Kampung Susun Akuarium menjadi saksi nyata perjuangan warga Jakarta Utara yang bisa menemukan hunian layak. Permukiman itu dulunya pernah digusur paksa pada tahun 2016. Kini, warganya tinggal di rumah susun yang berarsitektur tropis. Pelancong seperti saya dapat menikmati kawasan kota tua itu sembari menengok peninggalan bersejarah.
***
Saya tiba di Museum Bahari pada Rabu (17/1/2024) sekitar pukul 15.00 WIB. Tak jauh dari sana, saya bisa melihat rumah susun dengan atap pelana serta dinding-dinding yang penuh jendela. Jaraknya sekitar 300 meter dari museum.
Salah satu turis juga tampak lalu lalung, sesekali memotret bangunan tersebut. Baru saya tahu, bangunan itu adalah Kampung Susun Akuarium. Lokasinya di Jalan Pasar Ikan, Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara.
Sore itu, karena cuaca masih mendung dan sedikit gerimis saya memutuskan ke Kampung Susun Akuarium untuk jalan-jalan. Saya pun harus berlari kecil melewati jembatan di atas aliran Kali Krukut menuju Kampung Susun Akuarium. Di sebelahnya, terdapat Pasar Hexagon, bekas Pasar Ikan yang menjadi tempat warga bergantung hidup.
Permukiman itu sempat viral bukan karena bangunan estetiknya, tapi warganya memasang spanduk pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 01 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar. Spanduk dan baliho itu terpasang di pagar maupun dinding rumah susun.
Alhasil, kampung tersebut kena semprit oleh Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Kota Jakarta Utara. Warganya dianggap melanggar aturan kampanye pemilihan umum presiden tahun 2024. Saya yang penasaran akhirnya melancong ke kampung tersebut. Siapa sangka, saya dapat bertemu warga asli sana, sembari berbincang soal kehidupan warga di sana.
Penggusuran di wilayah Jakarta Utara
Saat saya ke Kampung Susun Akuarium, warga sudah mencopot spanduk dan baliho bergambar paslon Anies dan Cak Imin. Namun, sebuah baliho dengan tulisan “Pintu Masuk Kampung Susun Akuarium” masih terpampang.

Di sanalah saya bertemu Dharma Diani, Ketua Koperasi Akuarium Bangkit Mandiri. Saya pun meminta izin ke Dharma untuk berkeliling. Ia pun mempersilahkan bahkan menemani saya jalan-jalan.
Di tengah kegiatan kami, saya iseng bertanya mengapa warga begitu mendukung Anies Baswedan? Alih-alih, masyarakat mencomoohnya karena dianggap tak becus saat menjadi Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2017.
Dharma berujar dukungan itu tak terlepas dari jasa Anies untuk menyelamatkan warga Kampung Susun Akuarium. Sebelum Anies menjabat, tepatnya tahun 2016, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyatakan ingin menata kawasan Kampung Susun Akuarium karena dianggap tidak layak huni.
Menurut penelitian berjudul Perubahan Tata Ruang dan Fungsi Kampung Akuarium Jakarta, kampung itu dulunya adalah tempat wisata laut. Di sana, terdapat Lembaga Oseanologi Nasional – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LON-LIPI) hingga akhirnya dipindah ke Ancol, Jakarta Utara. Sejak tahun 1977, tempat itu menjadi sepi, bahkan bangunan laboratorium di sana sudah rusak.
Orang-orang pun mulai berdatangan untuk tinggal di sana. Beberapa tahun kemudian, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggusurnya. Namun, menurut relawan peneliti dari Rujak Center for Urban Studies, permukiman rakyat yang dikembangkan secara swadaya oleh masyarakat itu sudah tumbuh berkembang sejak 1970. Jauh sebelum Peraturan Daerah 1/2014 tentang rencana detail tata ruang yang ada.
“Mangkanya, saat itu kami tetap memilih bertahan sampai gubernur terpilih, Pak Anies sepakat kampung kami dibangun kembali, dan kami masih tetap di tanah ini,” ujar Dharma kepada Mojok, Rabu (17/1/2024).
Saat itu, warga berjuang dengan menggugat ke pengadilan negeri Jakarta Pusat. Selama proses pengadilan, memilih memilih tinggal hingga membangun tempat semacam penampungan sementara.
Kerasnya Kehidupan di Jakarta Utara
Terlepas dari ambisi membangun citra Anies, Darma mengaku bahwa warga merasa terbantu atas pembangunan Kampung Susun Akuarium. Sebab baginya, tak mudah untuk tinggal di Jakarta dengan hunian yang layak.
“Hidup di Jakarta jelas keras Mbak, karena padatnya penduduk, kurangnya lapangan kerja, bahkan belum banyak anak miskin yang mendapatkan pendidikan gratis,” kata Dharma.

Apalagi, warga yang tinggal di Jakarta Utara. Dharma tak menampik jika Jakarta Utara merupakan kota dengan tingkat kriminalitas yang tinggi. Menurutnya, Jakarta Utara tak jauh berbeda dengan Jakarta Pusat terutama soal kemacetan, serta kebisingan kota karena aktivitas bongkar muat di dekat Pelabuhan Sunda Kelapa.
Ia juga berujar bahwa harga barang-barang di Jakarta serba mahal. Misalnya, harga sembako, sekolah anak, sampai harga tanah dan rumah yang tiap tahun makin melejit. Akhirnya, warga memilih tinggal di kontrakan dengan harga yang menguras biaya separuh gaji.
“Gaji saya dan suami tidak sampai UMR Jakarta, tapi ya diatur saja biar cukup. Kalau bicara kebutuhan mah, nggak bakal ada cukupnya,” tutur Dharma yang punya warung klontong. Sementara suaminya menjual gas 3 kilogram.
Ia menjelaskan, selama ini warga memang masih menyewa ke pemerintah. Biaya sewa itu dibayar penuh ke Badan Pengelolaan Aset Daerah (BPAD) DKI Jakarta.
Tapi dia optimistis, masa sewa yang dijalani hingga kini merupakan sebuah transisi yang harus dilewati. Warga, kata Dharma, ingin membuktikan kepada Pemprov DKI Jakarta bahwa mereka memang layak ditempatkan kembali di lahan Kampung Susun Akuarium.
Warga Kampung Susun Akuarium hidup guyub
Saat saya dan Dharma melewati blok C–blok ketiga dari rencana pembangunan lima blok, saya mendengar suara anak-anak sedang mengaji. Dharma mengungkap, setelah kejadian penggusuran tahun 2016 lalu, warga di Kampung Susun Akuarium makin hidup guyub.

“Anak-anak senang dapat lingkungan yang jauh lebih baik dan bisa bermain lebih aman,” ucapnya.
Tak hanya Dharma, ia mengaku beberapa warga juga terlihat bahagia dan besyukur. Tiap Senin atau Selasa malam, ibu-ibu di Kampung Susun Akuarium selalu mengadakan pengajian. Sementara, para bapak mengadakan pengajian saat Jumat malam.
“Alhamdulillah, kegiatan kami makin banyak. Warga di sini katanya banyak yang bersyukur sekali, karena kehidupan kami kembali normal setelah penggusuran,” ucap Dharma saat saya menanyakan kembali kabarnya pada Senin (10/2/2025), lewat pesan WhatsApp.
“Malah semakin sehat dan sedikit jauh lebih sejahtera,” lanjutnya.
Sebagai informasi, Kampung Susun Akuarium yang berada di Jakarta Utara itu berhasil meraih penghargaan tertinggi Innovation Awards 2023 dari Asia Pacific Housing Forum (APHF) untuk kategori inisiatif program perumahan oleh masyarakat sipil.
Selain menang pada kategori utama, Kampung Susun Akuarium juga mendapatkan penghargaan Honorable Mention on Sustainable Consumption and Production Innovation Award dari SwitchAsia.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Meninggalkan Surabaya yang Toxic dan Memilih Kehidupan Bebas di Jakarta atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.