Lupakan Ira Koesno, Inilah Moderator Debat Capres Pilpres 2019 yang Lebih Oke

MOJOK.CO Siapa moderator debat capres pertama yang lebih layak menggantikan Ira Koesno yang sudah ditetapkan KPU? Mojok Institute menyusunnya untuk KPU dan kamu. Yok.

Ditunjuknya Ira Koesno menjadi moderator dalam debat capres pertama Pilpres 2019 langsung memunculkan pro dan kontra. Dari kubu Prabowo, nota keberatan ini muncul dari Wasekjen Demokrat, Andi Arief.

Menurut Andi, Ira Koesno sebaiknya diganti karena—menurutnya—pernah berlaku nggak adil saat debat cagub-cawagub Pilgub DKI Jakarta 2017 silam. “Saya kaget Ira Koesno jadi moderator,” katanya.

Menurut Andi Arief, saat debat cagub-cawagub silam antara Ahok, Anies, dan Agus, Ira Koesno cenderung memberi kesan negatif kepada salah satu calon. Menurut Andi, akan jadi preseden buruk jika moderator debat nggak bisa netral.

Meski begitu, Tim Jokowi-Ma’ruf terlihat selo saja menanggapi ditunjuknya Ira Koesno sebagai moderator debat. Menurut Tim Jokowi, Ira merupakan sosok yang profesional sehingga layak jika ditunjuk KPU untuk menengahi debat seru antara Jokowi-Ma’ruf melawan Prabowo-Sandi.

Melihat hal itu, Mojok Institute sebagai sebuah media perajut tenun kebangsaan, ingin berbagi usulan nama-nama selain Ira Koesno.

Beberapa nama memang diusulkan ke publik dari berbagai kalangan, seperti Najwa Shihab, Karni Ilyas, bahkan Rosiana Silalahi, namun menurut kami nama-nama itu kurang oke untuk bisa menghibur para rakyat Indonesia.

Oleh karena itu, kami merekomendasikan nama lain yang layak mengganti Ira Koesno selaku moderator debat. Siapa saja mereka? Ini dia, cekidot:

Cak Lontong

Sebagai sebuah acara yang berguna untuk menetralisir ketegangan antara cebong dengan kampret di dunia maya, acara debat capres perlu didesain dengan gaya yang menghibur. Seorang moderator bertanya satu demi satu kepada pasangan capres itu sudah jadi tradisi basi. Bentar lagi mau 2019, Bung. Kreatif dikit lah.

Jika biasanya debat capres selalu berisi pertanyaan-pertanyaan mbulet, bagaimana kalau konsep debat diganti jadi lomba TTS ala Cak Lontong saja. Sudah pasti seru, mengocok perut, masyarakat terhibur lagi. Yakin deh, pasti banyak iklan komersil yang masuk kalau acaranya dikonsep begini.

Apalagi belakangan ini, Cak Lontong sudah sering dapat job dari berbagai instansi pemerintah. Jadi bukan sesuatu yang sulit untuk bikin pertanyaan-pertanyaan nyeleneh yang menyentil urusan politik bagi sosok sekocak Cak Lontong.

Seperti misalnya pertanyaan; “Agar kita tidak dituduh PKI, maka kita harus?” Atau, “Supaya tidak dituduh sebagai pelanggar HAM, maka kita harus?”

Tretan Muslim dan Coki Pardede

Kalau dengan keberadaan Cak Lontong masih kurang, barangkali KPU bisa menunjuk Tretan Muslim dan Coki Pardede sebagai duo maut moderator debat. Apalagi usai keduanya mengaku pensiun dari dunia stand up comedy, Tretan Muslim dan Coki Pardede lagi sepi job.

Pasti mau dah mereka berdua. Lha wong lagi sepi ini. Bisa nego tipis-tipis untuk honornya lagi, irit APBN ya nggak?

Valentino Simanjuntak

Kalau mau acara debat semakin panas dengan gimik-gimik yang di luar imajinasi para pemirsa debat capres, maka ada baiknya KPU mempertimbangkan untuk memilih Valentino Simanjuntak. Komentator tayangan sepak bola Indonesia ini memang oke punya untuk bikin setiap acara jadi lebih hidup.

Jelas dong, bakalan seru tentu saja kalau kata-kata seperti “tendangan LDR”, “umpan gratifikasi”, atau “tendangan tanpa amnesty” bisa nongol dalam debat capres antara Jokowi-Ma’ruf dengan Prabowo-Sandi.

Misalnya ketika Prabowo kasih pertanyaan sulit ke Jokowi, bisa saja Vale nimpali, “Ya ampun sodara, Prabowo baru saja kasih pertanyaan tanpa amnesty ke Jokowi.”

Lalu ketika salah satu capres berkelit saat menjawab pertanyaan susah, “ternyata capres kita melakukan gerakan bibir kelok sembilan membelah lautan yang menghancurkan prahara rumah tangga.”

Bang Alex PUBG

Jika saja KPU mau mempertimbangkan untuk bikin acara debat capres ini viral di Youtube, maka kami merekomendasikan untuk merekrut Bang Alex PUBG.

Nah, bagi situ yang belum tahu siapa Bang Alex, beliau ini merupakan komentator terbaik Indonesia di ranah game PUBG Mobile. Bahkan beberapa kali Bang Alex dipercaya untuk mengomentari beberapa acara kompetisi PUBG skala Nasional dan Internasional.

Salah satu keuntungan merekrut Bang Alex tentu saja, penggemar game PUBG bakal rela lihat streaming debat capres di Youtube karena mau dengerin cerocosannya tanpa henti saat komentar.

“Balik lagi sama Abang Lu di debat capres, Baaaang Aleeeeeeex.”

“Yak, baru saja tim juri kasih bakso boraks ke salah satu capres.”

“Wah, acara debat kok pada cacing gaming. Chicken dinner-nya kapan ini?”

Jim Beglin dan Jon Champion

Kalau netralitas dari moderator debat selalu dipertanyakan di antara nama-nama tadi, tenang, kami masih punya stok lain yang bakal bisa bikin KPU mempertimbangkan lagi. Usulan kami terakhir adalah, untuk mengganti Ira Koesno, mungkin KPU perlu untuk merekrut Jim Beglin dan Jon Champion.

Bagi yang belum tahu siapa dua sosok legendaris ini, mereka berdua merupakan komentator sepak bola dari Eropa yang juga menjadi pengisi suara komentator dalam game Pro Evolution Soccer (PES). Anak rental PS mah pasti hapal sama suara mereka berdua.

Ada beberapa keuntungan yang bisa diraih KPU jika merekrut keduanya. Bukan hanya nggak punya kepentingan antara bela kubu Jokowi atau Prabowo, bisa dijamin Jim Beglin dan Jon Champion juga pasti nggak punya agenda tertentu untuk pemerintahan Indonesia.

Keuntungan yang lain, debat capres nggak bakal didominasi oleh pemirsa om-om, bapak-bapak, dan ibu-ibu, melainkan juga anak-anak SMP dan SMA. Apalagi kalau acara debat dimulai dengan kalimat:

“I am Jon Champion and with me here is Jim Beglin. Let’s begin a great debate; Manchester United, eh Joko Widodo against Prabowo Subianto.”

Exit mobile version