Meski polisi mengimbau masyarakat agar tidak menggunakan sepeda motor saat mudik lebaran 2025, Ari Dwi (23) tetap setia membawa Honda Scoopy-nya berkelana ke luar daerah.
Perempuan asal Surabaya itu merasa aman-aman saja saat mengendarai motornya ke Jombang atau Lumajang. Ia pun mengaku nyaman saat pergi berboncengan dengan ayah atau ibunya.
“Aku sudah 6 tahun ini mudik pakai Honda Scoopy dari Surabaya ke Jombang, Jombang ke Lumajang, Lumajang ke Surabaya,” kata Ari saat dihubungi Mojok, Selasa (25/3/2025).
Dengan kecepatan 60 kilometer per jam, Ari bisa menghabiskan waktu selama 2 jam dari Surabaya ke Jombang dengan jarak sekitar 88 kilometer. Sementara, ia harus menempuh perjalanan selama 5 jam untuk pergi dari Jombang ke Lumajang yang jaraknya lebih dari 170 kilometer.
Ari rela menghabiskan waktu di jalan untuk menemui keluarganya yang ada di desa, serta mengunjungi makam para leluhurnya. Hitung-hitung healing, karena sudah suntuk dengan suasana kota.
Honda Scoopy adalah sahabat sejati
Honda Scoopy adalah sahabat yang menemani perjalan Ari sejak remaja. Ayahnya menghadiahkan motor tersebut saat Ari duduk di bangku kelas 2 SMK. Tepatnya, pada tahun 2017. Sejak itu, Ari mulai memakai Honda Scoopy-nya untuk pergi mudik.
Menurutnya, mudik menggunakan sepeda motor membuatnya lebih leluasa pergi ke manapun. Ia tidak perlu diburu waktu jika ingin mampir ke suatu tempat di sela-sela perjalanan mudik lebaran. Apalagi, keluarganya suka sekali mampir ke tempat kuliner.
“Entah beli penyetan ikan wader yang ada di Trowulan, Mojokerto atau sesederhana makan es campur di warung pinggir jalan,” ucapnya.
Selain itu, ia bisa dengan bebas menggunakan motor di desanya, sebab di sana tidak ada motor yang bisa Ari pakai. Jadi, ia tidak perlu bingung saat ingin membeli sesuatu atau berkegiatan. “Anti ribet dan nggak lama!” ucapnya.
Walaupun, ada saja tantangan yang harus ia hadapi di jalan saat menggunakan Honda Scoopy-nya. Mulai dari ban yang kempes karena paku, hingga sulitnya mencari tambal ban. Belum lagi, macet-macetan di jalan terasa melelahkan. Ari juga harus bersaing dengan bus atau truk-truk berukuran besar.
“Kalau sudah ada begitu, takut banget. Mending jauh-jauh,” ujar pengendara Honda Scoopy tersebut.
Pengabdian Honda Scoopy melewati jalanan terjal
Selain harus bermacet-macetan dan bersaing dengan bus, Ari juga harus melewati jalanan menanjak saat pergi mudik lebaran. Kejadian itu ia alami saat pergi mudik dari Lumajang ke Leces, Probolinggo pada tahun 2024.
Saat itu, ia harus melewati jalanan menanjak yang berada di sekitar pabrik kertas. Konon, pabrik yang sudah ada sejak zaman Hindia Belanda itu menjadi pabrik kertas terbesar di Jawa, tapi kemudian mengalimi pailit pada 2018, hingga akhirnya dibubarkan di tahun 2023.
Sebetulnya, kata Ari, saat melewati jalan yang menanjak, ayahnya siap bergiliran untuk membonceng. Namun, saat itu sedikit berbeda. Ayahnya ingin Ari sesekali mencoba sekaligus berlatih. Padahal, kondisi jalan di sekitar Leces kemarin begitu macet dan chaos.
Ari harus pintar memainkan rem. Kalau tidak, Honda Scoopy-nya bisa-bisa meluncur ke bawah dan menabrak pengendara lainnya.
“Dari situ, aku sudah panik banget karena mau nyalip juga nggak bisa. Mau stuck di sana juga capek tarik rem,” ujarnya.
Akhirnya, di tengah kemacetan tadi, Ari meminta ayahnya bergantian untuk membonceng. Beberapa menit kemudian, jalanan pun mulai lengang. Setidaknya, pengendara motor bisa saling menyalip. Saat itulah ia tahu, penyebab kemacetan tadi.
“Ternyata ada kecelekaan di depan, aku lihat sebuah mobil yang berhenti di jalan tadi. Kondisinya depannya penyok, lalu kacanya pecah total,” kata dia.
Barangkali, kata Ari, tantangan itu bisa ia lewati karena menggunakan Scoopy. Ia merasa bawaan motornya ringan, sehingga nyaman untuk dipakai. Sebelum mudik pun, Ari sudah rutin menyervis motornya, misalnya mengganti oli hingga mengencangkan cakram rem.
Baik buruk memakai motor saat mudik
Tak hanya Ari, Ijal, pengendara Scoopy juga mengaku kesulitan saat melintasi jalanan menanjak. Ia menilai motor itu sering kehilangan tenaga saat menanjak, sehingga harus turun dari motor dulu dan mendorongnya sampai ke puncak.
Melansir dari laman Astra Honda Motor, pemudik bisa mengecek kondisi motornya secara menyeluruh saat mudik lebaran. Mulai dari keausan ban, radiator yang terhindar dari debu, suspensi motor, rantai motor tidak kendor, serta kelistrikan motor seperi aki dan lampu. Selain itu, perhatikan barang bawaan untuk mudik.
Ari sendiri merasa terbantu berkat Honda Scoopy, sebab ia memiliki kapasitas jok yang besar jika dibandingkan motor matik lainnya. Dengan begiru, Ari bisa membawa satu tas berukuran besar dan ransel yang memuat kebutuhan atau barang miliknya serta ayah hingga ibunya.
Namun, tidak bagi Ipang (38). Ia merasa Honda Scoopy miliknya tak cocok untuk ngebut di jalan. Meskipun kapasitas tangkinya lebih besar dari Honda Mio dan Beat, Honda Scoopy rawan dipakai dengan kecepatan lebih dari 60 kilometer per jam.
“Setirnya goyang-goyang nggak nyaman dipakai,” ujar Ipang yang khawatir jika tiba-tiba setir motornya copot.
Tentu saja, selain tak nyaman, kondisi motor yang demikian bisa membahayakan penumpang maupun pengendara lain. Sementara itu, Kepala Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri Irjen Pol Agus Suryonugroho mengimbau pemudik agar memanfaatkan transportasi umum dibanding menggunakan kendaraan pribadi, untuk meminimalisir kecelakaan lalu lintas.
Ia mencatat kecelakaan terbanyak saat operasi ketupat tahun 2024 dialami oleh pengendara roda dua. Presentasenya sampai 75 persen.
“Ini yang harus kita layani betul, tempat dari tempat harus kita kawal,” ucap Agus dikutip dari Kompas.com, Selasa (25/3/2025).
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Apesnya Pengendara Motor Plat P di Surabaya, Ikut Diseret kalau Plat M Berulah karena Dianggap Sama-sama Madura atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.