SMK PGRI Lubuklinggau membuat langkah tidak umum dalam mangpresiasi alumninya. Tidak hanya membanggakan lulusan yang kuliah, lulusan SMK yang menjadi karyawan Alfamart-Indomaret pun turut mendapat apresiasi.
Wujud apresiasi itu bahkan di-pin dalam unggahan akun Instagram resmi SMK PGRI Lubuklinggau.
Mirisnya, ada saja netizen yang malah melempar komentar merendahkan. Intinya: Hanya jadi karyawan minimarket saja ngapain dibangga-banggakan?
Lihat postingan ini di Instagram
Lulusan SMK jadi karyawan Alfamart-Indomaret tetap perlu dibanggakan
Achmad Hidayatullah, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya menilai, apa yang SMK PGRI Lubuklinggau lakukan adalah wujud bagaimana sekolah sebagai lembaga pendidikan yang membentuk karakter siswa perlu melihat bahwa keberhasilan bukan dilihat dari status, tetapi kontribusi, kerja keras, dan kejujuran.
“Beliefs atau keyakinan tersebut perlu ditanamkan pada siswa. Artinya sekolah perlu menanamkan beliefs atau keyakinan bahwa pekerjaan apapun yang penting halal dan produktif perlu dijalani dengan baik dan perlu dibanggakan,” ungkapnya dalam keterangan tertulis yang diberikan kepada Mojok, Kamis (12/6/2025) pagi WIB.
Dalam konteks social cognitive theory sebagaimana diusulkan oleh Psikolog Albert Bandura (1997), lanjut Hidayatullah, manusia belajar melalui pengamatan perilaku orang lain dan pengalaman langsung.
Ketika sekolah mengapresiasi perkejaan seseorang, misalkan kerja di ritel, maka itu akan mendorong siswa lain untuk melihat bahwa pekerjaan apapun meskipun sederhana perlu dihargai dan diakui secara sosial.
Lulusan SMK jadi karyawan Alfamart-Indomaret dan nilai humanistik sekolah
Lebih lanjut Hidayatullah menyebut, apa yang dilakukan oleh SMK PGRI Lubuklinggau yang memberikan selamat dan penghargaan terhadap siswanya yang mendapat kerja meskipun bukan pekerjaan mewah (jadi karyawan Alfamart-Indomaret) menunjukkan bahwa sekolah memiliki nilai humanistik.
“Sekolah tidak terjebak dalam logika pasar yang mana pekerjaan harus berdasi dan di ruang ber-AC dengan gaji fantastis,” tutur Hidayatullah.
“Sikap sekolah tersebut akan mendorong siswa untuk membentuk beliefs atau keyakinan untuk bekerja dalam berbagai sektor yang penting bermakna dari pada mengejar pekerjaan yang mentereng karena gengsi,” lanjutnya.
Selain itu, bagi Hidayatullah, sikap SMK PGRI Lubuklinggau tersebut akan membentuk sistem beliefs (keyakinan) seseorang bahwa internalisasi nilai kerja keras dan kejujuran perlu dibangun melalui pengalaman postif.
Banyak sekolah masih diskriminatif
Untungnya, masih sangat banyak netizen yang berfikir jernih. Alih-alih merendahkan lulusan SMK PGRI Lubuklinggau yang dibanggakan “hanya” karena menjadi karyawan Alfamart-Indomaret, tapi justru ikut mangapresiasi.
Sebab, selama ini, sudah terlalu banyak sekolah yang memperlakukan siswanya secara diskriminatif. Misalnya: Hanya membanggakan siswanya yang keterima perguruan tinggi.
Itupun ada yang hanya membanggakan siswa yang keterima di universitas negeri atau top. Sementara yang kuliah di universitas swasta atau kampus tidak terkenal, dipandang sebelah mata.
Apalagi apresiasi terhadap siswa yang lulus sekolah langsung bekerja (menjadi karyawan Alfamart-Indomaret misalnya). Malah sangat jarang pihak sekolah yang melakukannya.
Kerja keras dengan niat baik layak diapresiasi
Merespons keriuhan di media sosoal, SMK PGRI Lubuklinggau secara resmi menyampaikan terima kasih terhadap pihak-pihak yang turut memberi apresiasi terhadap lulusan SMK mereka yang menjadi karyawan Alfamart-Indomaret.
Lihat postingan ini di Instagram
“Kami tak pernah menyangka bahwa sebuah penghargaan kecil untuk siswa kami bisa mendapat sambutan hangat dari begitu banyak orang. Kami terharu dan bersyukur,” tulis SMK PGRI Lubuklinggau melalui akun Instagram resminya.
Bagi pihak SMK PGRI Lubuklinggau, setiap anak yang bekerja dengan niat baik dan cara yang benar, di manapun dan sebagai apapun, sangat layak mendapat apresiasi.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: Lulusan SMA-SMK Awalnya Malu Tak Kuliah dan Kerja di Alfamart-Indomaret, Direndahkan Guru Sendiri tapi Kini Merasa Lebih Terhormat atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan