Nikita Mirzani di Antara Media dan Para Monyet - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Beranda Esai

Nikita Mirzani di Antara Media dan Para Monyet

Eddward S. Kennedy oleh Eddward S. Kennedy
12 Desember 2015
0
A A
Nikita Mirzani di Antara Media dan Para Monyet

Nikita Mirzani di Antara Media dan Para Monyet

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

Nikita Mirzani, artis seksi yang akrab dengan sensasi itu, kembali bikin heboh. Bersama Puty Revita, finalis ajang Miss Indonesia 2014 asal Kalimantan Timur, Nikita ditangkap polisi saat tengah melakukan transaksi seksual di sebuah hotel mewah di Jakarta, Jumat (11/12/2015). Barangkali istilah “transaksi seksual” bagi Anda terasa kurang joss, biarkan saya perjelas dengan gaya judul berita utama koran Lampu Hijau:

Om-Om Lagi Mau Ho’oh Sama Artis Montok di Hotel, Baru Juga Buka Kolor, Eh Digerebek Polisi. Si Om Sewot: “Yaelah, Baru Juga Mulai, Pak!”

Anda tentu sudah tahu—atau barangkali Anda juga termasuk pelakunya—bagaimana reaksi masyarakat, wabilkhusus para netizen, terhadap kasus ini: Nikita dihujat habis-habisan. Dalam titik ini, Nikita bukan lagi dianggap manusia: ia hanyalah sebongkah daging hidup penuh najis atau seonggok kotoran dalam toilet yang mampet. Sementara mereka yang menghujat adalah sesungguhnya ahli surga. Tidak lebih, tidak kurang.

Tapi apa boleh bikin, barangkali memang beginilah cara kerja sebuah masyarakat barbar seperti di Indonesia: dosa orang lain direcoki, tapi dosa sendiri dilupakan sambil haha-hihi. Apalagi kalau dosa itu sudah berhubungan dengan selangkangan dengan figur utamanya seorang perempuan, wuidih, semua orang mendadak (merasa) bersih dari segala mala. Semua orang adalah juru tafsir agama.

Oh, tenang, saya pun termasuk yang seperti itu, kok. Tak usah keburu menganggap saya paling suci seorang. Yang paling suci itu hanya batas kaki di mesjid. Tiada lain.

Terlepas dari apa yang terjadi, saya percaya bahwa reaksi netizen macam itu sejatinya tidak mengada begitu saja, melainkan di/terbentuk karena beberapa faktor. Dan dalam kasus Indonesia belakangan ini, bolehlah kita—meski ini tentu masih dapat diperdebatkan lagi—mendakwa media sebagai faktor utama penyebab semuanya.

Baca Juga:

Kisah Loper Koran, Terus Bertahan Demi Sesuap Nasi Meski Sepi Pembeli. MOJOK.CO

Kisah Loper Koran, Terus Bertahan Demi Sesuap Nasi Meski Sepi Pembeli

6 Maret 2023
Konflik Monyet ekor panjang dengan Petani dan Perusahaan yang Terindikasi Ilegal

Tangis Macaca di Yogyakarta (Bagian 2): Konflik dengan Petani Gunungkidul dan Perusahaan yang Terindikasi Ilegal

26 Februari 2023

Lihatlah judul-judul provokatif itu. Salah satu contoh, misalnya, “Nikita Mirzani Ditangkap dalam Keadaan Setengah Bugil”.

Membaca judul itu rasanya seperti ditampar memakai sandal jepit yang bekas menginjak kotoran ayam. Serendah inikah media menganggap para pembacanya, hingga sebuah berita tentang dua orang yang tengah berhubungan seks perlu diberi keterangan “bugil”?

Jadi, ada perempuan tengah bersama seorang pria di dalam sebuah kamar hotel dan hendak berhubungan seks, lalu apa yang seharusnya si perempuan tersebut lakukan? Oh iya, memakai kostum kura-kura ninja dong! Sebab perempuan tersebut adalah manusia hasil evolusi yang gagal, dan oleh karena itu, maka ketika berhubungan seksual ia tidak perlu telanjang.

Mari ramai-ramai berterima kasih kepada media macam itu karena telah memberitahu kita semua sebuah fakta menakjubkan yang selama ini tak pernah mungkin ada jawabannya. Momen semacam ini hanya terjadi 70 miliar tahun sekali lho, Teman-teman. 

Oke, tentu Anda telah mengetahui bahwa berita dengan judul semacam itu hanyalah trik usang tiap media untuk mendulang banyak klik dari pemirsa. Tapi, bagi saya pribadi, rasanya selalu luar biasa membayangkan bagaimana berita dengan judul sebodoh itu bisa ditulis oleh seorang yang mendaku diri sebagai jurnalis.

Nah, hal menggelikan lain dari berita tentang Nikita Mirzani tersebut adalah: yang menjadi fokus utama hanyalah Nikita seorang.

Baiklah, Nikita seorang artis, cantik, seksi, nakal, suka menebar kontroversi. Terus? Karena karakternya yang demikian, ia tentu bakal memantik minat pembaca. Lalu? Ya, apalagi untuk kasus macam ini, pastinya bakal sangat bombastis jika media mengeksploitasinya habis-habisan. Sudah? Oke, alasannya masuk akal, kok. Sisanya biarkan para moralis yang bertanya. Mereka pasti sudah geregetan buat berkoar: “Kurang ajar! Merendahkan perempuan banget, sih!”

Sekarang begini, Encang-encing sekalian, sejak kasus prostitusi yang melibatkan artis macam ini muncul beberapa bulan lalu, sudah banyak yang menduga-duga konsumen mereka rata-rata dari kalangan pejabat.

Pertanyaannya kemudian: Mengapa hal tersebut tidak turut dikupas tuntas? Bukankah keren, misalnya, memberitakan seorang pejabat yang tertangkap basah tengah bercinta bersama artis montok sambil memakai celana dalam motif polkadot? Atau, mungkin, pejabat itu sedang memeluk boneka beruang. Mungkin lho ini, hanya berandai-andai, bukan menyindir atau menuduh pejabat manapun. Kalaupun ada kesamaan tokoh, percayalah, itu semua hanya kebetulan semata. Kalem lho, Pak Fuckery.

Coba ngana bayangkan, betapa luar biasanya hal tersebut jika dijadikan berita? Berapa juta klik yang akan didapat suatu media jika mereka berani menyebutkan nama salah seorang pejabat—minimal inisialnya saja—yang terkait kasus tersebut? Kehebohan seperti ini kan yang diburu oleh para media itu demi mendulang klik? Tapi mengapa mereka tidak pernah melakukannya? Ini duit, loh! Duit! 

Ya, jawabannya adalah risiko. Di negeri yang beradab dan pancasilais ini, risiko memberitakan kejahatan seekor, eh maaf, maksud saya seorang pejabat, jauh lebih mengerikan ketimbang kasus artis seksi yang berbuat mesum. Mengabarkan kepada khalayak dosa-dosa seekor—halllaaahh, salah tulis lagi deh—maaf, seorang pejabat maksudnya, adalah pekerjaan horor bagi awak media.

Itupun kalau mereka mendapat izin dari pimpinan redaksi. Biasanya, sih, selalu ada larangan secara halus agar jangan terlalu vulgar jika hendak memberitakannya. Kalaupun dibolehkan, nasib si awak media tadi bisa mendadak apes setelah berita tayang. Bisa tahu-tahu kehilangan pekerjaannya, dihimpit kariernya, atau paling buruk, ya, si awak tadi mendadak “hilang” begitu saja.

Ah, cuma begitu doang. Tahun 1965 dulu juga ada ribuan orang “hilang”, kok. Santai saja. Semua orang toh akan “hilang” pada waktunya.

Akan tetapi, dari seluruh poin yang dijelaskan tadi, ada hal lain yang paling menjengkelkan. Seberapa keras Anda menghardik media atau berita dengan kualitas macam itu, Anda tak pernah benar-benar bisa menghindarinya. Dalam banyak berita sensasional seperti tertangkapnya Nikita Mirzani tadi, seringkali Anda—dan tentu juga saya termasuk—menjadi barisan “monyet tukang klik”. 

Bedanya dengan “monyet” lain, barangkali, Anda dan saya membacanya sembari nyinyir dengan kualitas beritanya, lalu memberikan analisis ndakik-ndakik bagaimana berita seharusnya dibuat, lengkap dengan panduan etika seorang jurnalis yang baik dan benar, sementara “monyet” lain yang rendahan itu masih terjebak dengan judul provokatif tadi. Lalu kita pun merasa sebagai “monyet” yang lebih beradab.

Padahal, sih, sekali monyet, ya, tetaplah monyet.

Betul kan, Nyet?

Terakhir diperbarui pada 18 Agustus 2021 oleh

Tags: MediaMonyetNikita Mirzani
Eddward S. Kennedy

Eddward S. Kennedy

Artikel Terkait

Kisah Loper Koran, Terus Bertahan Demi Sesuap Nasi Meski Sepi Pembeli. MOJOK.CO
Geliat Warga

Kisah Loper Koran, Terus Bertahan Demi Sesuap Nasi Meski Sepi Pembeli

6 Maret 2023
Konflik Monyet ekor panjang dengan Petani dan Perusahaan yang Terindikasi Ilegal
Investigasi

Tangis Macaca di Yogyakarta (Bagian 2): Konflik dengan Petani Gunungkidul dan Perusahaan yang Terindikasi Ilegal

26 Februari 2023
Tangis Macaca, monyet ekor panjang di Yogyakarta: Dari Hutan ke Ranjang Pasien MOJOK.CO
Investigasi

Tangis Macaca di Yogyakarta (Bagian 1): Ditangkap Paksa dari Hutan untuk Ekspor

25 Februari 2023
Suara Hati Petani di Gunungkidul Karena Monyet yang Marah Kena JJLS
Geliat Warga

Suara Hati Petani di Gunungkidul karena Monyet yang Marah Kena JJLS

26 Januari 2023
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Jadi yang Ngehek itu Nikita Mirzani atau Otak Mesum Kita?

Jadi yang Ngehek itu Nikita Mirzani atau Otak Mesum Kita?

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

sekolah kedinasan mojok.co

10 Sekolah Kedinasan yang Paling Ramai dan Sepi Peminat

22 Maret 2023
Nikita Mirzani di Antara Media dan Para Monyet

Nikita Mirzani di Antara Media dan Para Monyet

12 Desember 2015
Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Ego di Jalan Raya MOJOK.CO

Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Hawa Nafsu di Jalan Raya

18 Maret 2023
Derita Mahasiswa yang Kampusnya Tutup Tiba-tiba: Mimpi Kami Punya Ijazah Musnah. MOJOK.CO

Derita Mahasiswa yang Kampusnya Tutup Tiba-tiba: Mimpi Kami Punya Ijazah Musnah 

23 Maret 2023
Samsung Galaxy A Series Android Terbaik MOJOK.CO

Samsung Galaxy A Series: Seri Terbaik untuk Kelas Midrange Android

21 Maret 2023
universitas brawijaya mojok.co

15 Jurusan yang Sepi Peminat di Universitas Brawijaya, Tingkat Ketetatannya Rendah!

23 Maret 2023
Honda Supra X 125 Tetap Juara di Pelosok Indonesia MOJOK.CO

Honda Supra X 125: Tetap Juara di Pelosok Indonesia

20 Maret 2023

Terbaru

perguruan tinggi muhammadiyah mojok.co

5 Perguruan Tinggi Muhammadiyah Terbaik di Indonesia

25 Maret 2023
Ketum PP, Muhammadiyah, Haedar Nashir menyampaikan komentar terkait larangan bukber pejabat di UMY, Jumat (24/03/2023). MOJOK.CO

Kata Ketua PP Muhammadiyah tentang Larangan Bukber Pejabat dan ASN

25 Maret 2023
Duduk perkara penutupan patung Bunda Maria di Kulon Progo. MOJOK.CO

Duduk Perkara Penutupan Patung Bunda Maria di Kulon Progo

24 Maret 2023
alan Sunyi Kiai Bonokeling di Banyumas yang Sengaja Dibuat Menjadi Misteri Abadi. MOJOK.CO

Jalan Sunyi Wangsa Bonokeling di Banyumas yang Sengaja Menjadikan Leluhur Sebagai Misteri Abadi

24 Maret 2023
sekolah kedinasan kemenhub mojok.co

5 Sekolah Kedinasan di Bawah Kemenhub yang Paling Favorit

24 Maret 2023
bola timnas israel mojok.co

Bola Pembawa Malapetaka

24 Maret 2023
mimpi basah mojok.co

Apakah Mimpi Basah di Siang Hari Membuat Puasa Batal?

24 Maret 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In