ADVERTISEMENT
Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Merindukan Lebaran “Berdarah” di Negeri Mamala, Pengalaman yang Tidak Bisa Dirasakan di Jakarta

Aisyah Amira Wakang oleh Aisyah Amira Wakang
2 April 2025
0
A A
Tidak bisa mudik ke Mamala dan harus tinggal di Jakarta. MOJOK.CO

Nelangsa tidak bisa mudik karena mencari kerja di Jakarta. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

Jika sebagian orang mudik saat libur lebaran, Husein (26) tetap memilih tinggal di Jakarta. Sudah tujuh bulan ini ia tidak pulang ke Mamala, Maluku Tengah, tempat lahirnya. Bukan karena betah, tapi memang tujuannya belum tercapai.

Husein sudah bolak-balik singgah di kota untuk mencari kerja, tapi tak kunjung mendapat kabar bahagia. Pertama kali tiba di Surabaya, ia hanya singgah sebentar untuk menjenguk saudara. Tidak sampai seminggu, ia sudah pindah ke Jogja. Beberapa bulan di Jogja, ia masih tidak dapat kerja. Hingga akhirnya, Husein pergi ke Jakarta untuk melihat peluang yang lebih besar.

“Tujuan awalku merantau buat cari kerja di Jakarta, tapi belum dapat-dapat,” ucap Husein, Selasa (1/4/2025).

Oleh karena itu, tabungannya mulai menepis. Sementara, harga tiket pulang ke Mamala, Maluku Tengah terbilang mahal. Bagi anak rantau yang belum mendapat pekerjaan, Husein terpaksa tidak pulang tahun ini. 

Meski dalam hati kecilnya, ia merindukan suasana hangat di Mamala. Menurut Husein, negeri yang terletak di Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah itu memiliki tradisi yang menarik saat Ramadan, misalnya hadrat dan atraksi sapu lidi. Sehingga warganya tampak guyub. Membuatnya rindu akan kampung halaman.

Di balik hadrat dan tradisi sapu lidi dari Mamala

Hadrat merupakan festival yang dilakukan warga dengan menyerukan zikir-zikir sambil menari. Sementara, pukul sapu merupakan atraksi saling memukul badan dengan sapu lidi dari pohon Enau, hingga tubuh mereka terluka dan mengeluarkan darah. 

Usai salat Idul Fitri kemarin, saya berkesempatan menghubungi ayah Husein yang sedang berada di Mamala, negeri yang terletak di pesisir utara Pulau Ambon. Dengan kemurahan hati, ia menunjukkan kepada saya suasana hadrat di kampungnya lewat sambungan video call.

Terlihat ratusan orang sedang berkerumum di pinggir jalan untuk melihat tarian hadrat. Para pesertanya adalah laki-laki. Mereka kompak mengenakan jas berwarna hitam, sarung, dan peci. Ada yang menabuh rebana, ada pula yang mengayun-ayunkan sapu tangan berwarna-warni. 

Kadang-kadang mereka membentuk lingkaran sambil menari. Lalu, serempak menyerukan zikir atau syair-syair Arab untuk meminta rezeki dan berkah dari Allah SWT. Sementara, warga yang menonton ikut bersukaria.

Hadrat. MOJOK.CO
Suasana hadrat di Mamala, Maluku Tengah saat Idul Fitri. (Dok.Pribadi)

“Acaranya baru selesai selepas maghrib,” ujar Farid, ayah Husein, Selasa (1/4/2025).

Tarian hadrat merupakan satu dari rangkaian pukul sapu. Biasanya dilakukan malam sebelum acara dan selepas salat subuh pada hari pelaksanaan pukul sapu.

Tradisi pukul sapu sudah menjadi agenda tahunan yang berlangsung sejak abad ke-17. Warga biasa menyelenggarakannya pada hari ke delapan bulan Syawal. Tepatnya hari ketujuh setelah hari raya Idul Fitri.

Meskipun tradisi itu membuat orang terluka hingga mengeluarkan darah, pesertanya tak khawatir sebab ada minyak Tasala atau minyak tradisional yang berasal dari Mamala. Masyarakat percaya minyak tersebut dapat menyembuhkan luka, memar, serta berbagai penyakit kulit. 

“Setelah ritual (sapu lidi) selesai, luka-luka yang muncul diobati dengan minyak Tasala. Minyak ini dipercaya dapat mempercepat penyembuhan tanpa meninggalkan bekas luka,” ujar Farid yang juga warga asli Mamala.

Farid berujar minyak Tasala tidak hanya digunakan setelah tradisi sapu lidi, tapi juga berguna untuk pengobatan sehari-hari. Misalnya, keseleo, nyeri otot, dan berbagai gangguan kulit.

Berawal dari pembangunan masjid

Ia juga menjelaskan, minyak Tasala dibuat dari parutan kelapa tua. Selanjutnya, kelapa diperas hingga menghasilkan santan. Santan itu kemudian didiamkan sampai minyaknya naik ke permukaan. Minyak yang sudah terkumpul dipanaskan dengan api kecil hingga menjadi minyak murni.

Selanjutnya, minyak murni tersebut dicampur dengan kulit kayu dan rempah dengan cara dimasak dalam minyak panas. Setelah kandungannya meresap, minyak disaring dan disimpan dalam wadah.

Berdasarkan jurnal penelitian berjudul Identitas dan Representasi Tradisi Pukul Sapu di Negeri Mamala dan Morella melalui Kajian Budaya, tradisi ini berhubungan dengan pembangunan masjid Al-Muhibbin yang terletak di Mamala oleh Imam Tuny.

Pada masa itu pembangunan masjid masih menggunakan kayu dari pohon yang diambil di hutan. Sayangnya, terdapat satu tinang inti yang mengalami keretakan ketika masjid itu hampir rampung. 

atraksi sapu lidi. MOJOK.CO
Atraksi sapu lidi yang digelar usai 7 hari salat Idul Fitri. (Dok. Humas Maluku)

Oleh karena itu, Imam Tuny berdoa untuk meminta petunjuk. Konon, ia berhasil mendapat petunjuk dari mimpi. Di mimpinya, Imam Tuny mendapat informasi soal pembuatan minyak Tasala tadi. 

Sembari mengolah minyak kelapa, Imam Tuny juga membacakan sepenggal ayat dari Al-Qur’an. Minyak kelapa tersebut lalu dioleskan ke kayu yang retak dan dibungkus denga kain putih. Beberapa hari kemudian, kayu itu tersebut menyatu tanpa ada bekas retakkan. 

Patriotisme warga Mamala di perayaan Idul Fitri

Sebagai bagian dari warisan budaya yang berharga, para pemuda Mamala mengusulkan atraksi sapu lidi untuk melestarikan sekaligus mengagumi khasiat minyak Tasala. Mereka rela dipukuli hingga berdarah sebagai bentuk loyalitas yang tinggi terhadap Upu Latu atau pemangku adat tertinggi di Maluku. 

Husein berujar warga Mamala punya rasa kepemilikan yang tinggi atas negerinya, termasuk rasa patriotisme, dan rela mati untuk negerinya. Ia sendiri sudah empat kali mengikuti tradisi sapu lidi. 

“Pertama kali ikut sapu lidi sangat menegangkan ya, karena harus menahan rasa sakit selama 10 menit di dalam lapangan. Namun, setelah selesai dan diolesi minyak Mamala, luka-luka yang tadi dicambuk terasa membaik,” ujar Husein.

Kenangan akan suasana di kampungnya membuat Husein rindu lebaran di Mamala. Namun, ia harus bisa beradaptasi. Meski di Jakarta, libur lebarannya terasa sepi. Tidak seperti hari-hari biasa. Jakarta yang biasanya macet dan ramai oleh pekerja, kini terlihat sedikit lengang karena banyak perantau yang sudah mudik.

Sementara, di Mamala justru sebaliknya. Pulau di Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah yang terletak di pesisir utara Pulau Ambon itu justru menjadi rujukan bagi para perantau yang ingin pulang kampung. 

Oleh karena itu, rasa rindunya terhadap Mamala kian tak terbendung.

“Libur lebaran di Mamala terasa sangat menyenangkan, salah satunya karena bisa berkumpul bersama keluarga,” kata Husein yang masih mencari peruntungan di kota megapolitan seperti Jakarta. 

Penulis: Aisyah Amira Wakang

Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Serba Sulit Orang Timur di Jogja, Susah Bergaul karena Stigma dan Tertinggal hingga Disisihkan atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.

Terakhir diperbarui pada 5 April 2025 oleh

Tags: alasan tidak mudik lebaranjakartaMaluku TengahMamalamudik lebaransuasana lebaran
Iklan
Aisyah Amira Wakang

Aisyah Amira Wakang

Artikel Terkait

UMR Jakarta, merantau ke jakarta.MOJOK.CO
Ragam

Butuh Gaji Rp15 Juta untuk Hidup Nyaman di Jakarta, Perantau yang Miskin Kudu Rela Tinggal Bersama Kecoa-Tikus dan Melahap Makanan Sisa

23 Mei 2025
resign kerja di jakarta, bikin usaha di jogja.MOJOK.CO
Sosok

Nekat Resign Kerja di Jakarta demi Rintis Usaha di Jogja, “Bisnis Rasa Nongkrong” Malah Hasilkan Omzet Besar dan Buka Tiga Cabang 

22 Mei 2025
Modal uang Rp3 ribu bisa naik kereta api dari Surabaya hingga Jakarta MOJOK.CO
Ragam

Pengalaman Nekat dan Penuh Siasat Naik Kereta Api, Modal Rp3 Ribu buat ke Berbagai Kota Tanpa Diusir

21 Mei 2025
Menteng Jakarta Pusat, Saksi Bisu Perantau “Diinjak-injak” Orang Kaya.MOJOK.CO
Ragam

Menteng Jakarta Pusat, Saksi Bisu Perantau Miskin “Diinjak-injak” Orang Kaya: Meninggalkan Kota Kecil demi Mengubah Nasib, Malah Diupah Tak Wajar

20 Mei 2025
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Perjalanan menyiksa rute Tuban-Jombang naik bus Bagong hingga Widji MOJOK.CO

Perjalanan Menyiksa Rute Tuban-Jombang, Berdesakan dan Berpanasan Melibas Sisi Lain Jalanan Jawa Timur

Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

3 gen z salurkan ribuan orang ke lapangan kerja impian melalui startup pendidikan dibimbing.id MOJOK.CO

3 Gen Z Salurkan Ribuan Orang ke Pekerjaan Impian Lewat Startup Pendidikan, Masuk Forbes 30 Under 30

21 Mei 2025
Ujian warga plat K seperti Rembang yang merantau di Semarang MOJOK.CO

Orang Plat K Harus Hadapi Banyak Derita kalau Merantau di Semarang, Benar-benar Penuh Drama

22 Mei 2025
Kotak Pandora Politik Terbuka: Gus Romy Ungkap Krisis di PPP

Kotak Pandora Politik Terbuka: Gus Romy Ungkap Krisis di PPP

20 Mei 2025
Pengalaman konyol pertama kali nginep di sebuah hotel di Malang MOJOK.CO

Kekonyolan saat Pertama Kali Nginep Hotel, Syok Mandi Air Hangat hingga Bingung Cara Checkout dan Buka Pintu Kamar

22 Mei 2025
Modal uang Rp3 ribu bisa naik kereta api dari Surabaya hingga Jakarta MOJOK.CO

Pengalaman Nekat dan Penuh Siasat Naik Kereta Api, Modal Rp3 Ribu buat ke Berbagai Kota Tanpa Diusir

21 Mei 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.