Mendukung Rencana Kebijakan Magang 3 Semester ala Nadiem Makarim

MOJOK.CONadiem Makarim rencana bikin program magang 3 semester alias satu tahun lebih dari total masa perkuliahan. Bencana untuk kaum rebahan.

Setelah luncurkan kebijakan “Merdeka Belajar Volume 1” sekitar dua bulan lalu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Nadiem Makarim kembali membuat terobosan yang tak kalah brilian.

Jika pada kebijakan sebelumnya blio memutuskan untuk menghapus Ujian Nasional atau UN, kini Nadiem Makarim bikin kebijakan yang mendorong mahasiswa untuk dapat menjalankan program magang 3 semester alias satu tahun lebih dari total masa perkuliahan!

Kebayang nggak tuh, selama 3 semester kamu nggak perlu susah payah datang ke kampus buat belajar atau ngerjain kuis dadakan dari dosen. Kapan lagi coba, kamu bisa dapet banyak banget pelajaran tentang kehidupan dan kariermu melalui kegiatan fotokopi dan main game Zuma atau Candy Crush?

Sebelumnya, Pak Menteri Nadiem Makarim mengaku sudah berkoordinasi dengan sejumlah perusahaan termasuk startup dalam menyusun kebijakan ini.

“Perusahaan juga sekarang yang tadinya susah sekali tertarik dengan internship karena hanya 1-2 bulan, sekarang dengan adanya 6 bulan tiba-tiba bisa satu tahun, langsung tertarik,” ujar mantan CEO salah satu startup terbesar di Indonesia yang kini menjabat sebagai Mendikbud tersebut.

Antusiasme perusahaan dan startup terhadap kebijakan magang ini tentu saja jangan dimaknai sebagai rasa suka cita karena dapat mempekerjakan buruh dengan upah murah (nyaris gratis), tanpa tunjangan, dan pajak rendah.

Ini bukti bahwa Nadiem Makarim memikirkan kelangsungan budjet banyak perusahaan. Dapat karyawan banyak tapi pengeluaran minim. Punya pegawai di seluruh negeri tapi tak perlu mikirin tunjangannya. Pengalaman dari Gojek membuktikan hal itu.

Lagian, kayaknya nggak mungkin deh para pemodal yang punya perusahaan bisa setega itu. Mengeksploitasi pekerja magangnya doang. Selama 3 semester lagi. Hm, mustahil.

Terlebih jika beban kerjanya setara pegawai biasa dan durasi waktu hingga mencapai satu tahun. Saya rasa, perusahaan-perusahaan dan startup di negeri ini masih sangat manusiawi dan selalu menghindari tindakan-tindakan eksploitasi kalau nggak ketahuan semacam itu.

Justru seharusnya, kita perlu melihat dan memaknai kebijakan ini sebagai niat baik para pegiat sektor swasta dalam memajukan sumber daya manusia di Indonesia. Dengan adanya program semacam ini, bukankah para mahasiswa dapat pembekalan yang lebih intensif tentang dunia kerja?

Apa susahnya sih kita memandang rencana kebijakan magang 3 semester ini dari segi positifnya? Jangan suudzon melulu coba jadi orang tuh.

Sekarang coba bayangkan, dengan mempekerjakan mereka selama 6 bulan atau bahkan lebih, para mahasiswa akan mengenal dan belajar cara untuk beradaptasi pada dunia kerja yang sesungguhnya: terjebak macet di rush hour, diomelin atasan, dikejar deadline, tagihan listrik, mikirin cicilan KPR (mikir doang bayarnya kagak).

Terus berulang seperti itu, hingga periode magang yang berbulan-bulan itu pun berakhir. Sungguh pengalaman menarik yang sangat kaya akan pelajaran berharga tentang kehidupan. Pelajaran yang tentunya tidak akan pernah didapatkan dari dosen jika mahasiswa hanya duduk di balik bangku perkuliahan.

Lagian apa salahnya sih mahasiswa diajak untuk mengenal dan beradaptasi pada dunia kerja yang sesungguhnya? Bukankah cepat atau lambat, dan mau tidak mau, mereka akan berhadapan dengan semua permasalahan yang tadi telah disebutkan?

Sejak awal, kampus memang diciptakan untuk mencetak buruh-buruh baru yang terampil di dunia kerja. Kita memang didesain untuk menjadi sekrup-sekrup kecil dari roda industri. Soal ukuran sekrup dan sekrup bagian mana, ah itu kan urusan jenjang pendidikan dan relasi.

Kalau kamu nggak suka sama pola pikir seperti itu, mending balik lagi aja ke zaman sebelum terjadinya revolusi industri 1.0. Coba ngobrol sama James Watt. Bilang sama dia, bahwa di masa depan, esensi pendidikan telah bergeser jadi semata-mata demi memenuhi kebutuhan industri yang cikal bakalnya diakibatkan oleh penemuan berharga miliknya.

Bisa jadi saran kamu akan didengarkan dan akan mengubah arah peradaban dunia ke depan. Atau, bisa jadi dia akan segera me-ruqyah kamu dengan cara memanggil Ningsih Tinampi era perserikatan.

Ayolah, bangun, dan lihat sekelilingmu! Semua orang sedang sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Demi membayar berbagai macam tagihan dan membungkam mulut tetangga yang tak pernah puas akan nyinyiran.

Kamu nggak mau apa jadi seperti mereka? Seperti manusia “normal” pada umumnya.

Bisa kok dimulai dari hal yang sederhana: memahami bahwa kebijakan magang 3 semester ala Nadiem Makarim Mendikbud ini memang baik adanya. Membuat semua pelajar dan mahasiswa Indonesia beriorentasi pada kerja-kerja-kerja.

Urusan upah murah, beban kerja yang setara dengan pegawai tetap, pengalaman tidak sebanding dengan kompetensi yang didapatkan, keuntungan kapital/nilai lebih yang diperoleh perusahaan, ya itu lain soal.

Kamu kan bukan pembuat kebijakan kayak Pak Nadiem Makarim. Si pemegang tuas undang-undang roda industri.

Kamu itu cuma baut kecil di roda milik negara dan korporasinya yang bakal terus dipakai kalau memang berguna. Dan cara mengecek apakah kamu industri-friendly atau tidak, ya dengan cara magang 3 semester itu.

Biar ketahuan, kamu sesuai kriteria murah dan nggak nuntut macem-macem atau nggak.

BACA JUGA Mungkin Kebawa Kultur Startup, Nadiem Makarim Malah Ngerjain Kerjaan Menkominfo atau tulisan Fachrial Kautsar lainnya.

Exit mobile version