Meski kampus swasta, Universitas Amikom Yogyakarta tak bisa dipandang sepele. Namanya mampu bersaing dengan perguruan tinggi negeri di Indonesia, bahkan mentereng di panggung internasional. Seperti slogannya, Amikom menggenggam dunia. Rata-rata lulusannya pun sukses berkiprah di perusahaan besar.
***
Ridwan* (22) cukup terkejut saat melihat foto bangunan lama Universitas Amikom Yogyakarta di layar laptopnya. Bangunannya terlihat kecil jika disandingkan dengan kampus-kampus lainnya di Jogja.
“Seperti rumah kecil yang perlahan-lahan tumbuh menjadi besar,” ujar Ridwan kepada Mojok, Rabu (18/6/2025).
Sebelum memutuskan kuliah di Universitas Amikom Yogyakarta, pria asal Jambi itu mengaku tidak mengenal sama sekali kampus tersebut. Ia hanya mendengar cerita dari gurunya SMK-nya.
Ridwan mulai mencari tahu soal Universitas Amikom Yogyakarta, setelah ditolak Universitas Gadjah Mada (UGM), kampus yang menempati peringkat pertama di Indonesia. Nyatanya, kata dia, kampus ini mampu bersaing dengan PTN lainnya.
Oleh karena itu, Ridwan merasa bangga menjadi alumnus di sana. Tak hanya dia, beberapa alumnus Universitas Amikom Yogyakarta juga bercerita soal manfaat yang didapatkan saat kuliah di sana. Cerita-cerita tersebut menjurus ke satu kesimpulan, yakni dapat kerja dengan mudah.
Universitas Amikom Yogyakarta menggenggam dunia
Seperti kata Ridwan, dulu ia membayangkan jika Universitas Amikom Yogyakarta tidak sehebat kampus-kampus lain. Utamanya yang ada di Jogja. Namun, seiring berjalannya waktu, ia justru bersyukur setelah mencicipi pembelajaran di sana selama 3,5 tahun. Hingga menyandang gelar Sarjana Sistem Informasi.
“Aku menikmati kuliah di sana karena masih linear dengan jurusan yang aku geluti. Walaupun awalnya agak jauh dengan ekspektasiku yang lebih suka ngolah data, ternyata di Sistem Informasi aku lebih banyak ngoding,” tutur Ridwan.
Sistem Informasi adalah salah satu jurusan yang memiliki prospek karier yang bagus. Di era teknologi yang semakin berkembang, lulusan dari jurusan ini banyak dicari. Apalagi, alumni dari Amikom Yogyakarta.
Namanya memberikan keuntungan lebih bagi lulusannya. Menurut QS Stars, sebuah lembaga pemeringkatan universitas di seluruh dunia, Universitas Amikom Yogyakarta menjadi perguruan tinggi swasta dengan rating terbaik di Indonesia dalam Computer Science and Information Systems.
Amikom Yogyakarta juga tak bercanda dengan slogan mereka, pada 2024 lalu, ia meraih peringkat pertama di dunia dalam kategori Leadership dari The World University Rankings for Innovation (WURI). Oleh karena itu, lulusannya tak bisa disepelekan.
Privilege kuliah di Universitas Amikom Yogyakarta
Ridwan merupakan lulusan tahun 2025. Tak perlu menunggu lama baginya untuk mendapat pekerjaan. Bahkan sebelum wisuda, ia sudah mendapat beberapa tawaran. Salah satunya di perusahaan kreatif yang ada di Jogja dengan gaji di atas UMR.
“Aku pikir kalau mau berkembang, aku harus coba sesuatu yang baru. Nggak masalah walaupun dengan gaji yang kata orang masih kecil, karena kalau kerja di bidang IT tanpa pengalaman itu semacam ‘minus’,” ujar Ridwan.
Sebagai tangga kariernya di awal, Ridwan masih merasa aman. Selanjutnya ke depan, ia masih punya mimpi mengembangkan kariernya di pulau Sumatera. Ada rencana lain yang ingin ia lakukan di sana.
Tak hanya Ridwan, Irsyad (22) yang juga merupakan lulusan Universitas Amikom Yogyakarta juga mengaku tak terlalu kesulitan mencari kerja setelah wisuda. Bahkan di pertengahan semester kuliah, ia sudah kerja freelance di sebuah perusahaan asal Dubai.
Gaji lulusan Sistem Informasi besar
“Saya diterima kerja di bidang teknologi pada November 2024, sebagai Junior UI/UX Designer, ” kata Irsyad.
Selama bekerja di sana, Irsyad mengaku nyaman karena dari segi waktu dan tenaga cukup efisien. Apalagi, gaji yang ditawarkan bukan main. Rata-rata, gaji khusus untuk Junior UI/UX Designer berkisar antara Rp6,4 juta hingga Rp11,2 juta.
Jauh berbeda dengan gaji di Indonesia yang berkisar antara Rp3 juta hingga Rp6 juta meski tugasnya sama. Karena bisa kerja remote di Indonesia, angka itu cukup membuat hidupnya sejahtera. Hanya saja, memang ada kendala yang harus ia hadapi karena sistem kerja yang bisa dari mana saja.
“Saya kan tinggal di Gunungkidul, otomatis kendalanya ya gangguan jaringan. Terus kalau ngerjain di rumah juga nggak terlepas dari gangguan orang rumah,” jelasnya.
Bangga sebagai mahasiswa bahkan setelah lulus
Serupa dengan Irsyad, Alfi (22) juga mendapat kerja bahkan sebelum ia lulus. Mahasiswa akhir Universitas Amikom Yogyakarta itu pernah bekerja di sebuah yayasan yang berfokus pada pembinaan penelitian.
“Nah yayasan ini ada kontrak sama perusahaan Cloud Computing terbesar Amazon Web Service (AWS),” ujar Alfi.
Tujuannya mengedukasi cloud computing, serta memasarkan layanan mereka ke seluruh SMA, SMK di Indonesia. Alfi sendiri bekerja di bagian master trainer atau orang yang menyampaikan materi.
“Gajiku dibandingkan magang dengan di yayasan ya perbedaannya bisa tiga sampai lima kali lipat, lebih besar di yayasan,” ujar Alfi.
Melansir dari laman resmi Universitas Amikom Yogyakarta, kampus swasta ini telah meraih 80 penghargaan internasional dan lebih dari 210 penghargaan nasional. Di tahun 2014, Amikom mencatat, 24 persen lulusannya adalah pengusaha.
Oleh karena itu, tak salah jika Ridwan jadi mengagumi Amikom. Seperti katanya di awal, Amikom adalah rumah kecil yang tumbuh menjadi besar.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: UGM Telah Berubah dan Kehilangan Jati Diri, Rasanya Tak Seperti Kampus Kerakyatan Lagi atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.