Emang Bener, Susi Pudjiastuti Jangan Jadi Menteri Kelautan Lagi

MOJOK.COSebagai sosok menteri yang berprestasi, Susi Pudjiastuti emang baiknya tak lanjut di Kabinet Kerja Jilid 2. Bikin standar menteri jadi ketinggian soalnya.

Nama Susi Pudjiastuti memang sudah sejak Senin (21/10) diprediksi nggak akan jadi Menteri Kelautan dan Perikanan lagi. Hal tersebut kemudian dikonfirmasi secara resmi setelah Presiden Jokowi mengumumkan nama Edhy Prabowo adalah sosok terbaru yang akan menggantikan posisi Bu Susi Pudjiastuti.

Jika melihat ke belakang, memang betul ada banyak prestasi dari Bu Susi. Seperti nggak mau kompromi sama maling-maling ikan. Paling tidak selama menjabat sebagai Menteri Presiden Jokowi, Bu Susi sudah mengenggelamkan lebih dari ratusan kapal.

Masalahnya ketimbang menteri-menteri Jokowi yang lain, prestasi Bu Susi ini kelewat bagus dan terlalu kelihatan sangat mencolok. Ini tentu jadi pesan yang nggak baik bagi citra menteri-menteri lain. Terutama menteri-menteri “titipan” dari partai politik.

Haya jelas dong, gara-gara Bu Susi Pudjiastuti yang terlalu niat kerja begitu, nama menteri-menteri super lain jadi kayak nggak kelihatan kerja dong.

Kayak Menteri Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani, misalnya. Yang udah kerja begitu luar biasanya tapi tetap rendah hati sampai-sampai publik nggak tahu blio itu selama 5 tahun ke belakang sebenarnya ngapain aja.

Ini belum dengan kontroversi-kontroversi Bu Susi, yang bukannya menjatuhkan nama beliau, tapi malah mengangkat namanya melambung begitu tinggi. Reputasinya begitu kuat dan layak kalau disebut sebagai menteri terbaik Presiden Jokowi pada Kabinet Kerja Jilid I. Ini kan nggak bagus untuk citra menteri dari sodoran partai politik.

Hanya saja, selain punya respons publik yang selalu positif, Bu Susi juga sering kali lebih dengerin rakyat daripada oligarki dan aturan dari para politisi. Kayak waktu menyatakan pembatalan proyek reklamasi Telu Benoa. Proyek raksasa yang jadi masalah bagi sebagian besar masyarakat Bali.

Setelah menimbang dari permintaan Gubernur Bali, Bu Susi sepakat kalau Teluk Benoa merupakan Kawasan Konservasi Maritim yang harus dilindungi. Selain itu, Bu Susi juga sepakat kalau Teluk Benoa harus dikelola sebagai Daerah Perlindungan Budaya Maritim. Surat tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 46/KEPMEN-KP/2019.

Keputusan Menteri ini sebenarnya adalah yang paling berani. Bahkan ketimbang program “tenggelamkan” kapal pencuri ikan, manuver mengeluarkan dukungan untuk pembatalan Teluk Benoa ini benar-benar ngeri-ngeri sedap. Karena lawan Bu Susi sudah jelas langsung ke Yang Mulia Luhut Binsar Panjaitan selaku Menko Kemaritiman.

Dengan tegas pula Luhut menyampaikan kalau pemerintah pusat belum ada keputusan akan ada pembatalan ini. Bisa jadi keputusan Menteri Susi ini tak akan berarti apa-apa ketika pemerintah pusat punya pendapat lain soal isu Reklamasi Teluk Benoa.

Hal tersebut juga bakal jadi sia-sia, karena Bu Susi Pudjiastuti sudah “didepak” secara halus dari jabatan menteri, meski yang paling kelihatan kerjaannya. Pengganti Bu Susi pun bukan dari kalangan professional, melainkan dari deal rekonsiliasi antara kubu Jokowi dengan Prabowo. Soalnya sosok Edhy Prabowo yang didapuk mengisi posisi Bu Susi adalah elite politik dari Partai Gerindra.

Tentu saja harapan publik tak usah terlalu tinggi-tinggi kepada Edhy Prabowo, biar nggak terlalu merasa kecewa besok-besok. Lagian apa sih yang mau diharapkan dari posisi menteri yang didapat dari lobi-lobi politik?

Meski begitu, kita sebagai rakyat Indonesia harus tetap bersyukur. Bisa jadi pemerintahan yang sekarang lebih kepingin berjalan stabil tanpa ada kontroversi. Kalau perlu jadi menteri yang tutup telinga saja sama rakyat, yang penting dengerin apa kata Presiden aja sih.

Lha kan jadi menteri itu fungsinya adalah “pembantu” presiden, bukan melayani masyarakat. Oleh karena itu, sudah betul kalau Bu Susi Pudjiastuti tidak berlanjut jadi Menteri Kelautan dan Perikanan. Soalnya menteri patokan kesuksesan menteri itu bukan pada kepuasan masyarakat, melainkan kepuasan pada oligarki…. eh, Presiden.


BACA JUGA Terima Kasih Bu Susi, Sudah Angkat Derajat Lulusan Kejar Paket C atau tulisan Ahmad Khadafi lainnya.

Exit mobile version