ADVERTISEMENT
Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Liputan Kampus

Mahasiswa Jurusan Matematika UIN Jogja “Terjebak” Stigma, Disuruh Meruqyah sampai Melacak Uang Hilang Gara-gara Dianggap Paham Hal Klenik

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
21 Mei 2025
0
A A
Mahasiswa UIN Jogja, UIN Sunan Kalijaga.MOJOK.CO

Ilustrasi - Derita Jadi Mahasiswa UIN Jogja: Dianggap Tahu Segalanya oleh Warga Desa, Disuruh Ruqyah sampai Melacak Uang Hilang, padahal di Kampus Belajar Matematika (Mojok/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Banyak yang salah kaprah dengan mahasiswa UIN Sunan Kalijaga, Jogja. Mentang-mentang kuliah–di kampus Islam pula–mereka kerap dianggap tahu segalanya. Termasuk hal-hal yang berkaitan dengan ilmu gaib, klenik, mistis, dan sejenisnya.

Alhasil, mereka pun kerap dimintai tolong oleh para tetangga. Yang jadi masalah, permintaan tolong tadi kadang sangat tidak masuk akal dan jauh dari apa yang dipelajari mahasiswa di kampus.

***

Aman (26), begitu ia minta ditulis, merasa kuliah adalah sebuah privilese bagi masyarakat di desa. Dengan berkuliah, paling tidak pendapatnya bakal dianggap valid dan relevan ketimbang orang-orang yang tak kuliah.

Paling sederhana, ketika mengikuti rapat karang taruna di desa, biasanya pendapat Aman paling ditunggu-tunggu. Apapun topik pembahasannya, ketika ia sudah berbicara maka orang-orang bakal diam, menyimak dengan seksama, angguk-angguk, dan kemudian bersepakat dengan pendapatnya.

“Aku merasa budaya masyarakat desa itu menempatkan orang yang pendidikannya tinggi, dalam hal ini kuliah, menjadi orang yang serba tahu dan nggak bisa salah,” kata mahasiswa yang pernah kuliah di Jurusan Matematika UIN Jogja ini, Rabu (21/5/2025) pagi.

“Kadang aku juga ngerasa nggak enak, karena omonganku sebenarnya cuma muter-muter, nggak ada poinnya. Yang penting kelihatan meyakinkan aja, terus mereka percaya,” imbuhnya.

Kuliah matematika di UIN Jogja, jadi juru hitung di desa

Aman tinggal di sebuah desa kecil di Jawa Tengah bagian selatan. Warga di desanya tahu kalau dirinya kuliah di Jurusan Matematika UIN Sunan Kalijaga, Jogja. Oleh karena itu, privilese yang menempel kepadanya pun menjadi ganda: dianggap cakap berhitung, dan pintar juga soal urusan agama.

“Jujur kalau mau ngaku, itu beban. Soalnya ada apa-apa, pasti larinya ke aku,” ungkapnya.

Alumni Mahasiswa UIN Jogja ini menjelaskan, memang di desanya cuma sedikit anak muda yang kuliah. Rata-rata dari mereka memutuskan bekerja setelah lulus SMA.

Sementara Aman memilih untuk “melawan arus” itu. Selama SMA ia memang dipandang sebagai siswa yang cerdas. Para guru pun menyarankannya buat lanjut kuliah, karena katanya sayang dengan kepintaran yang ia miliki. Dari situlah Aman memilih untuk kuliah di Jurusan Matematika UIN Jogja pada 2018 lalu.

Karena dianggap sebagai anak muda yang “super-pintar”, ia bisanya dijadikan kalkulator berjalan oleh pemuda di karang taruna. Apalagi melihat fakta bahwa dirinya juga kuliah di Jurusan Matematika. Hal-hal yang berhubungan dengan hitung-menghitung, pasti selalu melibatkannya.

“Urusan uang, kalau udah hitung-hitungan, pasti orang-orang mencari aku. Nggak masalah ya, malah bersyukur saja karena saya merasa dibutuhkan warga,” ungkapnya.

Sialnya, ada banyak permintaan di luar kemampuannya

Masalahnya, label “mahasiswa UIN Jogja” juga melekat padanya. Menjadi mahasiswa kampus Islam, dianggap juga paham urusan-urusan yang berbau gaib dan klenik.

Aman mencontohkan, di desanya pernah ada geger. Salah seorang tetangga diduga kesurupan. Selama beberapa hari tetangganya itu tak beranjak dari kamar tidur. Ia cuma terus berteriak dan mengumpat kepada siapa saja yang menjadi lawan bicara.

Tiba-tiba, orang tua si anak yang kesurupan datang kepadanya. Aman dimintai tolong untuk me-ruqyah sang anak. Ia pun merasa kaget, karena selama kuliah di UIN Sunan Kalijaga Jogja dirinya belajar matematika, bukan cara mengusir roh jahat.

Namun, apa daya, anggapan “mahasiswa UIN paham persoalan klenik” kadung melekat padanya. Ia dianggap memiliki kemampuan untuk mengusir roh jahat atau berkomunikasi dengan jin.

“Ya, aku cuma bisa bilang kalau kayak begitu (ruqyah) nggak bisa, karena memang nggak belajar. Aku cuma bisa kasih nasihat saja untuk membawa mereka ke orang yang lebih paham.”

Disuruh melacak uang yang hilang

Tak sampai permintaan untuk me-ruqyah. Alumni mahasiswa UIN Jogja ini bahkan pernah diminta untuk melakukan hal yang lebih absurd lagi: melacak uang yang hilang.

Sekali lagi, ini berkaitan dengan label bahwa mahasiswa kampus Islam pasti paham dengan urusan yang bersifat gaib. Makanya, ketika ada uang warga dengan jumlah besar tiba-tiba menghilang, tuyul pun jadi kambing hitam. Dan, tugas Aman buat melacak keberadaan si tuyul itu.

“Ada orang desa yang habis acara nikahan. Nah, uang sumbangan itu tiba-tiba menghilang. Mereka menduga yang bawa kabur uangnya itu tuyul,” ungkapnya.

“Masalahnya, mereka tiba-tiba datang ke aku buat nyari tahu duitnya lari ke mana dan tuyulnya itu siapa yang pelihara. Kan aku juga nggak paham ya gitu-gituan.”

Suka jadi mahasiswa UIN Jogja, tapi sedikit terganggu dengan label yang salah kaprah

Jujur, Aman menikmati kuliah sebagai mahasiswa UIN Jogja. Ada banyak ilmu dan pengalaman yang menurutnya cuma bisa didapat dengan kuliah di kampus Islam tersebut.

Namun, ia juga harus jujur, bahwa dirinya sedikit terganggu dengan label salah kaprah yang sering diamini oleh masyarakat. Khususnya masyarakat desa.

Salah satunya, kata Aman, ya anggapan kalau mahasiswa UIN tahu segalanya. Termasuk paham hal-hal gaib, mistik, klenik, dan sejenisnya.

“Padahal aku itu kan belajar matematika, belajar memecahkan masalah dengan rumusan pasti, bukan dengan ilmu gaib. Hahaha.”

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Pernah Ditolak UB dan ITB, Lulus dari Kampus yang Nggak Terkenal di Malang Buktikan Bisa Kerja ke Luar Negeri atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.

Terakhir diperbarui pada 22 Mei 2025 oleh

Tags: Jogjamahasiswa uin jogjamahasiswa uin sunan kalijaga jogjapilihan redaksiuin jogjaUIN Sunan Kalijagauin sunan kalijaga jogja
Iklan
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

mahasiswa kkn.MOJOK.CO
Kampus

Dapat Kelompok KKN “AFK” dan “Nggak Napak Tanah” Itu Seburuk-buruknya Nasib: Merepotkan Teman dan Warga Cuma Demi Nilai A

17 Juni 2025
ide bisnis mahasiswa.MOJOK.CO
Ragam

Ditolak Kampus PTN, Kini Malah Menciptakan Ide Bisnis Menjanjikan: Modal Iseng, Bisa Kantongi Rp50 Juta Pertama di Usia 20

17 Juni 2025
Tinggalkan Probolinggo untuk kerja di Korea Selatan demi bantu Ibu. Dapat cuan gede malah dituduh tetangga jual diri MOJOK.CO
Ragam

Nekat Kerja di Korea Selatan demi Bantu Ibu, Dapat Cuan Gede Malah Dituduh Tetangga Jual Diri hingga Tak Mau Pulang Lagi

17 Juni 2025
Sri 'Itut' Hastuti melatih dengan hati. MOJOK.CO
Sosok

Sri Hastuti, Pelatih Sepak Bola Putri yang Melatih dengan Hati

17 Juni 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Temani pacar dari gagal CASN dan nganggur, setelah jadi ASN malah ditinggal bahagia dengan orang lain MOJOK.CO

Setia Temani Pacar dari Gagal CASN hingga Nganggur Lama, Setelah Jadi ASN Malah Ditinggal Bahagia sama Orang Lain

17 Juni 2025
Berkah Waisak 2025 bagi Candi Borobudur Magelang MOJOK.CO

Berkah yang Terasa dari Waisak 2025 di Candi Borobudur

11 Juni 2025
Yamaha Mio 2011, motor matic yang tak cocok dipakai untuk pergi wisata. MOJOK.CO

8 Tahun Mengendarai Yamaha Mio Bekas Motor Kakak, Sudah Nggak Cocok buat Pergi Wisata dan Sering Bawa Sial tapi Tetap Berharga

16 Juni 2025
Lulusan SMA-SMK awalnya malu karena tak kuliah dan jadi karyawan Alfamart-Indomaret. Tapi merasa terhormat karena bisa kerja sendiri MOJOK.CO

Lulusan SMA-SMK Awalnya Malu Tak Kuliah dan Kerja di Alfamart-Indomaret, Direndahkan Guru Sendiri tapi Kini Merasa Lebih Terhormat

12 Juni 2025
Setelah 6 Tahun Merantau ke Luar Jawa, Saya Jadi Takut untuk Kembali Kerja di Jakarta MOJOK.CO

Setelah 6 Tahun Merantau ke Luar Jawa, Saya Jadi Takut untuk Kembali Kerja di Jakarta

11 Juni 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.