Antara FPI, Si Jayus Pandji, dan Kegenitan Kelas Menengah Intelektual Kita - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal PemiluBARU
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal PemiluBARU
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Beranda Esai

Antara FPI, Si Jayus Pandji, dan Kegenitan Kelas Menengah Intelektual Kita

Eddward S. Kennedy oleh Eddward S. Kennedy
11 April 2016
0
A A
Antara FPI, Si Jayus Pandji, dan Kegenitan Kelas Menengah Intelektual Kita

Antara FPI, Si Jayus Pandji, dan Kegenitan Kelas Menengah Intelektual Kita

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

Ketika Front Pembela Islam (FPI) giat melakukan indoktrinasi, gencar memperkuat rantai ekonomi, dan tanpa jeda terus mengkonsolidasi jaringannya hingga turba ke masyarakat, kelas menengah intelektual kita justru sibuk meributkan guyonan Pandji Pragiwaksono tentang FPI. Oh, betapa radikalnya.

Kejadian ini berlangsung sekitar minggu lalu, ketika sebuah meme dengan kutipan guyonan Pandji berseliweran di media sosial. Begini tulisannya:

“FPI jangan pernah dibubarkan dan harus tetap ada. Biar kita tau kalo orang yang gak pernah sekolah jadinya kaya apa.”

Saya tak tahu apa faedah yang didapat dari meributkan seorang penjaja nasionalisme seperti Pandji. Bahwa ternyata guyonannya tempo hari tersebut cenderung salah kaprah, ya apa boleh buat, Pandji bukanlah seorang komedian secerdas George Carlin atau Louis CK. Jangan pernah pula berharap ia akan mampu membuat materi seperti Euphemisms atau The Opposite of A Pedophile.

Pandji mungkin akan bilang: “Coba tonton pentas gue yang off air!”

Saya seringkali berharap bisa mendengarkan khotbah Pandji soal persatuan dan kebangsaan yang dipoles sedemikian jayusnya itu dengan khusyuk dan riang gembira. Akan tetapi, saya selalu gagal.

Baca Juga:

diskusi ormas mojok.co

Tak Hanya HTI dan FPI, Sejak Indonesia Merdeka Ormas Dibubarkan Gara-gara Politik

10 Juni 2022
anggota laskar fpi

Polisi Dianggap Lucu Karena Tetapkan Enam Anggota Laskar FPI yang Sudah Tewas sebagai Tersangka

4 Maret 2021

Ketika menulis artikel ini tadi malam, saya juga sempat memutar video di Youtube yang berjudul ‘Pandji Pragiwaksono – Mesakke Bangsaku part 1-3’ sebagai observasi ringkas bagaimana korelasi antara selera humor saya dengan materi komedi Pandji. Harapannya, semoga penilaian saya tidak sepenuhnya didasari atas sentimen pribadi.

Tapi, lagi-lagi saya gagal menemukan apa yang lucu dari lawakan Pandji.

Bagi saya, Pandji hanyalah motivator cum nasionalis yang berusaha amat keras untuk menyajikan materinya dengan teknik ala komika. Betapa tidak lucunya Pandji membuat saya ingat kembali dialog singkat antara Mia (Uma Thurman) dan Vincent (John Travolta) di Pulp Fiction.

Mia: Vincent, do you still want to hear my Fox Force Five joke?

Vincent: Sure, but I think I’m still too petrified to laugh.

Kembali ke topik kutipan guyonan Pandji di atas. Jika Anda berkenan mencari, sebetulnya bukan kali ini saja Pandji mengeluarkan guyonan jayus atau pernyataan yang dangkal logika.

Sekira tiga tahun lalu, dalam sebuah artikel berjudul ‘Let’s Move It’ yang ditulis di situsweb pribadinya, Pandji yang bukan manusia milenium ini juga pernah dengan begitu cerdasnya menganalisis: setiap acara televisi katrok hanya ditonton masyarakat kelas bawah. Pendapatnya itu bisa diartikan kurang lebih menjadi: selera masyarakat bawah yang buruk adalah penyebab dari bobroknya kualitas siaran televisi yang ada.

Wuih, kak Pandji pasti nontonnya Programa Dua terus, ya?

Yang lucu dari pernyataan Pandji tersebut adalah: film yang dibintanginya pada 2014 ternyata mengiklankan diri di salah satu acara yang dianggap tontonan masyarakat kelas bawah tadi. Pandji sih memang tak muncul di acara tersebut. Mungkin ia khawatir nanti bakal lebih mesakke bangsaku.

Tapi, mari lupakan Pandji. Sudahlah cukup ia dengan ketidaklucuannya tersebut dan mari doakan saja supaya Pandji bisa menjadi Anies Baswedan selanjutnya atau tur stand up keliling Nepal. Atau apa sajalah yang penting ia tak kembali menjadi presenter acara televisi yang suka ngerjain orang sambil cengar-cengir bilang: “Kenaaaaa Deeeeehhhhhh…!!!”

Hal lain yang lebih mengkhawatirkan dari Pandji dan patut disorot adalah: mengapa kelas menengah intelektual kita lebih suka meributkan hal-hal remeh macam guyonan tadi ketimbang fokus terhadap isu yang lebih konkrit?

Buat apa mereka memuncratkan berbuih-buih argumen bahwa tak semua orang yang tak sekolah akan berperilaku seperti FPI? Maksud saya: semua itu tak perlu diperdebatkan lagi karena siapa saja sudah paham bahwa overgeneralisir Pandji memang jelas salah kaprah.

Agus Mulyadi, misalnya. Ia “cuma” lulusan SMA—dan bahkan kabarnya sempat tak sengaja terkena mutasi genetis saat hendak memasang behel—namun tak pernah satu kalipun Agus ngemplangin orang sambil teriak “Allahuakbar”.

Sebab apa? Sebab Agus orang baik. Jadilah seperti Agus.

Adam Malik hanya satu setengah tahun mengecap bangku Sekolah Agama Madrasah Sumatera Thawalib Parabek di Bukit Tinggi, Sumatera Barat. Tapi ia bahkan pernah menjadi Menteri Luar Negeri dan Wakil Presiden semasa hidup. Apa pernah Adam Malik membubarkan kegiatan keagamaan pihak lain?

Contoh lainnya, encang-encing sekalian, tentu masih bisa diperpanjang lagi. Albert Einstein, Buya Hamka, dan jangan lupakan Bapak Pembangunan Kita: Soeharto.

Pak Harto tercinta kita itu pendidikannya cetek, sebatas tamatan SMP, sebelum akhirnya mendaftar KNIL. Tapi blio bisa ‘tuh bertahan menjadi Presiden NKRI selama 32 tahun. Dan kalau bukan karena sikap lapang dadanya, Pak Harto pasti jadi presiden seumur hidup.

Dengan fakta tersebut, apa lantas kemudian blio suka membedil orang yang berbeda dengan sikapnya? Sembarangan. Ya mana pernah. Mana pernah sekali.

Eh, mboten, Mbah. Penak jamane jenengan kok.

Begitulah. Melihat kegenitan kelas menengah intelektual kita yang seperti tadi, saya jadi paham mengapa setiap FPI atau ormas-ormas intoleran lainnya bertingkah, satu-satunya serangan yang didapat mereka hanyalah kutukan terhadap negara atau aparat. Seolah-olah negara ini memang begitu lugu dan lemahnya hingga tak tahu bagaimana membendung kedegilan ormas macam FPI.

Saya kira, selama kegenitan macam tadi tetap dipelihara, Anda tak perlu berharap kelas menengah intelektual kita dapat turba ke masyarakat—seperti Rizieq Syihab cs. yang gencar melakukan propaganda—atau menggerakan aksi massa untuk membangun front tandingan FPI.

Itu semua, kawanku, adalah harapan yang jauh lebih tidak lucu dari lelucon jayus Pandji.

Terakhir diperbarui pada 11 Juli 2017 oleh

Tags: FPIKelas MenengahPandji
Eddward S. Kennedy

Eddward S. Kennedy

Artikel Terkait

diskusi ormas mojok.co
Politik

Tak Hanya HTI dan FPI, Sejak Indonesia Merdeka Ormas Dibubarkan Gara-gara Politik

10 Juni 2022
anggota laskar fpi
Kilas

Polisi Dianggap Lucu Karena Tetapkan Enam Anggota Laskar FPI yang Sudah Tewas sebagai Tersangka

4 Maret 2021
Kenapa Marah NU dan Muhammadiyah Dibandingkan dengan FPI?
Khotbah

Kenapa Marah NU dan Muhammadiyah Dibandingkan dengan FPI?

29 Januari 2021
Kiat Jadi Warga Baru di Kampung ala Iqbal Aji Daryono
Esai

Balasan untuk Tulisan Iqbal Aji Daryono dan Alasan Tepat Menyalahkan Pandji Pragiwaksono

24 Januari 2021
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
madura swasta

Madura Swasta vs Madura Ori

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

Antara FPI, Si Jayus Pandji, dan Kegenitan Kelas Menengah Intelektual Kita

Antara FPI, Si Jayus Pandji, dan Kegenitan Kelas Menengah Intelektual Kita

11 April 2016
Surat Cinta untuk Warga Solo: Jangan Ulangi Problem Pariwisata Jogja MOJOK.CO

Surat Cinta untuk Warga Solo: Jangan Ulangi Problem Pariwisata Jogja

4 Februari 2023
Blak-blakan Reno Candra Sangaji, Lurah 1.000 Baliho yang Sempat Bikin Geger Jogja. MOJOK.CO

Blak-blakan Reno Candra Sangaji, Lurah 1.000 Baliho yang Sempat Bikin Geger Jogja

4 Februari 2023
bisnis raffi ahmad mojok.co

Nama-nama Penting di Balik Gurita Bisnis Raffi Ahmad

30 Januari 2023
jd.id tutup mojok.co

JD.ID Tutup, Lalu Bagaimana Nasib Pegawai dan Aset Penggunanya?

31 Januari 2023
Mencoba Lawson yang Baru Buka: Oden Enak yang Harganya Nggak Enak Buat UMR Jogja MOJOK.CO

Mencoba Lawson yang Baru Buka: Oden Enak yang Harganya Nggak Enak Buat UMR Jogja

29 Januari 2023
Suara Hati Pak Bukhori, Penjual Nasi Minyak yang Dihujat Warganet - MOJOK.CO

Suara Hati Pak Bukhori, Penjual Nasi Minyak Surabaya yang Dihujat Warganet

24 Januari 2023

Terbaru

baliho erick thohir

Pro-Kontra Baliho Erick Thohir di HUT Satu Abad NU

6 Februari 2023
ageism batasan usia

Batasan Maksimal Usia dalam Lowongan Kerja Rugikan Pekerja Perempuan

6 Februari 2023
po bus mojok.co

5 PO Bus AKAP Terbaik Versi Kementerian Perhubungan 

6 Februari 2023
Elena Ricchitelli: Belajar Bahasa dan Sastra Arab untuk melawan Islamofobia

Elena Ricchitelli: Belajar Bahasa dan Sastra Arab untuk melawan Islamofobia

6 Februari 2023
awal bulan puasa 2023 mojok.co

Awal Bulan Puasa 2023 Versi Muhammadiyah dan Pemerintah Diperkirakan Sama

6 Februari 2023
Menengok Makam Roro Mendut, Gadis Jelita Rampasan Perang Mataram versus Pati MOJOK.CO

Menengok Makam Roro Mendut, Gadis Jelita Rampasan Perang Mataram versus Pati

6 Februari 2023
media sosial

Cegah Disinformasi, Parpol Cuma Boleh Punya 10 Akun Medsos

6 Februari 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Podium
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Kunjungi Terminal
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In