Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Sarjana Gaji Kecil Ngaku Bergaji Rp10 Juta buat Pamer ke Tetangga, Berujung Jadi Tempat Ngutang padahal Tak Punya Uang

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
21 Juni 2025
0
A A
Sarjana (lulusan S1) gaji kecil ngaku bergaji Rp10 juta biar bisa dipamerkan orangtua MOJOK.CO

Ilustrasi - Sarjana (lulusan S1) gaji kecil ngaku bergaji Rp10 juta biar bisa dipamerkan orangtua. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Di desa, gelar sarjana memberi beban tersendiri bagi seseorang. Sebab, tidak sedikit orang desa yang menaruh ekspektasi tinggi pada gelar tersebut. Beranggapan bahwa dengan minimal jadi lulusan S1, maka bisa sangat mudah mendapat pekerjaan bergaji besar.

Ekspektasi itulah yang juga membebani pundak Hayat* (24), bukan nama asli, pemuda asal Rembang, Jawa Tengah yang merupakan lulusan S1 dari sebuah kampus di Jakarta.

Setelah menjadi sarjana pada 2023 silam, Hayat memang langsung bekerja sebagai pekerja swasta di Depok. Namun, hingga saat ini, gajinya bisa dibilang segitu-segitu saja. Hanya separuhnya lebih sedikit dari UMK Depok yang di tahun 2025 sampai di angka Rp5 juta.

Masalahnya, saat keterima kerja pada 2024 lalu, dia mengaku pada orangtuanya di rumah bahwa gaji awalnya ada di angka Rp5 juta. Itu dengan potensi naik hingga Rp10 juta perbulan.

Dilema sarjana bergaji kecil

Kata Hayat, selama masih menjadi mahasiswa S1, ibunya kerap bercerita melalui sambungan telepon, kalau ada saja tetangga yang mempertanyakan keputusan menguliahkan anak.

Sementara banyak pemuda desa seumuran Hayat yang lulus SMA langsung bekerja untuk minimal menghidupi sendiri. Sedangkan Hayat, kendati mendapat beasiswa, tapi sesekali juga masih menerima kiriman uang dari rumah.

“Kalau sarjana siapa tahu kelak jadi orang sukses. Zaman sekarang, orang berpendidikan tinggi katanya banyak dicari. Kalau ibuku ya jawab gitu aja,” kata Hayat, Kamis (19/6/2025).

Hayat tahu belaka. Ukuran sukses bagi orang desanya adalah ketika bergelimang rupiah. Syukur-syukur rupiah itu bisa mewujud sebagai barang-barang berharaga seperti kendaraan hingga tanah.

Sayangnya, itu masih belum bisa Hayat tunjukkan. Gaji kecilnya hanya cukup dia gunakan untuk hidup sendiri di perantauan. Boro-boro membelikan orangtua ini-itu. Mengirim uang ke rumah saja nominalnya masih kecil.

“Kamu sudah tahu sendiri. Belakangan isu sarjana susah kerja jadi pemberitaan arus utama. Aku bisa kerja saja sudah untung,” kata Hayat.

Ngaku bergaji Rp10 juta agar orangtua tak malu dengan gelar sarjana sang anak

Atas situasi itu, Hayat terpaksa berbohong pada orangtuanya. Dia mengaku bergaji Rp5 sampai Rp10 juta. Tidak lain agar jika orangtuanya ditanya: Hayat kerja apa, di mana, dan bergaji berapa? Orangtuanya akan dengan gagah memberi jawaban tersebut.

Dan memang begitu yang akhirnya ibu atau bapaknya katakan ke orang desa yang bertanya tentang Hayat.

“Hayat sekarang di mana e, Lek? Masih kuliah di Jakarta?”

“Di Depok. Sudah kerja”

“Wah, gajinya gede biasanya kalau kerja di Jawa Baratan.”

“Iya, kalau Hayat bilang ya Rp10-an juta nyampe.”

Kira-kira begitu pecakapan yang terjadi saat orangtua Hayat mencoba “memamerkan” gaji Rp10 juta Hayat.

“Biar ibu bapak nggak malu. Kalau aku jawab apa adanya, nanti yang terjadi malah diremehkan. Lulusan S1 kok gajinya kecil. Walaupun faktanya memang begitu,” tutur Hayat.

Tak bisa memberi utang, dicap pelit dan dianggap penipu

Di desa, sungguh, seseorang seperti tidak punya privasi. Sesuatu yang seharusnya jadi konsumsi segelintir orang, bisa merebak ke seluruh orang di desa. Begitu yang Hayat alami.

Banyak orang desa—termasuk teman-teman desanya—mendengar sekaligus percaya kalau Hayat memang bergaji Rp10 juta.

“Ada yang kirim WhatsApp. Pinjam Rp5 juta. Uangku perbulan nggak sampai segitu yang kupegang. Ya jelas aku nggak bisa. Tapi kutolak halus,” beber Hayat.

Bahkan, melalui ibunya, sering kali ada saudara yang nembung untuk pinjam uang ke Hayat. Jika sudah begitu, biasanya Hayat akan meminta ibunya untuk menolaknya halus. Alasannya: Hayat lagi nabung buat nikah.

“Ke orangtua sendiri saja aku nggak bisa ngasih uang gede. Kok ada yang mau utang dengan angka gede. Bukan karena pelit, yak arena memang nggak ada,” imbuhnya.

Sialnya, karena selalu menolak ketika ada teman atau saudara mau utang, pada akhirnya Hayat mendapat label pelit juga. Itu dia tahu dari ibunya yang menelepon.

“Kalau ada uang, terus saudara pinjam, kasih aja dikit-dikit. Jangan nggak diutangi sama sekali. Kita dicap keluarga pelit.” Begitu penjelasan ibunya.

Bahkan, masih kata ibunya, mulai ada gosip beredar. Menyebut bahwa sebenarnya Hayat bukanlah sarjana bergaji Rp10 juta. Itu hanya tipuan belaka agar terlihat sukses di mata orang-orang.

Tak kuasa jujur

Telelpon dari ibunya itu membuat Hayat tercenung dan nelangsa, sebagai lulusan S1 yang, sudahlah bergaji kecil, eh berbohong pula hanya untuk terlihat sukses di mata orang lain.

Kini Hayat merasa repot sendiri. Kadang muncul dorongan untuk berkata jujur. Tapi Hayat tak sanggup menerawang jagat batin orangtuanya jika akhirnya tahu kalau selama ini Hayat berbohong.

Kendati Hayat yakin, pengampunan orangtua selalu lebih jembar ketimbang kecewa dan marah mereka.

“Jangan terlalu mencoba menjawab ekspektasi orang lain atas hidup kita lah. Bikin repot sendiri. Itu yang kupelajari,” tutup Hayat.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Tinggalkan Skripsi demi Jadi Penjaga Warung Madura, Cuannya bikin Gelar Sarjana Terasa Tak Guna atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

 

 

 

 

Terakhir diperbarui pada 21 Juni 2025 oleh

Tags: lulusan S1S1sarjanasarjana susah kerja
Iklan
Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Kuliah S1 selama 4 tahun semakin tak relevan lagi karena nyatanya banyak sarjana pengangguran, beda dengan vokasi? MOJOK.CO
Kampus

Kuliah S1 4 Tahun Terlalu Lama dan Tak Relevan Lagi karena Peluang di Dunia Kerja Lebih Nyata Vokasi?

4 Juli 2025
Nelangsa lulusan universitas (sarjana) susah cari kerja alias jadi pengangguran. Bapak minta ganti rugi karena udah keluar uang banyak semasa kuliah MOJOK.CO
Ragam

Lulusan Universitas Jadi Sarjana Pengangguran, Langsung Dituntut Bapak Ganti Rugi Biaya Besar Semasa Kuliah sampai Hidup Kebingungan

3 Juli 2025
Gagal UTBK, kuliah.MOJOK.CO
Kampus

Saat Anak Gagal dalam Kuliahnya Meski Sudah Keluar Biaya Ratusan Juta, Orang Tua Cuma Bisa Pura-Pura Bangga agar Anak Tak Kecewa

30 Juni 2025
Orangtua mati-matian kuliahkan anak, setelah jadi sarjana malah nikmati kesuksesan dengan ijazah S1 sendiri MOJOK.CO
Ragam

Orangtua Mati-matian Kuliahkan Anak sampai Jual Tanah, Setelah Sarjana Malah Nikmati Kesuksesan Sendiri dan Biarkan Ortu Hidup Susah

27 Juni 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Smartfren luncurkan Sarah, yakni AI untuk layani pelanggan 24 jam setiap hari MOJOK.CO

Smartfren Luncurkan “Sarah”: Asisten Virtual AI yang Siap Layani Pelanggan 24 Jam Setiap Hari, Bukan Sekadar Chatbot

9 Juli 2025
Pertama kali pakai mobile banking (m-banking) dan QRIS, bingung MOJOK.CO

Orang Gaptek Pertama Kali Pakai QRIS: Dari Panik Jadi Ketagihan karena Mudah, Berujung Sumpek karena Hari-hari Terasa Tanggal Tua

15 Juli 2025
Atlantis Land Surabaya kini surup. MOJOK.CO

Hari-hari Terasa Berat bagi Petugas Atlantis Land Surabaya, Lebih Suka Debat dengan Pengunjung daripada Kerja di Wahana Mangkrak

14 Juli 2025
Nikmatnya Jadi Tukang Parkir di Jogja, Dapat Cuan Besar (Pixabay)

Iseng Jadi Tukang Parkir di Jogja Saat Pertandingan PSIM Jogja, Kerja Enteng Cuma Beberapa Jam Dapat Cuan lebih dari UMR Buat Jajan dan Beli Rokok Enak

14 Juli 2025
5 Trik Kotor Penjual Es Buah Demi Untung Besar yang Merugikan dan Mengancam Kesehatan Pembeli Mojok.co

5 Trik Kotor Penjual Es Buah demi Untung Besar yang Merugikan dan Mengancam Kesehatan Pembeli

10 Juli 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.