadar ada kesamaan nasib antarburuh yang kudu diperjuangkan. Dalam Qodrat 2, mereka akhirnya berani berdemo dan rela menghadapi pentungan karena merasa punya kans yang sama untuk mati sebagai tumbal.
Mereka juga tak mau bernasib seperti Murni dan Sri, yang mati dan hilang begitu tanpa diberikan keadilan. Persis seperti di kehidupan nyata, di mana ada seorang buruh perempuan di Sidoarjo yang kehilangan nyawa karena menuntut haknya. Cerita dalam Qodrat 2 dan kehidupan nyata para buruh cukup akurat, bukan?
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Pernikahan Arwah, Film Horor Segar yang Kental dengan Budaya Tionghoa atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.