Kepada Abdul Somad Kita Sebaiknya juga Adil

MOJOK – Abdul Somad dihujat karena video potongannya soal bom bunuh diri. Klarifikasi memang sudah keluar, tapi beberapa haters sih enggak peduli. Idih, gitu amat kalau benci sama orang?

Jejak digital itu memang jahat, Kamerad. Apalagi jika jejak digital yang dipotong, di-framing, lalu diletakkan pada konteks yang berbeda sehingga menimbulkan penasiran yang beda pula. Lebih-lebih jika jejak digital tersebut sengaja disertakan sebagai sebuah pembenaran atas aksi terorisme. Hal yang baru saja terjadi kepada Ustaz Abdul Somad.

Seperti yang kita ketahui bersama, sesaat setelah kasus bom Surabaya, muncul video berdurasi kurang dari dua menit yang berisi mengenai ceramah Abdul Somad di media sosial. Isinya kurang lebih menyatakan bahwa bom bunuh diri bukanlah penyebutan yang tepat. Kira-kira jika diparafrasekan jatuhnya begini; itu bukanlah bom bunuh diri, itu adalah mati syahid. Jelas saja, tafsir bahwa Somad mendukung bom Surabaya bermunculan.

Jika biasanya saya gemas kalau ada hal-hal begituan, untuk kali ini, saya coba menahan diri untuk tidak mengomentari. Sebab, potongan video tersebut rasanya terlalu pas sekali dengan konteksnya. Kok bisa-bisanya ketika sedang ramai soal bom bunuh diri mendadak muncul ceramah yang membahas soal bom bunuh diri dan malah menyebutnya sebagai mati syahid?

Jauh sebelum klarifikasi Ustaz Somad, patut diduga bahwa konteks yang dibicarakan blio pasti bukan mengenai Indonesia, melainkan sebuah daerah yang sedang berada pada situasi perang. Hal yang jelas secara hukum tidak bisa dipukul rata. Beruntung, ketika klarifikasi muncul, dugaan itu sama sekali tidak meleset. Apa yang dimaksud Ustaz Somad adalah untuk menjawab mengenai bom di Palestina. Dan riwayat yang digunakan adalah riwayat Nabi ketika situasi Perang Uhud, situasi peperangan.

Tidak adil tentu saja bagi Ustaz Somad ketika ia sedang membicarakan hal lain tapi dibelokkan seolah-olah ia sedang mendukung sebuah aksi teror di Surabaya. Ya tapi mau gimana lagi, namanya haters itu memang selalu ada. Lha kok Abdul Somad, lha wong sosok sebaik Jonru aja lho punya haters banyak.

Tentu saja memperdebatkan pendapat Ustaz Somad mengenai “bom bunuh” diri itu butuh ruang yang lebih luas lagi, seperti Bahtsul Masail misalnya, tapi jika ada yang kurang atau mungkin luput dibilang Ustaz Somad pada potongan video menjawab soal bom Palestina tersebut salah satunya adalah soal niat. Ya gimana ya, setiap aktivitas itu kan tergantung niatnya juga.

Ketika Abdul Somad membicarakan riwayat Perang Uhud, dan menceritakan mengenai sahabat Nabi yang dengan gagah berani masuk ke kerumunan musuh, Abdul Somad mungkin luput menyertakan bahwa niat si sahabat Nabi tentu saja bukan bunuh diri. Melainkan untuk membuka jalur pasukan muslimin yang terkepung.

Meskipun benar masuk ke kerumunan musuh sama saja mati, tapi kan niat si sahabat juga enggak membunuh dirinya sendiri. Apa yang dilakukan adalah gerakan pengorbanan diri untuk menyelamatkan orang lain, bukan cuma gerakan orang putus asa semata. Karena hal semacam ini tidak sempat dibicarakan oleh Abdul Somad, akhirnya orang-orang yang tidak menyukainya memanfaatkan untuk menyerang. Memberi gambaran kalau Ustaz Abdul Somad itu mendukung aksi teroris.

Hal ini jelas tidak bisa dibenarkan. Meskipun secara pribadi ada juga ceramah-ceramah yang tidak cocok dengan kita, bukan langkah bijak dong ketika menyerang atau menyalahkan seseorang atas kesalahan yang tidak diperbuatnya.

Kalau kemudian aktivitas itu bisa multi-tafsir, ya orang yang memotong video dan memberi judul-lah yang sebenarnya aktor terjahat dari fenomena ini. Persis seperti orang yang memotong video, memberi judul, dan menyebarkan sebuah video sampai berujung munculnya 212 The Power of Love mewarnai khasanah dunia perfilman Indonesia.

Exit mobile version