Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kembali menghelat gala premier “Jogja Film Pitch & Fund” atau peluncuran film pendek hasil fasilitasi Dana Keistimewaan 2024 pada Kamis (24/4/2025). Pemanfaatan dana tersebut berhasil disalurkan kepada empat film pendek terpilih yakni Cerita Sepanjang Jalan, Kholik, Wali, dan Saat Lanjut Usia.
Kepala Dinas Kebudayaan DIY Dian Lakshmi Pratiwi mengatakan gala premier ini bukan sekadar selebrasi karya, melainkan bentuk pertanggungjawaban kreatif kepada publik. Ia berharap sinema lokal bisa tumbuh dan berbicara dengan bahasa serta identitasnya sendiri.
“Kami ingin bersama dengan para filmmaker, teman-teman komunitas perfilman di DIY selalu akan tetap menjaga ekosistem, pemeliharaan, dan pengembangan perfilman di Indonesia,” ujar Dian di Grand Kangen Hotel, Jogja pada Kamis (24/4/2025).

Dian menjelaskan proses pemilihan Jogja Film Pitch & Fund dibantu oleh tenaga profesional atau tim ahli, yakni kurator dan supervisor dari seniman lokal Jogja. Dinas Kebudayaan DIY, kata dia, memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada mereka untuk mengawal proses pemilihan dari hulu sampai hilir.
Kurasi Ketat Jogja Film Pitch & Fund
Perwakilan Kurator Jogja Film Pitch & Fund, Dwi Sujanti Nugraheni berujar pemilihan film sudah melalui proses yang ketat. Salah satu penilaian dari timnya adalah naskah. Tidak hanya itu, timnya juga melihat detail portofolionya, seperti pertimbangan budget dan pesan yang ingin disampaikan ke penonton.
Selain itu, timnya juga memperhatikan betul sosok filmmaker yang mendaftar. Ia menjelaskan kebanyakan filmmaker yang lolos adalah mereka yang memiliki potensi lebih dan tetap berkecimpungan di dunia film ke depannya.
“Kami memilih orang-orang yang kemungkinan besar dia akan tetap lanjut di dunia film. Kami juga mempertimbangkan kesuksesan dia ke depan, jadi memang orang-orang yang akan bekerja di film,” ucap Dwi.
Maka dari 34 proposal yang masuk, terpilihlah empat film yang lolos mendapat bonus alias pendanaan dari pemerintah DIY. Sebagai bagian dari akuntabilitas dan apresiasi kepada publik, gala premier ini menjadi ruang selebrasi bersama sekaligus peluncuran resmi film.
Gala premiere Jogja Film Pitch & Fund
Seperti yang disinggung sebelumnya, gala premiere Jogja Film Pitch & Fund menayangkan empat film. Pertama, Cerita Sepanjang Jalan. Film dokumentasi ini berdurasi 37 menit. Feby Setyawati selaku sutradara film dokumenter ini ingin membawa penonton menyusuri kehidupan anak berkebutuhan khusus di Yogyakarta.

Film tersebut menggambarkan aktivitas anak berkebutuhan khusus yang hidup di mobil siaga atau kendaraan medis. Mobil itu dinamai “Untuk Teman”, sebuah representasi dari komunitas yang penuh kasih, gotong royong, dan ketabahan dalam menghadapi tantangan hidup sehari-hari.
Kedua, Kholik. Film fiksi yang terpilih di Jogja Film Pitch & Fund ini berdurasi 17 menit dan disutradai oleh Mandella Majid. Ia menciptakan tokoh Kholik yang takjub melihat UFO. Pemuda itu bersikukuh melihatnya meskipun masyarakat tak mempercayainya.
Tak ayal, Kholik dianggap “gila” dan justru diramalkan mendapatkan musibah karena melihat pulung gantung. Dalam film tersebut, Mandella menyajikan satir cerdas tentang keyakinan dan realitas. Ia menyorot benturan antara mitos lokal dan logika modern dalam bingkai jenaka dan kritis.
Ketiga, Wali. Film garapan Jihad Adjie ini mengangkat tema rekonsiliasi dalam keluarga yang diliputi sejarah kelam. Dalam film berdurasi 23 menit ini Jihad menceritakan seorang anak perempuan yang bersikeras menjadikan ayah kandungnya–eks tahanan politik sebagai wali pernikahannya.
Melalui gala premiere Jogja Film Pitch & Fund, penonton diajak merenung pentingnya kesadaran penerimaan dan penghormatan terhadap sejarah pribadi.
Keempat, Saat Lanjut Usia. Film fiksi berdurasi 30 menit ini berkisah tentang tiga sahabat lansia yang harus menghadapi perpisahan karena perubahan hidup masing-masing. Khusnul Khitam selaku sutradara menyajikan perjalanan singkat ketiga sahabat itu saat berada di tepi pantai. Nuansanya cocok untuk dijadikan meditasi sunyi tentang makna dan kebersamaan, usia senja, dan keberanian untuk sendiri.
Terbuka untuk umum
Gala premiere ini terbuka untuk umum. Penonton bisa menyaksikan secara langsung keberagaman pendekatan visual dan kekuatan narasi yang ditawarkan oleh para sineas DIY dalam menciptakan sinema yang reflektif dan menggugah.
“Ini adalah kesempatan kita untuk penonton. Sekali ini, setelah itu tidak akan tayang lagi sampai pada batas waktu yang sudah ditentukan, karena itu bagian dari syarat film jika masuk ke ranah festival apalagi luar negeri,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan DIY Dian Lakshmi Pratiwi.
“Tujuan besar film ini memang untuk kebudayaan, di mana film ini menjadi media dan ruang yang memuliakan kebudayaan,” lanjutnya.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Jogja Jadi Kota Sinema, Upaya Mendidik Selera Penonton di Tengah Gempuran Film Horor dan Perselingkuhan yang Kosong Nilai atau liputan Muchamad Aly Reza lainnya di rubrik Liputan