Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Jukir di Surabaya Bisa Ngajak Ribut dan Bikin Repot karena Uang Rp2 Ribu, Tukang Parkir Jogja Lain Cerita

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
15 Juni 2025
0
A A
Tukang parkir (jukir) liar di Surabaya bikin repot, tak seperti di Jogja MOJOK.CO

Ilustrasi - Tukang parkir (jukir) liar di Surabaya bikin repot, tak seperti di Jogja. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Keresahan terhadap tukang parkir liar tidak hanya merebak di Surabaya, sebagaimana yang baru-baru saja riuh di media sosial: juru parkir (jukir) liar di sejumlah minimarket Kota Pahlawan yang ditertibkan oleh Wali Kota Eri Cahyadi. Di Jogja pun sama saja.

Namun, bagi dua narasumber Mojok yang sudah merasakan tinggal di dua daerah tersebut, rasa-rasanya ada beda cara kerja tukang parkir liar di Surabaya dan di Jogja. Meski sama-sama liar, jukir di Jogja masih bisa memberi kesan hangat.

Beda dengan jukir di Surabaya. Perkara uang Rp2 ribu atau Rp3 ribu bisa jadi gontok-gontokan.

Nyaris digeruduk tukang parkir liar Surabaya

Kawasan wisata religi Sunan Ampel Surabaya menjadi kawasan yang sebenarnya Lingga (26) hindari selama kuliah S1 di Surabaya, sebelum akhirnya pindah ke Jogja untuk S2. Terlalu banyak parkir liar yang beroperasi di Ampel.

Lingga sejatinya tidak ambil pusing amat terhadap keberadaan tukang parkir liar di banyak titik Surabaya. Akan tetapi, jukir di kawasan Ampel—kalau kata Lingga—sering kali nggak ngotak. Pasalnya, tarif parkir untuk motor sebesar Rp5 ribu.

Suatu malam pada Ramadan 2022, Lingga pergi ke Ampel untuk keperluan beli kurma. Orangtuanya di Jember minta dibawakan oleh-oleh untuk menyambut Lebaran. Maka berangkatlah dia ke Ampel.

“Waktu parkir, kan Rp5 ribu. Aku nggak ada uang kecil. Rp10 ribu, Rp20 ribu, atau Rp5 ribu, nggak ada. Adanya ratusan,” kata Lingga, Minggu (15/6/2025) pagi WIB.

Lingga menyerahkan uang tersebut. Namun si jukir meminta agar Lingga mengusahakan uang kecil. Intinya, jukir minta harus dibayar saat itu juga sebelum Lingga masuk ke area dalam makam Sunan Ampel.

“Aku bermaksud, ya kalau gitu aku masuk dulu. Beli kurma. Nanti kan ada kembalian buat bayar,” ucap Lingga. Tapi si jukir malah ngedumel sambil meminta uang Rp100 ribu Lingga untuk dicarikan kembalian.

Yang membuat Lingga tersenggol, si jukir malah menuduh kalau misalnya Lingga masuk sebelum bayar, maka saat keluar nanti bisa saja pura-pura tidak bayar.

Lingga sontak saja nyolot tak terima. Begitu juga si jukir. Melihat keributan kecil itu, jukir lain mendekat. Nyaris saja para jukir lain ikut menggeruduk Lingga. Untung situasi masih terkendali.

Pokoknya harus bayar!

Sementara Febri (27) mengaku beberapa kali dibikin repot dengan keberadaan tukang parkir liar di beberapa titik di Surabaya. Di minimarket atau tempat-tempat lain.

“Karena modelnya pokoknya harus bayar. Padahal, misalnya di Indomaret atau ATM, kan parkir itu gratis,” tutur Febri.

Misalnya, Febri pernah, karena tidak membawa uang tunai, dia menawarkan dua batang rokok yang dia punya sebagai pengganti uang parkir. Tapi yang terjadi, si jukir malah marah dan merasa tersinggung.

“Aku butuh duit buat makan, Cak. Bukan rokok. Kalau rokok dikira aku nggak bisa beli sendiri,” begitu ujar si jukir pada Febri. Febri jelas merasa kerepotan. Tapi untungnya, Febri masih boleh jalan. Meski diiringi gumaman kesal dari si tukang parkir.

Hal serupa juga pernah dialami Lingga. Dia malah sampai harus memecahkan uangnya terlebih dulu karena si tukang parkir liar tetap meminta uang parkir.

“Itu di Indomaret. Aku kan ambil uang di ATM Indomaret. Jadi ya uang besar. Akhirnya balik lagi ke dalam, beli minum, karena aku nggak ngerokok, terus recehannya buat bayar parkir,” sambung pemuda asal Pasuruan, Jawa Timur itu yang pernah kuliah S1 sebelum kemudian lanjut S2 di Jogja.

Tiba-tiba nyemprit, tapi tidak membantu

Lingga dan Febri sepakat, sering kali tukang parkir liar yang mereka temui hanya modal “nyemprit” saja ketika motor masuk—misalnya di minimarket. Lalu ketika pengunjung keluar, akan dihampiri untuk ditarik parkir.

Tapi setelahnya, ya dibiarkan saja. Tidak dibantu misalnya menyeberang atau sekadar mengeluarkan motor yang terjepit motor lain.

Beberapa kali ada lah tukang parkir liar yang bener: tak cuma narik duit, tapi juga mau membantu. Tapi sialnya, di Surabaya, jenis tukang parkir liar menyebalkanlah yang kerap mereka temui.

Tukang parkir di Jogja rela tak dikasih duit

Di Jogja, meski masih harus sering berhadapan dengan tukang parkir liar, tapi Febri masih menemukan kesan baik.

“Sialnya, aku sering nggak bawa recehan, misalnya ke minimarket. Karena sekarang apa-apa pakai QRIS. Nah, kalau sudah begitu, biasanya aku jujur ke si jukir, aku nggak ada uang kecil, adanya rokok. Nggak apa-apa kah dibayar rokok,” ungkap Febri.

Si Jukir malah menolak dan mempersilakan Febri lewat. Tanpa marah-marah. Malah dengan senyum.

“Mboten napa-napa ta, Pak (Nggak apa-apa kah, Pak?).”

“Loh nggak apa-apa, Mas. Monggo, nggak apa-apa.” Begitu gambaran percakapan yang terjadi. Dan Febri mengaku sering mengalaminya sejak S2 di Jogja.

“Itupun masih dibantu nyeberang,” ujar Febri.

Tukang parkir di Jogja benar-benar kerja?

Sebenarnya, ada banyak oknum tukang parkir liar di Jogja yang modelnya mirip-mirip seperti di Surabaya: cuma narik duit, tapi tak membantu apapun.

Selama di Jogja, Lingga beberapa kali bertemu model yang seperti itu. Hanya saja, dia mendapati lebih banyak tukang parkir yang tak cuma narik duit saja. Tapi benar-benar membantu.

“Di Surabaya bayar aja nggak dibantu, apalagi kalau nggak bisa bayar parkir. Ribut jadinya,” sambung Lingga.

Sebelumnya, Mojok sempat menulis cerita orang Surabaya yang kaget dengan giatnya tukang parkir di Jogja. Karena dengan uang Rp2 ribu, tukang parkir memperlakukan pengunjung sebaik-baiknya.

Misalnya dengan menutup jok motor dengan kardus biar tidak kepanasan. Atau menutup helm dengan plastik biar tidak kehujanan. Selengkapnya bisa dibaca di tulisan, “Perantau Surabaya Kaget dengan Perlakuan Tukang Parkir Jogja, Sama-Sama Dibayar Rp2000 tapi Niat Kerja Nggak Kayak Tukang Parkir Surabaya yang Nggak Ngapa-Ngapain Minta Duit“.

Bersih-bersih jukir liar Surabaya

Belakangan, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi tengah giat-giatnya bersih-bersih jukir liar yang beroperasi di minimarket. Keberadaan mereka dinilai mengganggu ketertiban.

Itulah kenapa dia meminta pihak minimarket—yang memampang tulisan “Gratis Parkir”—untuk menyediakan tukang parkir resmi dari pihak minimarket. Ketiadaan jukir resmi dari minimarket itu menjadi pemicu masuknya jukir liar yang disinyalir mengganggu kenyamanan masyarakat.

“Mereka sejak awal menyatakan menggratiskan parkir di lokasi usahanya. Hal tersebut tetap tidak bisa menggugurkan ketentuan bagi minimarket untuk menyediakan petugas parkir. Maka jika ada jukir resmi, jukir-jukir liar tidak akan bisa masuk ke sana lagi,” tegas Eri Cahyadi dalam keterangan resminya.

Penertiban ini, kata Eri, mengacu pada Perda nomor 3 tahun 2019. Dalam ayat 14 disebutkan, toko swalayan harus menyediakan petugas parkir resmi dan menggunakan identitas resmi.

Dia juga menerangkan peraturan yang tertuang di dalam Perda Nomor 1 Tahun 2023 tentang Perdagangan dan Perindustrian. Dalam Perda ini disebutkan, bahwa pemilik usaha minimarket wajib menyediakan lahan parkir dan petugas parkir resmi.

“Di situ disebutkan toko swalayan harus menyediakan tempat parkir. Berarti harus mengacu kepada Perda Nomor 3 Tahun 2018, maka menyediakan petugas parkir juga yang menggunakan identitas,” terangnya.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Halaman dan Parkiran Indomaret Menguji Kesabaran, Isinya 4 Hal Menyebalkan sekaligus Merepotkan atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

 

Terakhir diperbarui pada 15 Juni 2025 oleh

Tags: Jogjajukirjukir jogjajukir liar surabayaSurabayatukang parkir jogjatukang parkir liartukang parkir surabaya
Iklan
Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Iseng jadi pengamen liar di Jogja: sehari bisa Rp300 ribu-Rp500 ribu, bantu bertahan hidup saat puluhan lamaran kerja tidak ada yang tembus MOJOK.CO
Ragam

Iseng Jadi Pengamen Liar di Jogja: Sehari Dapat Cuan Menggiurkan, Tolong Saya saat Luntang-lantung karena Puluhan Kali Gagal Kerja

11 Juli 2025
Jogja Tanpa Klakson Itu Omong Kosong, Nggak Usah Berlebihan Bikin Narasi Puji-pujiannya
Pojokan

Jogja Tanpa Klakson Itu Omong Kosong, Nggak Usah Berlebihan Bikin Narasi Puji-pujiannya

10 Juli 2025
Festival Literasi Jogja 2025 di Yogyakarta: Contoh kegiatan literasi yang mengajak masyarakat berpikir aras tinggi MOJOK.CO
Aktual

Festival Literasi Jogja 2025 Ajak Masyarakat Berpikir Aras Tinggi di Tengah Tantangan Literasi Indonesia di Tingkat Dunia

9 Juli 2025
Naik Bus Ladju ekonomi Surabaya Jember: takjub dengan jenis penumpangnya, bersiap dengan banyak hal tak terduga MOJOK.CO
Ragam

Naik Bus Ladju Ekonomi Surabaya-Jember: Takjub sama Jenis Penumpangnya, Bikin Waswas karena Banyak Hal Tak Terduga

9 Juli 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

5 Dosa Pedagang Merusak Kuah Bakso demi Cuan, Penuh Bahaya (Unsplash)

5 Dosa Pedagang Bakso Merusak Kuah Bakso demi Mendapatkan Cuan Besar Hingga Punya Banyak Cabang

9 Juli 2025
Kerja di Blora jauh lebih untung timbang Jakarta. MOJOK.CO

Tak Sanggup Kerja Kantoran di Jakarta, Putuskan Resign dan Tinggal di Cepu dengan Upah Empat Kali Lipat UMK Blora

8 Juli 2025
Coba-coba Naik Bus Eksekutif PO Agra Mas.MOJOK.CO

Coba-coba Naik Bus Eksekutif Agra Mas: Semula Takut Naik Bus Malah Jadi Ketagihan, Merasa Katrok karena Fasilitas Melebihi Kereta Api

8 Juli 2025
Sebagai Mahasiswa HI UGM, Saya Takut Kerja di Pemerintahan dan Menyimpan Banyak Rahasia, Apalagi Setelah Meninggalnya Diplomat Kemlu.MOJOK.CO

Sebagai Mahasiswa HI UGM, Saya Takut Kerja di Pemerintahan yang Menyimpan Banyak Rahasia Negara, Apalagi Setelah Kematian Misterius Diplomat Kemlu

10 Juli 2025
Iseng jadi pengamen liar di Jogja: sehari bisa Rp300 ribu-Rp500 ribu, bantu bertahan hidup saat puluhan lamaran kerja tidak ada yang tembus MOJOK.CO

Iseng Jadi Pengamen Liar di Jogja: Sehari Dapat Cuan Menggiurkan, Tolong Saya saat Luntang-lantung karena Puluhan Kali Gagal Kerja

11 Juli 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.