Olin keluar sebagai top skor turnamen Milklife Soccer Challenge (MLSC) 2025 untuk kelompok umur (KU) 10 tahun. Ia dijuluki “predator mungil” karena tubuhnya kecil, tapi rajin cetak gol.
***
Posturnya kecil. Tingginya pun tak lebih dari 130 cm. Di antaranya pemain lain, tubuhnya terlihat paling mungil. Namun, ketika ia mulai meliuk, butuh setidaknya tiga pemain buat menghentikannya.
Itu pun percuma. Sebab, toh, ia lolos-lolos juga.
Boom! Dua menit laga berjalan, tendangan jarak jauhnya menembus gawang lawan. Tak sampai semenit kemudian, ia mencetak gol kedua melalui skema yang sama. Tribun kembali bersorak.
Sempat kesulitan mendapatkan suplai bola, bocah ini kembali bikin ulah. Lagi-lagi sepakan kencangnya dari sisi kanan gawang bikin kiper lawan memungut bola buat ketiga kalinya.
Ketika laga berakhir, angka mencolok: 4-0, terpampang di papan skor. Timnya menang telak, di laga final. Dan, bocah mungil ini menjadi aktor utama dengan hattrick-nya.
Alhasil, sekolah si bocah, SDN Ungaran 1, keluar sebagai juara MLSC 2025 kelompok umur (KU) 10. Dalam laga di Stadion Tridadi, Minggu (22/6/2025) itu, SDN Ungaran 1 mengalahkan SDN 3 Imogiri di pertandingan puncak.

Predator ulung dengan 27 gol sepanjang turnamen MLSC 2025
Bocah mungil ini bernama Natasha Tiolyne Hutapea. Olin panggilan akrabnya. Baru 10 tahun umurnya.
Tubuhnya memang kecil, tapi insting mencetak golnya sangat besar.
Ia tak cuma menggila di laga final. Dalam pertandingan sebelumnya, di semifinal, Olin bahkan memborong lima gol untuk membawa timnya menang telak 6-0 atas SDN Kalasan 1.
Olin pun keluar sebagai pencetak gol terbanyak alias top skor dengan 27 gol. Tak sampai di situ, ia juga didaulat menjadi pemain terbaik dalam turnamen MLSC 2025 KU 10.

Coach Timo Scheunemann, yang juga hadir memantau turnamen tersebut, bahkan menjuluki bocah ini sebagai “predator mungil”. Tubuhnya boleh kecil, tapi itu bukan alasan untuk berhenti mencetak gol.
“Untuk anak seusianya, ia (Olin) masih menjadi salah satu yang terbaik,” kata Coach Timo, ketika Mojok meminta komentarnya soal permainan Olin, Minggu (22/6/2025). “Tidak ada alasan untuk tidak memujinya,” imbuh pelatih asal Jerman ini.
Menyukai bola gara-gara Marselino Ferdinan
Awalnya, Kusuma Indriana Dewi, ibunda Olin, tak pernah berekspektasi anaknya bakal menjadi pemain sepak bola putri. Apalagi keluar sebagai top skor turnamen sekaliber MLSC 2025.
Namun, setahun ke kebelakang, ia melihat anaknya itu mulai menyukai hal-hal yang berbau sepak bola. Terlihat dari video TikTok yang ditonton, kebanyakan adalah cuplikan pertandingan sepak bola. Terutama Timnas Indonesia.
“Nonton VT Timnas, terutama Marselino Ferdinan,” kata Dewi, Minggu (22/6/2025). Olin sendiri mengaku memang menyukai sosok Marselino Ferdinan. Baginya, gelandang Oxford United ini permainannya paling jago dibanding pemain lain.
“Padahal sebelumnya video-video biasa aja yang ditonton. Tapi gara-gara sering nonton Timnas itu, dia bilang jadi kepengen main bola,” imbuhnya.

Mengikuti jejak kakaknya yang sekarang main di UNY Soccer School
Kendati demikian, Dewi mengaku bahwa di keluarganya Olin bukan satu-satunya pemain sepak bola putri. Kakaknya Olin, Febrina Badia Putri Hutapea, memang lebih dulu nyemplung ke rumput lapangan hijau.
Febrina sendiri merupakan pemain UNY Soccer School, sekolah sepak bola yang diperuntukkan bagi anak-anak usia di bawah 13 tahun. Dalam MLSC 2025 di Stadion Tridadi, Febrina mengikuti turnamen untuk kelompok umur 12. Sayangnya, ia tak seberuntung Olin: timnya gagal menjadi juara.
Olin sendiri mengaku terinspirasi dari kakaknya. Ia melihat kakaknya sebagai sosok yang keren karena piawai memainkan bola. Belum lagi, ia juga sering ikut kakaknya melalang buana ke kota-kota buat mengikuti turnamen.
“Lihat kakak main bola jadi ingin ikutan main juga,” kata Olin.

Melihat minat anaknya yang menggebu-gebu itu, Dewi pun akhirnya memutuskan memasukan Olin ke UNY Soccer School–menyusul kakaknya. Di luar dugaan, saat bermain bersama laki-laki seumurannya, Olin tetap terlihat menonjol.
“Dia tidak minder meskipun main bareng laki-laki,” kata Dewi. “Saya nggak nyangka, bakatnya benar-benar keluar. Ternyata Olin nggak cuma minat, tapi juga jago, bakat kakanya nular ke dia.”
Tendangan keras menjadi ciri khas Olin di MLSC 2025
Sepanjang turnamen MLSC 2025, Olin mengemas 27 gol dan keluar sebagai top skor. Sebagian besar golnya berasal dari tendangan jarak jauh. Bahkan, banyak sepak mula (kick off) langsung berbuah gol.
Coach Dalmaji, pelatih SDN Ungaran 1, mengakui memang keunggulan Olin terletak pada kaki-kakinya yang kuat. Buat anak seusianya, tendangannya sudah cukup kencang.
“Bahkan 2024 lalu, di usia Olin yang masih 8 atau 9 tahun, sudah kami bawa ke turnamen KU 10, dan sudah kelihatan dominan mainnya,” kata dia.
Coach Dalmaji yang merupakan pelatih berlisensi A untuk futsal dan lisensi D di sepak bola, mengaku bakat seperti Olin ini memang langka. Namun, bukan berarti anak lain tak bisa dilatih.
“Punya bakat, itu poin plus karena memudahkan saat melatih. Karena pondasi sudah ada, kita tinggal melatih teknik-teknik dasarnya,” ujarnya.
“Makanya, sepanjang latihan kami latih Olin buat berani shooting dari jarak jauh. Dan itu berbuah manis dengan gol-golnya sepanjang turnamen.”
Dukungan penuh dari orang tua
Meskipun “tabu” dalam budaya masyarakat di Indonesia, Dewi mengaku sangat mendukung penuh anaknya bermain sepak bola. Baginya, dalam olahraga ini tak ada batasan. Baik laki-laki maupun perempuan, punya kesempatan yang sama untuk berprestasi.
“Yang penting anak senang, akan selalu kami dukung,” kata Dewi. “Kami hanya bisa meng-support, memfasilitasi, dan mengarahkan agar mendapat pelatihan yang sesuai.”
Ia juga tak khawatir Olin bakal ketinggalan pelajaran karena kesibukannya bermain bola. Baginya, prestasi akademik dan non-akademik sama pentingnya. Di sinilah peran orang tua untuk mengatur waktu.
“Tapi untungnya, Olin seimbang. Di bola berprestasi, dan nilai sekolahnya pun masih aman.
Saat ini, Olin dan kakaknya sama-sama terpilih untuk mewakili UNY Soccer School di Liga Anak Indonesia Seri Nasional yang akan diselenggarakan di Jakarta tahun ini.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Melodi Indah di Lapangan Hijau: Kisah Guru Musik di Balik Kesuksesan Tim Sepak Bola Putri di Jogja, Underdog MLSC 2025 atau liputan Mojok lainnya di rubirk Liputan.